Di jam istirahat Siti membicarakan keanehan yang dialaminya karena kameraku kepada Rangga, Memang ada rumor di kelas kalau Rangga bisa melihat makhluk gaib tapi aku tidak tahu kebenarannya. Dia dan teman-temannya dari kelas lain memang suka hal berbau horror dan mistis, mereka sering kali pergi ke tempat-tempat yang digosipi berhantu untuk melakukan penelusuran. Entah benar dia bisa melihat roh atau tidak aku sama sekali tidak tahu. Tapi dia mendengarkan apa yang dikatakan Siti dengan seksama dan menjawab.
"Aku gak ngerasain hal aneh sama kamera Lio, mungkin karena tingkatanku terlalu rendah."
Aku merasa heran mendengar perkataan Rangga, memangnya anak indigo ada tingkatannya juga ya? Aku tidak terlalu tahu banyak tentang dunia spiritual dan hal gaib jadi mendengar perkataan Rangga jujur saja aku merasa heran sekaligus penasaran.
"Emang anak indigo ada tingkatannya juga ya?"
Rangga yang sedang ngemil keripik pedas hanya tertawa mendengar pertanyaanku dan dengan santai menjawab.
"Ada, aku cuma bisa liat dan denger sesuatu yang ada di sekitar aku tapi yang lebih tinggi lagi bisa lebih dari itu. Aku gak bisa liat makhluk yang terlalu kuat kalau mereka gak mau ngeliatin diri mereka ke aku dan aku juga gak bisa bela diri aku sendiri sama yang posisinya udah setinggi itu. Males aku kalau harus ngehadepin yang begituan, bisa bisa yang celaka aku lagi."
Mendengar perkataannya aku agak kaget, kalau begitu seperti kata Kori sebelumnya kelakuanku yang tidak baca deskripsi barang terlebih dahulu yang menyebabkanku mengalami semua ini. Namun aku tidak merasa kalau kamera ini berbahaya sama sekali, lagipula tidak ada hal menakutkan yang kualami dengan kamera ini. Kamera ini justru malah membantuku untuk mendapatkan nilai yang bagus di pelajaran fotografi dan hanya mengganggu Siti karena Siti menggunakan kameraku tanpa izin. Kalau aku tadi memberi Siti izin untuk menggunakannya aku mana mungkin akan tahu kalau kameraku ini sebenarnya tidak biasa?
"Itu bererti kalau bener kamera Lio dihantuin roh yang ngediemin kameranya kuat banget dong?"
Pertanyaan Siti di balas anggukan oleh Rangga.
"Antara kayak gitu atau itu bukan roh sama sekali. Lio kalau kamu penasaran sama kamera kamu jangan tanya aku. Tanya aja sama anak kelas sebelah."
Usulan Rangga tiba-tiba membuatku teringat dengan Kori, apa mungkin Kori yang Rangga maksud? Lagipula di sebelah kelas kami hanyalah kelas Animasi 1 karena sebelah kelas kami yang satunya adalah lab komputer yang digunakan bersama oleh anak animasi dan Multimedia. Baru setelah lab ada kelas Multimedia dua dan tiga sementara kelas Animasi dua dan tiga berada di sebrang kelas. Diikuti dengan lab komputer untuk kelas Administrasi Perkantoran dan pelajaran Listening untuk kelas Bahasa Inggris dan diikuti dengan kelas Administrasi Perkantoran 1 dan 2 di sampingnya.
"Maksud kamu anak Animasi?"
Dia mengangguk mendengar perkataanku sambil tersenyum misterius kembali.
"Iya, ada anak animasi yang indra keenamnya lebih kuat dari aku. Aku rasa kamu pasti udah tahu siapa orangnya."
Mendengar hal ini sekarang aku yakin kalau kemampuan Rangga bukan sekedar rumor. Rangga tidak ada di sekitarku saat aku tanpa sengaja menabrak Kori, dia baru datang sepuluh menit setelah aku sudah berada di kelas. Dan dia datang terburu-buru karena kelas saat itu hampir di mulai untung saja dia datang tepat sebelum Pak Irwan masuk kedalam kelas.
"Di kelas animasi ada yang bisa liat juga kayak kamu? Kok gak ada rumornya?"
Tanya Hasan yang dibalas anggukan oleh Rangga.
"Ada tapi dia gak mau banyak orang yang tahu, semua anak indigo di sekolah tahu satu sama lain siapa yang bisa liat sama enggak di sekolah ini. Dia gak mau orang lain banyak yang tahu tentang kemampuannya jadi kami rahasiain tentang hal ini karena beberapa alasan. Kebeneran banget Lio tahu orangnya secara gak sengaja."
Mengetahui kalau yang dimaksud oleh Rangga benar Kori aku mulai penasaran dengannya, apa mungkin karena kemampuannya itu dia memiliki sikap yang bisa dibilang tidak biasa? Aku tidak tahu seperti apa rasanya bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain dan tidak bisa menceritakannya kepada siapapun seperti Kori. Tapi apa yang menyebabkan Kori merahasiakan kemampuannya?
"Lio kalau kamu gak enak nanya sama dia tanpa ngasih sesuatu, masakin aja makan siang buat dia. Dia pasti seneng, kamukan suka masak. Dia orangnya gak pilih-pilih kok asal jangan kasih duren aja ke dia dia benci banget sama duren."
Mendengar saran Rangga akupun menganggukan kepalaku dan memutuskan untuk membuat makan siang untuk Kori besok, tapi sebelum itu aku harus mencari tahu hal aneh apa saja yang bisa dilakukan oleh kameraku selain memberiku arahan mengambil gambar yang baik juga mengerjai orang yang menggunakannya tanpa izin.
***
Aku keluar kelas untuk membeli mie bawang sambil mencoba merekam sekolah menggunakan kameraku. Aku ingin tahu apakah kameraku bisa merekam mereka yang tidak terlihat karena sekolahku memang dikabarkan berhantu khususnya lantai dua di gedung yang saat ini kami tempati. Gedung tiga dimana kami bersekolah memiliki tiga tingkat, namun yang di pakai untuk mengajar hanya lantai tiga dan lantai satu digunakan untuk kantin. Ada rumor kalau lantai dua berhantu karena itu lantai dua tidak bisa digunakan untuk belajar sementara lantai satu digunakan sebagai kantin dengan kios serta makanan yang ber aneka ragam juga ruang makan siang bersama dengan ruang PMR yang letaknya tidak jauh dari tangga. Lagipula kalau bukan karena berhantu alasan apa lagi yang membuat lantai dua tidak di perbolehkan untuk di masuki oleh para siswa dan siswi?
Aku juga tidak ada niat sedikitpun untuk coba-coba naik ke lantai itu untuk sekedar berkeliling atau foto-foto sekalipun aku suka mengambil foto bangunan bangunan atau tempat misterius. Aku mungkin tidak punya kemampuan khusus seperti Kori tapi aku tidak bodoh. Karena firasatku hampir selalu benar aku tidak mau coba-coba cari masalah dan pergi kesana. Hanya saat aku merasa aman saja aku akan mendatangi suatu tempat. Aku bukan orang yang suka cari masalah seperti Rangga yang sering kali membawa teman-temannya untuk pergi ke sebuah tempat yang di kabarkan berhantu, aku suka arsitektur rumah tua tapi tidak berarti aku ingin bertemu dengan 'penghuni' rumah tua tersebut.
Meski begitu, meski aku tidak bisa dan tidak mau cari masalah dengan pergi ke lantai dua aku masih bisa merekam apa yang ada di atas dari bawah tangga. Kudengar ada pagar gaib yang menghalangi roh jahat yang ada di atas untuk naik ke lantai dua atau turun ke lantai satu dan yang akan berada dalam bahaya hanya mereka yang suka rela naik ke atas yang menurutku hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Aku masih ingat dengan kejadian saat masa orientasi siswa dimana saat itu banyak sekali para murid yang kesurupan selama seminggu, yang parah para murid yang kesurupan saat itu saling bergantian dan hal ini membuat cukup keributan untuk semua murid saat itu. Para guru yang sudah lama mengajarpun biasa saja menghadapi hal ini dan bilang kalau hal ini merupakan 'sambutan' dari para penghuni sekolah ini. Karena itu selama satu minggu tidak ada guru yang masuk kedalam kelas selain untuk melakukan perkenalan. Pada akhirnya kami hanya bisa terima-terima saja dengan nasib kami saat itu.
Aku ingin tahu apakah pagar gaib itu benar ada jadi aku memesan mie bawang dengan telur kepada ibu kantin dan duduk di sebuah kursi kayu dengan meja berbentuk lingkaran yang berada di dekat tangga, akupun iseng-iseng memakai kameraku untuk melihat sekeliling. Saat aku merekam sambil melihat lewat kameraku tangga menuju lantai dua tampak di pasangi rantai di bagian atas tangga yang tampak bercahaya, namun saat kulihat lagi dengan mata telanjang tidak ada apapun di atas sana. Aku melihat petugas kebersihan yang naik lewat begitu saja melewati tangga itu tapi roh yang mencoba turun dari atas malah tidak bisa lewat sama sekali. Selain itu… entah kenapa lantai dua memiliki aura yang sangat mencekam. Aku tidak tahu apa yang ada di sana tapi aku makin enggan untuk naik ke atas. Akupun berhenti merekam dan mie bawang yang kupesanpun diantarkan tidak lama kemudian.