Chereads / F.T.D (For The Dead) / Chapter 5 - Chapter 5; Kuburan janin

Chapter 5 - Chapter 5; Kuburan janin

Sesampainya di depan rumah kosong yang dikabarkan berhantu aku dan Kori masuk kedalam sebagai alibi kami, aku mencoba merekam apa yang ada di dalam seperti yang kulakukan saat di sekolah. Di rumah ini ternyata memang ada roh tapi bisa dibilang tidak terlalu menarik bagiku dan Kori, Kori hanya sesekali bertanya kepadaku untuk memastikan apa saja yang bisa dilihat oleh kameraku. Saat aku iseng merekam Kori aku terkejut karena ekspresinya di dunia nyata dan ekspresinya di kameraku sangat berbeda.

Saat aku melihat ekspresi wajahnya di dunia nyata dia tampak menatapku dengan tatapan datar seperti biasa namun saat aku lihat lagi di kamera ekspresi wajahnya berbeda. Dia tampak tersenyum kepadaku, rasanya seperti melihat saudara kembar yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa aku bisa merekam ekspresi wajah Kori yang tersenyum ketika dia bahkan tidak tersenyum sama sekali.

"Kori kenapa ekspresi kamu di dunia nyata sama ekspresi kamu di kamera aku bisa beda?"

Mendengar pertanyaanku dia mengambil kameraku dan menyimpan video yang tadi kami ambil bersama sebelum kemudian memainkannya. Ternyata bukan hanya merekam apa yang terjadi suara para roh juga terekam di dalam video. Mereka terdengar mengeluh melihat kedatangan kami tapi mereka tidak mencoba mengganggu dan beberapa tampak hanya menatap kami dengan wajah penasaran. Wujud mereka macam-macam jumlahnya juga tidak terlalu banyak, setelah melihat wajahnya sendiri yang tampak tersenyum lebar Kori mengembalikan kameraku.

"Yang tersenyum itu emang aku tapi raga halusku."

Jelasnya sambil kembali berjalan sementara aku lanjut merekam sekitar kami seperti sebelumnya dan mengikuti kori dari belakang, aku memang pernah dengar manusia terbagi menjadi dua unsur secara spiritual yaitu raga halus dan raga kasar. Raga halus bisa di sebut juga sebagai roh dan raga kasar adalah tubuh. Raga halus bisa terpisah dari raga kasar saat tertidur dan kudengar siapapun yang bisa mengendalikannya hal ini bisa pergi kemanapun yang mereka mau kalau sudah ahli. Tapi kalau tidak bisa kembali ke tubuh asal orang yang mempraktekannya bisa mati. Hanya orang yang memiliki keinginan yang kuat bisa menguasai teknik ini. Aku tentunya tidak pernah mencobanya karena bagiku konsekuensinya terlalu besar dan aku ingin cari aman.

Setelah puas berkeliling dan memasuki semua ruangan yang ada di rumah kamipun kembali keluar dan pergi mengintari halaman sebelum kemudian pergi ke arah pohon beringin, saat aku dan Kori pergi ke sana seorang bapak-bapak menghampiri kami dengan wajah yang tampak keheranan.

"Kalian ngapain disini? Sore sore malah main deket pohon beringin. Gak takut sama hantu kalian?"

Aku hanya tersenyum mendengar bapak ini yang terdengar seakan bercanda kepada kami tapi juga menakuti kami secara tidak langsung. Aku tidak tahu apakah laki-laki ini orang yang bekerja di rumah sebelah atau orang yang memang hanya lewat dan bicara kepada kami untuk sekedar basa basi namun bungkusan yang dibawanya cukup mencurigakan jadi untuk jaga-jaga dengan santai aku hanya menjawab.

"Gak pak, kita kan emang lagi bikin vlog horror buat Mytube. Lagian ini gak terlalu sore dan kami gak mau dateng malem-malem. Temen saya kan cewek nanti saya yang kena omel sama bapaknya."

"Oh gitu, yaudah jangan pulang kesorean ya?"

"Iya pak!"

Bapak itupun pergi kembali dan masuk kedalam rumah, ternyata dia memang orang yang bekerja di sebelah! Pantas dia berusaha menakutiku dan Kori tadi. Terlebih bungkusan yang dia bawa juga mengeluarkan bau amis. Apa mungkin itu…

"Kori bungkusan yang di bawa sama bapak itu…"

"Iya, isinya janin. Arahin kamera kamu ke atas Lio."

Mendengar perkataan Kori aku menuruti perkataannya dan mengarahkan kameraku ke atas. Benar saja saat kulihat lewat kameraku tampak makhluk yang wujudnya benar-benar tidak jelas, kalau dilihat seperti gumpalan daging berwarna merah muda. Tidak... mungkin lebih tepat di sebut janin… yang jadi masalah bukan hanya ada satu namun banyak sekali. Gumpalan-gumpalan daging itu menjadi satu dan mereka semua tampak menangis dengan asap hitam yang menyelimuti mereka semua.

"Apa mungkin mereka…"

"Iya biar aku yang urus ini, kalau kamu mau ngerekam jaga jarak sedikit. Biar aku yang coba tenangin anak-anak ini."

Mendengar perkataan Kori aku menganggukan kepalaku. Diapun berjalan maju dan berdiri di bawah pohon itu sambil menatap ke atas pohon, namun kalau dilihat dari kameraku dia tampak mencoba menenangkan gumpalan janin yang terbang di atas kami bahkan bisa tersenyum kepada mereka. Kori benar-benar hebat bisa mengatasi situasi seperti ini tanpa takut atau terbawa emosi apalagi dia perempuan. Perempuan biasanya sangat sensitive dengan anak-anak jadi wujud anak-anak ini sudah pasti mengganggu Kori. Anak-anak ini mujudnya juga bermacam-macam, ada yang bagian tubuhnya di belah dan kehilangan organnya, ada pula yang terlahir cacat dan, ada pula yang bagian lehernya tampak patah yang berarti dengan sengaja di bunuh karena lahir dengan selamat.

Manusia benar-benar menjijikan, mereka lebih menakutkan dari pada roh kalau sudah gelap mata dan uang menjadi tujuan mereka. Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup menonton video yang kudapat ini sampai selesai, aku sama sekali tidak tega melihat wujud mereka yang seperti ini. Tiba-tiba saja aku melihat mereka mulai memisahkan diri dan berubah menjadi sekumpulan cahaya, kegelapan yang membuat mereka menyatu entah bagaimana Kori hilangkan dan mereka mulai beterbangan di sekitar Kori dengan wujud para bayi lucu dan imut.

Aku tidak mengerti bisa-bisanya orang tua mereka tega sekali kepada anak-anak yang bahkan belum punya dosa ini. Beberapa tampak penasaran dengan kameraku bahkan menghampiriku tapi aku tidak menghindar dan membiarkan mereka, aku merasakan ada anak yang memilih untuk memeluk pundak dan pinggangku bahkan ada yang sepertinya yang memeluk kepalaku. Badanku jadi terasa agak berat sekarang. Saat aku mengarahkan kameraku kebeberapa bagian tubuhku benar saja anak-anak itu tampak nyengir di depanku ada juga yang tertawa saat aku mengarahkan kameraku kearah mereka.

"Kori aku butuh sedikit bantuan di sini."

Bukannya membantu Kori malah mengambil kameraku dan memotretku yang sedang jadi 'mainan' para anak-anak yang baru saja dia selamatkan ini. Kori tampak diam dan menatap kearahku sambil mengarahkan kameraku kepadaku tiba-tiba tubuhku kembali terasa ringan kecuali kepalaku. Sepertinya anak yang naik keatas kepalaku belum mau turun tapi karena tidak terlalu mengganggu aku membiarkannya. Koripun melihat sekitar terlebih dahulu sebelum kemudian mengeluarkan skop kecil dari dalam tasnya dan mulai menggali. Aku membantunya mengawasi sekitar, untungnya orang yang tadi mencoba menakuti kami tidak kembali untuk memeriksa apa yang kami lakukan jadi aku kembali merekam apa yang Kori lakukan.

Setelah Kori menggali cukup dalam aku langsung menutup mulutku melihat banyaknya jasad janin dan bayi yang di kubur saling bertumpukan tanpa diberikan pemakaman yang layak. Aku merasa mual mencium mau anyir dari darah dan daging yang membusuk di dalamnya. Melihat hal ini Kori mengeluarkan handphonenya dari sakunya terlihat menelpon seseorang dan menunggu sesaat hingga panggilan telponnya di angkat.

"Halo kak Adnan? Aku nemu kuburan bayi tepat di bawah pohon beringin di jalan N, iya aku bakal kirimin koordinatnya sekarang juga. Gak usah berterimakasih ini udah tugasku, cari tahu tentang pemilik rumah yang ada di sebelahnya. Aku sama temenku hampir mau di usir tadi. Oke sampai nanti."

Setelah Kori selesai menelpon dia memasukan handphonenya kedalam sakunya lagi dan mengubur kembali temuannya setelah ia foto dan menandainya dengan beberapa batu agar tidak di curigai oleh orang yang sebelumnya sering kali mengubur jasad-jasad tadi. Paling dia hanya akan berasumsi kalau Kori hanya main-main. Apalagi dia dengan sengaja membuat susunan batu menyerupai bintang pada bagian atas kuburannya dalam foto yangakan dia kirim. Setelah selesai mengirim foto dia memasukan skopnya kembali kedalam kantung plastik dan memasukannya lagi kedalam tas. Akupun memutuskan untuk berhenti merekam dan membawa Kori untuk pergi makan di tempat makan terdekat.