"Lio sebagai asistenku ada beberapa hal yang harus kamu ingat kalau kamu mau bantuin aku."
Aku yang saat itu dalam perjalanan untuk mengantar Kori pulang menggunakan motorku setelah membuktikan rumor klinik aborsi illegal hanya menganggukan kepalaku mengerti dan mendengarkan penjelasannya dengan penjelasannya.
"Pertama kalau aku nyuruh kamu lakuin sesuatu se gak masuk akal apapun yang aku suruh kamu harus lakuin, kedua apapun yang terjadi kamu gak boleh kasih tahu sembarangan orang apa yang kamu liat waktu kamu bantuin aku dan ketiga kamu harus jaga tubuhku kalau aku harus misahin raga halusku sama raga kasarku."
"Kamu sering lakuin hal itu sendirian sebelumnya kan?"
"Aku emang sering lakuin itu tapi gak bisa terlalu jauh dari tubuhku, kalau aku lakuin itu banyak roh yang bakalan tertarik sama tubuhku dan nyoba buat ngambil alih. Kalau aku gak bisa balik ke tubuhku aku bisa mati."
Tahu kalau ini hal yang sangat serius Kori sudah jelas tidak sedang bercanda kepadaku. Dia baru saja mempercayakan nyawanya sendiri kepadaku, aku harus mengikuti semua yang dikatakannya dan melindungi tubuhnya seperti yang dia mau.
"Aku ngerti."
***
Setelah selesai bicara Kori tampak kembali, aku tentu mengambil Maroon dan merekam Kori yang menghampiri tubuhnya sendiri dan masuk kedalam tubuhnya. Tidak lama kemudian Kori membuka matanya sedikit demi sedikit, Kori terlihat menutup mulutnya yang menguap dan mulai menggosok sebelah matanya seperti anak kucing. Pemandangan ini sungguh menggemaskan!! Sangat beruntung aku bisa merekamnya!!
"Lio?"
Tersadar dari lamunanku akupun tersenyum seperti biasa kepadanya.
"Kamu 'ketiduran' jadi daripada aku biarin kepala kamu bentur meja aku langsung nyamperin kamu. Kamu udah makan?"
Aku merasakan tatapan iri yang dilontarkan oleh para laki-laki di sekitarku tapi aku tidak memperdulikannya. Kori terlihat menatap rotinya yang tinggal seperempatnya lagi dan menggeleng kepadaku. Hm… jadi Kori tipe orang yang tidak akan bilang sudah makan kalau belum makan nasi. Menarik… akupun mengeluarkan kotak bekal berisi makanan yang kubuat untuknya dan meletakannya di hadapannya.
"Seperti janji aku kemarin, aku buatin kamu makan siang hari ini."
Kotak bekal berukuran sedang itu tampak memiliki dua layer, yang satu untuk nasi dan satunya lagi untuk lauk. Kori membuka keduanya, di layer pertama empat buah onigiri lengkap dengan nori yang bagian atasnya dengan sengaja kubentuk wajah seperti emoji dengan sedikit guntingan nori di tempat paling atas terlihat udang goreng tepung, serta egg roll, salad berupa potongan wortel dan kubis yang di campur dengan mayonise dan saus cocol berupa minyak cabai yang kubuat sendiri. Beli sambal minyak cabai agak mahal jadi aku lebih memilih untuk membuat sendiri di rumah. Aku sering membuatnya dan ada sekitar satu botol kecil yang sering kali dipakai olehku dan ibuku saat ingin di kulkas. Mytube sungguh berguna.
"Niat banget natanya."
Aku menggaruk pipiku yang tidak gatal saat mendengar perkataannya, aku memang melakukannya dengan sengaja. Aku tidak pernah repot-repot melakukan itu sebelumnya tapi tadi pagi tiba-tiba aku terpikir untuk membuatnya. Lagipula yang kubuat juga bukan bentuk yang sulit untuk di buat. Menempelkan potongan nori di atas onigiri dan menjadikannya mirip seperti emoji bukan hal yang terlalu sulit. Selain itu aku tidak mengotak atik bentuk makanan lainnya, Kori bukan anak SD yang akan senang saat melihat makanannya berbentuk hewan atau tokoh kartun kesukaannya.
"Ibu aku kemarin emang pingin dibikinin udang goreng tepung jadi sekalian aja aku bikinin buat porsi kamu juga. Terus karena aku ngerasa nasi putih doang biasa aja aku bikin onigiri."
Kori mengambil salah satu onigiri sementara aku menuangkan teh tawar untuknya kedalam cangkir yang juga sengaja kubawa dari rumah.
"Onigiri ini isinya apa?"
"Tuna mayo, ayam suir bumbu rica, ikan goreng, sama keju. Sengaja biar kamu gak bosen. Yang kamu pegang itu rasa tuna mayo."
Kori tampak langsung melahap onigiri yang di makannya lebih dulu, setelah itu dia mencoba telur gulung yang kutambah dengan potongan wortel dan udang goreng yang dia makan menggunakan sumpit yang sudah di sediakan. Dia kemudian mencobanya lagi memakan semuanya dengan tambahan salad yang kubuatkan juga minyak cabai yang sudah di sediakan. Aku percaya diri dengan masakanku dan aku tahu kalau rasanya enak namun saat Kori hanya makan dan tidak bilang apa-apa aku tetap saja merasa gugup!!
"Gimana rasanya?"
"Rasanya bener-bener enak. Kenapa kamu malah mutusin masuk MM bukannya tataboga di SMK sebelah?"
Mendengar pujian dari Kori aku menghela nafas lega, aku tahu semua orang memiliki lidah yang berbeda-beda dan yang kurasa enak belum tentu bagi orang lain namun aku tetap merasa khawatir kalau Kori tidak setuju dengan masakanku. Aku merasa kalau pendapatnya benar-benar penting.
"Masak cuma sekedar hobi buatku, lagian aku gak niat bikin hobi masakku jadi pekerjaan. Ibu dan ayahku punya usaha makanan jadi otomatis aku juga bisa masak."
Kori hanya bergumam mendengar perkataanku dan lanjut memakan makanannya sementara aku hanya menatapnya dari samping sambil tersenyum puas melihatnya makan dengan lahap.
"Permisi."
Mendengar suara seorang laki-laki akupun menengok melihat laki-laki yang tadi diikuti oleh pocong perempuan itu menghampiri meja kami. Aku menatap laki-laki ini dengan tatapan sebal, aku tidak mau laki-laki seperti ini berdekatan dengan Kori. Tapi dia sepertinya salah faham dengan arti pandanganku dan dia dengan sangat percaya diri mendekati Kori yang sedang makan dan bertanya.
"Dari tadi saya ngeliat kamu ngeliatin saya, ada apa?"
Dengan sangat percaya diri, dia melirik ke arahku sambil tersenyum namun aku tidak mempedulikannya dan menatapnya dengan tatapan datar. Laki-laki ini benar-benar bodoh. Apa dia kira aku cemburu karena Kori memperhatikannya tadi? Dia harusnya sadar diri!! Ratu sekolah seperti Kori tidak akan dengan mudah tertarik kepada orang sepertinya!! Banyak laki-laki yang mendekati Kori dan bahkan lebih tampan darinya tapi dia menolak semuanya, apa dia pikir wajahnya selevel dengan mereka semua?!!
Selain itu Kori bukan tipe perempuan yang akan dengan mudah tertarik dengan laki-laki hanya karena wajahnya. Lagipula Kori sendiri yang bilang kalau dia tidak suka orang lemah. Aku setidaknya pernah mendapat pelatihan beladiri sebelumnya tapi orang di depanku ini sangat jelas terlihat lemah, aku tidak mungkin mempercayakan keselamatan Kori kepadanya!!
"Idih GR, kak maaf deh ya. Antara wajah aku sama wajah kakak aja masih mending wajah aku buat apa juga temen aku ngeliatin kakak."
Yang kukatakan ini kenyataan, aku tidak merasa setampan itu dan aku tahu semua perempuan memiliki kriteria mereka masing-masing tapi dibandingkan wajah orang ini aku jelas lebih enak di pandang. Selain itu aku juga bukan tipe laki-laki yang suka gonta ganti pacar, aku hanya punya dua mantan dan keduanya putus karena tidak tahan dengan obsesiku pada kamera dan fotografi. Mereka ingin perhatianku hanya tertuju kepada mereka tapi aku yang berfikir realistis tentu lebih memilih untuk putus.
Mereka cuma pacarku bukan istriku tapi mereka bersikap seolah berhak mengatur hidupku tanpa berfikir kalau yang mereka lakukan tidak membuatku senang. Aku tidak bisa bersama dengan orang-orang egois seperti mereka karena itu aku berpisah dengan mereka. Kalau aku pacaran dengan Kori aku tidak akan melarangnya melakukan apa yang dia mau sekalipun itu berbahaya dan berusaha menjaganya. Tunggu sebentar dari mana juga pemikiran itu muncul?
"Lagian Kori itu suka sama orang yang kuat, gak ada siapapun di sekolah ini yang bisa lulus buat jadi pacarnya. Kakak mau coba? Temen-temenku yang masuk klub voli, basket, karate, silat sama taekwondo gak ada yang berhasil lho."
Kori yang sibuk mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya hanya menganggukan kepalanya sebelum kemudian tepuk tangan dengan memasang muka datar seperti biasanya.
"Seratus buat Lio."
Jawaban Kori membuatku tersenyum puas sementara orang itu tampak agak kaget mendengar jawaban Kori. Dia sepertinya belum pernah di tolak sebelum ini hingga terkejut seperti itu saat Kori tolak. Dasar bebek sialan.