Chereads / F.T.D (For The Dead) / Chapter 1 - Chapter 1: Kamera merah

F.T.D (For The Dead)

🇮🇩LynKuromuno707
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1: Kamera merah

Hari yang mendung di bulan Februari untuk pertama kalinya aku mengetahui rahasianya. Aku sama sekali tidak menyangka hidupku yang biasa-biasa saja dan membosankan ini jadi penuh dengan hal menarik sekaligus menyeramkan setelah mencoba mengenal lebih dalam tentangnya.

Namaku Emilio Alzam, umurku enam belas tahun. Panggil saja aku Lio, aku duduk di kelas satu SMK T.I Ganesha Jaya yang terkenal dengan berbagai jurusannya yang berhubungan dengan teknologi dan seni yaitu, Multimedia, Animasi, Teknik Komputer Jaringan, Administrasi perkantoran, dan Teknik Jaringan Akses. Aku mengambil jurusan Multimedia sesuai dengan hobiku sejak SMP yaitu memotret. Dulu hobiku ini hanya berasal dari teman-temanku yang seringkali memintaku untuk memotret mereka dan lama kelamaan membuatku jadi semakin mahir. Aku menjadi ketagihan dan mulai serius menekuni kesukaanku dalam bidang memotret dan memutuskan untuk menjadi seorang fotografer.

Aku tahu itu tidak mudah dan membutuhkan banyak biaya jadi aku mulai menyisihkan uang jajanku untuk membeli kamera yang bagus namun harganya sudah pasti tidak murah dan uang jajanku sendiri saja tidak mungkin cukup jadi aku mulai menjual makanan kecil yang sebagian hasilnya kutabung untuk membeli kamera DSLR. Akhirnya setelah dua tahun menabung aku berhasil membeli kameraku sendiri dan mulai bepergian untuk memotret di waktu luangku hingga kemudian kejadian menyebalkan terjadi.

Aku sedang pergi ke sebuah bangunan lama dengan arsitektur bergaya belanda dan sudah di tinggalkan selama lima puluh tahun oleh pemilik sebelumnya dan dibiarkan begitu saja. Atap bangunannya bocor dan kebetulan malam itu hujan cukup deras turun di daerah sana jadi ada banyak genangan air yang terbentuk di dalam bangunan karena atapnya yang sudah bocor. Ketika sedang asyik memotret tanpa sengaja aku terpeleset dan kameraku terbanting… itu adalah hal paling horror yang pernah kualami!! Selain itu kameraku bukan hanya sekedar jatuh kelantai namun jatuh dari lantai dua dan basah karena kubangan air!!

Karena kejadian ini aku benar-benar kesulitan apalagi sebagai anak jurusan Multimedia kamera sangat penting!! Dan karena hal itu aku jadi terpaksa untuk menggunakan sisa tabunganku dan membeli kamera lain… aku membutuhkannya jadi sekalipun bekas asalkan masih bagus dan bisa di gunakan aku akan membelinya… akhirnya setelah cukup lama mencari aku menemukan kamera yang harganya cukup murah di toko online. Aku tidak membaca deskripsi pada bagian penjualan dan hanya langsung membelinya karena aku benar-benar membutuhkannya. Anehnya saat aku mengirim pesan pada penjualnya dia beberapa kali bertanya padaku apakah aku yakin untuk membelinya dan dengan santai aku terus menjawab kalau aku yakin. Aku cukup takut akan kena tipu namun karena aku memilih jasa antar barang dulu baru bayar aku membelinya. Setelah itu beberapa hari kemudian seorang kurir datang dan memberikan kamera itu padaku. Yang bagiku agak aneh karena si penjual mengirim kamera itu menggunakan pos kilat yang layanannya sudah pasti mahal mengingat si penjual tinggal di daerah lain, bahkan beda pulau dengan dimana aku tinggal aku bersyukur karena aku memang benar-benar membutuhkan kamera ini tapi entah kenapa penjual ini terkesan ingin kamera itu cepat berpindah kepemilikan.

Kalau misalnya dia memang sedang benar-benar butuh uang kenapa dia menggunakan jasa layanan pos yang paling mahal? Lagipula kalau di pikir-pikir harga kamera itu juga bisa dibilang sangat murah padahal perlengkapannya sendiri masih lengkap dengan spesifikasi kameranya bahkan lebih bagus dari pada kameraku yang sebelumnya. Tapi aku tidak banyak pikir dan memeriksa isinya sebelum membayar dan benar saja isinya memang kamera DSLR berwarna merah gelap yang cukup jarang kulihat. Aksesoris kameranyapun lengkap seperti dalam deskripsi dan kamera itu di kirim menggunakan sebuah kotak kayu dengan hiasan beberapa ukiran membuat kotak ini terkesan seperti barang antik, bagian dalamnya juga di beri busa yang di lapisi kain berwarna merah mungkin untuk menjaga agar kameranya tidak rusak karena benturan. Akupun membayar sejumlah uang kepada kurir itu dan kurir itupun pergi setelahnya.

Akupun langsung melakukan perawatan dasar pada kamera itu dan bertanya-tanya kenapa pemiliknya sepertinya tidak menginginkan kamera ini bahkan hingga menjualnya dengan harga yang sangat rendah, dari yang kulihat kamera ini sepertinya juga tidak pernah di gunakan sebelumnya. Tidak ada sidik jari yang kutemukan pada kamera itu, kamera ini malah sangat bersih tanpa debu sedikitpun meski kameranya sudah berada di dalam kotak dalam waktu yang cukup lama.

Setelah selesai aku mengambil kamera itu dan pergi ke luar rumah untuk mencobanya. Aku mengambil beberapa foto dan menemukan kalau kamera ini bekerja dengan baik, gambar yang di hasilkan juga sangat bagus. Aku makin heran kenapa penjualnya menjual kamera ini padaku dengan harga murah, apa mungkin kamera ini punya cerita sendiri? Kalau diingat-ingat aku memang tidak membaca keterangan penjual dan hanya langsung membelinya karena butuh untuk tugas.

Akupun membuka aplikasi yang kugunakan untuk membeli kamera itu dan berniat memberi review bagus untuk penjualnya dan menggunakan kamera handphoneku untuk memotret kamera serta perlengkapannya dengan tujuan memberi tahu kalau kamera itu sampai dengan selamat kepadaku tanpa kekurangan sedikitpun namun orang yang menjualnya tidak membalas pesanku. Aku tidak mempedulikannya dan bersiap untuk tidur. Akupun memasukan kameraku kedalam tas yang sudah di sediakan di dalam kotak kayu itu untuk di bawa nantinya kesekolah.

Keesokan paginya hari tampak agak mendung namun tidak hujan, aku memasukan semua buku pelajaranku ke dalam tas dan mengambil tas berisi kamera baruku beserta perlengkapannya. Hari ini memang ada pelajaran memotret. Aku sangat senang dengan kamera baruku hingga aku tidak memperdulikan sekitarku dan tanpa sengaja menabrak murid perempuan yang berjalan di depanku.

"Maaf kamu gak apa-apa?!!"

"Gak, aku gak apa-apa"

Mendengar jawaban dengan nada kelewat datar yang keluar dari mulutnya aku tahu siapa yang ku tabrak ini bahkan sebelum melihat wajahnya. Benar saja perempuan yang kutabrak ini adalah Kori Renggani, dia adalah anak baru dari jurusan Animasi namun cukup terkenal di kalangan murid. Dia terkenal bukan hanya karena prestasinya tapi juga karena kelakuan anehnya.

Kori di nilai jauh dari kata normal, memang anak dari jurusan animasi di cap aneh dan tidak biasa karena otak mereka yang kelewat kreatif dan hal-hal gila yang sering kali mereka lakukan namun Kori mungkin adalah yang paling aneh. Misalnya saja sekarang, aku menabraknya tanpa sengaja hingga dia terjatuh tapi dia tidak tampak kesakitan, mengeluh, apa lagi menangis. Aku juga mendengar kalau dia tidak pernah tersenyum apa lagi tertawa anehnya gambar yang dia buat selalu penuh dengan emosi juga memiliki tema yang beragam. Namun dia paling sering mengangkat isu sosial dan selalu menang dalam lomba karena itu dia sering kali di sebut ratu es.

Sebelum aku sempat menolongnya untuk berdiri dia bangun sendiri dari posisinya dan membersihkan tanah yang menempel pada roknya sebelum kemudian melirik tas berisi kamera yang baru kubeli sebelumnya cukup lama.

"Ada apa?"

"Kamu baru beli kamera?"

Aku agak kaget mendengar dia bertanya seperti itu kepadaku, belum lagi kami belum pernah saling tegur sapa sebelumnya. Aku tahu namanya karena dia cukup dikenal sebagai anak kesayangan guru tapi dia tidak tahu namaku karena aku bisa dibilang murid yang biasa saja. Dari mana dia tahu kalau ini adalah kamera baru? Aku ingin bertanya kepadanya tapi sebelum aku membuka mulutku untuk bertanya dia sudah lebih dulu mendekatiku dan berbisik di telingaku.

"Lain kali kamu harus hati-hati kalau beli barang."

Aku makin kebingungan mendengar apa yang dia katakan namun sebelum aku sempat bertanya dia sudah lebih dulu pergi naik ke atas tangga dan masuk kedalam kelasnya.