"Apa dia akan tetap ikut ekspedisi?" Tanya John kepada Panglima besar.
"Tentu, kita harus menggali informasi dengan cara memerhatikan setiap gerak-geriknya. Kita tidak boleh lengah," jawab Panglima besar yang bernama Mayor Cruise. Dia mempercayai ucapan John sepenuhnya, namun ia harus tetap professional dengan mengumpulkan bukti-bukti pengkhianatan orang itu. Dengan cara ini, lebih mudah untuk melaporkan kasus kepada Negara.
"Apa kau juga akan ikut ekspedisi Mr. Mayor?" Tanya Theo.
"Tidak, aku akan memberikan kalian informasi mengenai perkumpulan mereka dari sini."
"Aku ingin meminta bantuanmu."
****
"Bangun tenda seperti sebelumnya, tembakan laser setelah selesai!" Ucap John kepada para kadet begitu sampai di kota Favela.
Rencananya kali ini, ia akan mengumpulkan seluruh kepala desa untuk berunding dan menyelesaikan masalah ini. setelah itu, dia akan meminta bantuan kepada para kepala desa untuk membantu menangkap pelaku yang menyebarkan virus serta pengkhianat yang ada di antara mereka. Langkah pertama, John harus bisa membujuk Kepala Desa Kali untuk ikut berdiskusi. Kalian sendiri tahu bagaimana perangai kepala desa sombong yang satu itu.
"John, apa kau akan ke Desa Kali sekarang?" Tanya Theo.
"Iya, tolong kau urus semuanya di sini. Jangan sampai ada orang yang tahu tentang masalah ini selain kita berdua tentara profesional. Dan juga, pancing orang itu agar ia merasa terpojok dan menyerahkan dirinya. Jangan lupa untuk memberitahu Nyonya Samanta juga."
"Baik John."
John lalu pergi dari Desa Bari dan menuju Desa Kali. Ia sangat tahu jika misinya kali ini sangat sulit. Kepala Desa Kali sudah sangat membencinya dari pertama kali mereka bertemu. Tapi, ini harus dilakukan agar pelaku dari segala masalah ini bisa ditangkap secepatnya.
Setelah lama berjalan, John akhirnya sampai di depan Desa Kali. Keadaaan masih sama seperti kala terakhir kali ia berkunjung kemari bersama Theo. John melangkahkan kakinya masuk dengan penuh percaya diri.
"Kau? Apa yang ingin kau lakukan di sini sekarang? Cepat keluar dari desaku!" Bentak Kepala Desa Kali.
"Aku dengan hormat ingin memintamu untuk menghadiri diskusi yang akan dilaksanakan hari ini."
"Mengapa aku harus ikut? Ini tidak ada hubungannya denganku. Kau lebih baik pergi dan cari orang lain saja!" Kepala Desa Kali tetap tidak memerdulikan John dan melanjutkan kegiatannya.
"Baiklah, kau tidak ingin pergi? Maka aku akan membakar ladangmu dan menebang semua pohonmu!" Teriak John.
Kepala Desa Kali mencoba untuk tenang walau sebenarnya dia sedang panik. Kepala Desa Kali menegak salivanya dan menetralkan napasnya.
"Bagaimana caranya? Ladangku sangat luas, tidak mungkin kau bisa membakar ladangku yang luas itu!"
"Aku bisa, jika kau memang benar-benar ingin rugi maka aku akan melakukannya." John menekan walky talky.
"Siram sepertiga ladang gandum dengan minyak, lalu bakar!"
"Siapa yang kau ajak bicara?"
Helikopter seketika berterbangan di atas rumah Kepala Desa Kali. Mereka lalu menyiramkan minyak tanah di daerah yang John maksud. Tak berselang lama, perlahan api pun mulai membakar habis gandum yang ada di sana.
"Lihat? Aku membawa pasukan. Jadi, kau masih ingin menolak perintahku?" Tanya John.
"Tu-tunggu! Perintahkan mereka untuk berhenti! Ladang gandumku!" Ucap Kepala Desa Kali. Kepala Desa Kali hendak berlari keluar namun berhasil ditahan John.
"Api akan mati ketika kau menyetujui perintahku." Ucap John.
"Kau tidak bisa menghentikanku! Aku akan berdoa kepada Dewa agar mereka menurunkan hujan beserta petir!" Kata Kepala Desa Kali lalu berhasil terlepas dari genggaman John.
John membiarkan Kepala Desa Kali lepas bukan karean tenaga John terkuras. Ia sengaja membiarkan Kepala Desa Kali pergi untuk rencana selanjutnya.
"Kalian semua! Dengarkan aku! Jika kalian tidak menghentikan pembakaran ini, aku akan memanggil Dewa agar mereka menghukum kalian semua! Dengarkan aku!" Kepala Desa Kali terus berteriak ke arah helikopter yang masih terbang di angkasa.
"Kepala Desa ini benar-benar membuang waktuku saja!" John berjalan perlahan keluar.
"Sialan! Cepat perintahkan orang-orangmu untuk berhenti!" Kepala Desa Kali menunjuk wajah John.
"Sudah ku katakan, kau harus mengikuti perintahku dulu baru mereka akan menghentikan aksinya. Ini musim kemarau, tidak mungkin terjadi hujan."
"Tidak akan!"
"Kalau begitu, saksikanlah ladangmu yang perlahan akan habis terbakar mungkin akan terbakar bersamamu juga. Perbesar lingkup apinya!" John menekan walky talky dan memerintahkan pasukan John. Dalam sekejap api pun membesar dan lama-kelamaan ladang Kepala Desa Kali akan lenyap.
"Baiklah! Aku menyetujui permintaanmu! Aku akan ikut berdiskusi!" Mohon Kepala Desa Kali.
"Hentikan." Helikopter pun menyiram api dengan air yang banyak. Dalam sekejap, api pun padam.
"Apa kau harus melakukannya sejauh ini?" Tanya Kepala Desa Kali.
"Jika aku hanya memohon padamu itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Lebih baik aku langsung menyerang titik lemahmu agar dapat menghemat waktu."
"Terimakasih, Panglima!" Teriak John lalu menuju Desa Bari bersama Kepala Desa Kali.
****
Desa Uma
"Nenek," sapa Theo saat baru saja bertemu dengan Nyonya Samanta.
"Astaga, Theo. Dimana Mr. John?" Tanya Nyonya Samanta.
"Dia sedang ada urusan," jawab Theo.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Begini… John ingin agar semua kepala desa dikumpulkan dan akan mengadakan diskusi. Ia ingin memusnahkan virus di desa ini secepatnya karena ada kasus lain yang harus diselesaikan. John tidak bisa membiarkan desa ini hancur begitu saja."
"benar yang dikatakan Mr. John. Aku akan pergi kesana," kata Nyonya Samanta.
"Kau ingin pergi kemana, Nyonya?" Tanya Maria yang sedang membawa keranjang berisi buah-buahan dan sayuran.
Sekali lagi, swush!
Angin menerpa wajah tampan Theo ketika Maria lewat di hadapannya. Laki-laki itu tidak berkedip karena terus memandangi wajah cantik Maria.
"Aku ingin ke Desa Bari, ada yang harus aku lakukan di sana. Sebaiknya kau diam di sini saja," ucap Nyonya Samanta.
"Tidak!" Seketika, Nyonya Samanta dan Maria menoleh ke arah Theo.
"Maksudku, biarkan saja Maria ikut. Siapa tahu dia dibutuhkan di sana," ucap Theo.
"Kalau begitu, izinkan aku bersiap terlebih dahulu."
"Cepatlah, Maria!" Perintah Nyonya Samanta.
Maria lalu segera berlari ke kamarnya dan sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Maria mengikat tinggi rambutnya dan memakai sedikit pewarna bibir.
"Kau menyukai Maria?" Tanya Nyonya Samanta kepada Theo.
"Sedikit, dia menarik perhatianku saat pertama kali kita bertemu." Theo tersenyum singkat.
"Siapa nama lengkap gadis itu, Nek?" Tanya Theo.
"Maria Granet." Theo tersenyum akhirnya dia mengetahui nama lengkap Maria.
"Maria Granet, Maria Granet Yamashita," gumam Theo.
****
Perkemahan Desa Bari…
Disana sudah ada John, Kepala Desa Kali, dan Kepala Desa Bari. Kepala Desa Kali merasa tidak senang dengan kehadiran Kepala Desa Bari di sana. Dia terus saja mengoceh kesal. Kepala Desa Bari sudah menyiapkan mentalnya atas permintaan John tadi. Dia harus bisa menghiraukan perbuatan Kepala Desa Kali.
"Ck! Sebenarnya apa yang ingin kalian bahas sekarang? Tidak bisakah kita memulai rapatnya saat ini juga?" Tanya Kepala Desa Kali.
"Bersabarlah sedikit, saudaraku. Kita masih harus menunggu Nyonya Samanta terlebih dahulu," jawab Kepala Desa Bari.
"Kita bukanlah saudara! Nyonya Samanta? Untuk apa dia dipanggil? Jangan bilang kau akan membocorkan rahasia desa kita?" Kepala Desa Kali berdiri dan menunjuk Kepala Desa Bari tepat di wajahnya.
"Tenanglah Kepala Desa Kali! Jangan mengacau!" Perintah John.
"Ck!" Kepala Desa Kali akhirnya duduk setelah John menegurnya.
"Semoga perundingan kali ini berjalan dengan lancar. Tidak, perundingan ini sepertinya akan membutuhkan lebih banyak tenaga dari pada biasanya. Kau pasti bisa John!" Kata John kepada dirinya.
"Nyonya Samanta." Kepala Desa Bari berdiri untuk memberikan salam kepada Nyonya Samanta.
"Aku akan mulai dengan menceritakan sejarah Desaku terlebih dahulu," ucap Nyonya Samanta langsung ke inti masalah.
"Tunggu! Kenapa tiba-tiba kau menceritakan sejarah Desa Uma?" Tanya Kepala Desa Kali.
"Diamlah, Kali. Setelah aku selesai giliran dirimu yang menceritakan sejarahnya!"
Perundingan berlangsung dengan aman dan tenang. Tak sebising sebelum Nyonya Samanta datang. Yang ada di ruangan hanya John, Jennifer, Kepala Desa Kali, Kepala Desa Bari, dan tentu saja Nyonya Samanta.
Perundingan masih dilakukan hingga siang ini. Setelah nyonya Samanta menceritakan sejarah Desa Uma, Kepala Desa Bari dan Kepala Desa Kali bergantian menceritakan sejarah Desa mereka.
"Tapi, tuan?" Panggil Kepala Desa Bari.
"Ada apa kepala desa?" Tanggap John.
"Mengapa kita perlu menceritakan asal mula desa kami? Apa itu ada hubungannya dengan kasus ini?" Tanyanya.
"Tentu ada, jika sejarah desa kalian tidak ada hubungannya dengan hal ini maka aku tidak akan menggali informasi sampai sejauh ini," jawab John.
"Ba-baiklah, apa kita sudah selesai melakukan perundingan?" Tanya Kepala Desa Kali.
John diam, sepertinya dia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Kepala Desa Kali dalam waktu dekat. Hingga beberapa saat kemudian John mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Kepala Desa Kali.
"Apa ada hal yang harus kau lakukan setelah ini?" John menatap mata Kepala Desa Kali dengan tegas. Tak ada celah untuk menghindar dari tatapannya.
"Tidak, tapi aku hanya berpikir jika urusan ini sudah selesai lebih baik aku kembali ke desaku untuk bersenang-senang." Kepala Desa Kali mencoba untuk mencairkan tatapan John.
"Sungguh, tentara ini sangat berbeda ketika kali pertama aku menemuinya. Apa ini sifat aslinya? Sangat mengintimidasi," ucapnya dalam hati.
"Tuan, kami percayakan hal ini padamu dan rekanmu. Tolong selamatkan desaku, aku tidak tahu harus melakukan apa selain bekerja sama denganmu," kata Kepala Desa Bari penuh harap.
"Tentu Tuan John akan membantu kita keluar dari masalah ini. Kami percaya padamu," kata Nyonya Samanta.
"Ini." Theo menyerahkan sebuah roti sobek dan sekaleng soda untuk Maria.
"Apa ini?" Tanya Maria sambil memerhatikan kaleng yang Theo berikan.
"Ahh! Aku tahu! Ini adalah ikan, benar?" Kata Maria.
"Bukan, lihatlah dia benda mati. Ini soda, sangat enak cobalah," kata Theo.
"Aku pernah melihat ikan berada di dalam kaleng ini. jadi, aku pikir ini sama seperti itu."
"Tentu saja berbeda, bagaimana rasanya?" Theo memperhatikan Maria yang sedang kesulitan membuka penutup kaleng.
"Ooohhh! Rasanya sangat mengejutkan!" Pekik Maria.
"Apa kau suka?"
"Ya, aku menyukainya. Rasanya sangat baru untuk lidahku. Apa kalian sering meminum ini saat bertugas?" Tanya Maria.
"Tidak hanya tentara yang meminum soda, orang biasa pun bisa meminumnya. Biasanya mereka meminum ini saat makan," jawab Theo.
"Benarkah? Apa ini penemuan baru?" Tanya Maria yang sepertinya kagum dengan minuman yang memberikan sensasi mengejutkan saat diminum.
"Tidak Maria. Apa kau sungguh baru pertama kali melihat soda? Ini sudah diciptakan sejak dulu."
"Ini kali pertamaku melihat minuman aneh ini."
"Kalau begitu, lain kali aku akan membawakan lebih banyak minuman baru untukmu."
"Apa kau serius? Aku akan sangat senang jika kau mau membawakanku lebih banyak minuman seperti ini," kata Maria sambil melompat riang.
"Aku serius dengan perkataanku. Tunggu saja, setelah kasus ini selesai aku akan mengajakmu pergi ke kota dan melakukan hal yang belum pernah kau lakukan sebelumnya. Aku janji." Theo mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Maria. Theo mengulas senyuman di bibirnya, Theo senang bisa mengobrol lama dengan Maria.
"Jika bukan Maria Shendi maka Maria Granet pun tak apa," ucap Theo dalam hati sambil terkekeh.