Chereads / Tentara dan Dokternya / Chapter 30 - Coloseum

Chapter 30 - Coloseum

Malik mengendarai mobilnya dengan santai melewati jalanan sempit dan berhenti di sebuah kedai kopi dengan pria tua sebagai penjualnya.

"Selamat malam Tuan, apa daganganmu laku hari ini?" Tanya Malik.

"Hanya segelintir orang yang mau mencicipi kopi buatan ku. Selebihnya, mereka hanya lewat sambil menunjukan kartu identitas mereka." Penjual itu menjawab pertanyaan Malik tanpa senyum. Namun, Malik hanya terkekeh dan memilih untuk masuk ke sebuah ruangan di belakang kedai kopi itu.

Bar Coloseum

Dentuman musik terdengar jelas di segala penjuru ruangan. Banyak orang yang menari dengan bebas dan berciuman tanpa memedulikan sekitar. Bar yang dijalankan oleh Freeman bersaudara sebagai tempat prostitusi dan pengedaran narkoba terlarang di Rio de Janeiro. Lokasi bar itu terletak di ujung jalan sempit yang tersembunyi di belakang kedai kopi milik seorang lelaki tua.

"Malik, aku minta maaf tapi aku harus pergi sekarang. Kekasih ku ingin aku berada di rumah malam ini," kata seorang bartender.

"Tentu, kau bisa pergi setelah aku siap." Malik masuk ke ruangan yang memang khusus di siapkan hanya untuk Malik seorang. Ia mengganti bajunya dan bersiap untuk bekerja.

"Terima kasih, sampai jumpa Malik!" Laki-laki itu langsung pergi keluar terburu-buru.

"Hei Boy, siapa namamu?" Tanya seorang wanita. Wanita itu menggunakan dress merah dengan dandanan yang mampu memukau setiap pria.

"Malik," jawab Malik.

"Let's see if you can make a good drink."

Malik tersenyum menatap mata wanita itu. Malik memang menjadi incaran setiap wanita yang datang ke Bar Coloseum. Bisa dibilang, setiap wanita ingin memiliki Malik seutuhnya. Namun sayangnya, Malik bukan pria yang bisa tidur dengan wanita sembarangan. Ia akan memilih sendiri teman tidur semalamnya.

"Ini minumanmu, lady." Malik menaruh segelas minuman di hadapan wanita itu dan langsung di sesap tanpa sisa oleh wanita itu. Wanita itu tersenyum sambil melirik gelasnya.

"Datang lah ke apartement ku. Aku akan menjamu mu dengan makanan mewah." Wanita itu pergi meninggalkan Malik dan tak lupa ia menaruh kartu identitasnya di atas meja.

"Aku akan berkunjung jika kau sudah mendapat giliranmu." Malik melempar asal kartu identitas itu di sebuah kotak yang ada di sebelahnya. Kotak itu berisi beberapa kartu nama wanita-wanita yang menginginkan Malik.

Tiba-tiba, Malik tertarik dengan seorang wanita yang sedang menari bebas di lantai dansa. Gadis dengan celana jeans panjang dan jaket denim dengan tanktop putih menggoyangkan tubuhnya yang langsing dan tersenyum lebar di sana.

"Siapa dia?" Batin Malik.

Rambut gadis itu terurai panjang cantik membuat Malik makin tertarik. Malik ingin menghampiri wanita itu, namun masih ada pelanggan yang memesan minuman. Malik harap wanita itu tidak pergi sebelum dirinya tahu nama wanita itu.

"Malik! Malik! Apa yang kau lihat? Gelasmu penuh," ucap rekan kerja Malik.

"Ouuu.. my bad." Malik lalu memberikan minuman itu kepada pria dan memberi sebuah plastik yang berisi butiran-butiran kecil berwarna putih.

"Thanks. Sudah ku transfer uangnya."

"Sure." Malik tersenyum dan kembali bekerja.

Gadis yang menyita perhatian Malik sejak tadi masih ada di sana. Masih menari dengan bahagia di lantai dasar. Tapi, yang sangat menyita perhatian Malik selain bentuk tubuhnya adalah, mengapa gadis itu memakai pakaian seperti itu datang ke bar ini? Biasanya, para wanita akan berlomba-lomba menggunakan dress pendek dan berdandan seperti wanita dewasa. Tapi tidak dengan gadis dengan jeans itu. Malik semakin tertarik.

Beberapa jam berlalu, Malik sudah berganti shift dengan rekan kerjanya. Malik langsung menghampiri gadis yang menari sejak tiga jam yang lalu.

"Hei young lady," sapa Malik.

"Maaf Tuan, sepertinya kau salah orang," jawab gadis itu sambil terus menari. Malik menaikan alisnya. "Jawaban macam apa itu?" Batinnya.

"Aku berbicara denganmu, young lady." Gadis itu berbalik dan memerhatikan Malik.

"Apa urusanmu denganku? Aku tidak akan tinggal diam jika kau mengajakku untuk tidur bersama. Aku sudah memiliki suami," kata gadis itu.

"Kau sudah memiliki suami?"

"Ya, jadi kau sebaiknya mencari wanita lain saja." Gadis itu kembali menari mengikuti dentuman musik.

"Sayang sekali, padahal aku ingin menawarkan pekerjaan kepadamu."

"Apa? Pekerjaan? Pekerjaan apa?" Tanya gadis itu tiba-tiba.

"Maaf, aku hanya mencari gadis yang belum menikah untuk pekerjaan ini." Malik kemudian berbalik dan hendak meninggalkan gadis itu. Gadis itu terlihat berpikir sejenak.

"Tuan! Aku belum menikah!" Teriak gadis itu dan memunculkan senyuman di bibir Malik.

Malik lalu berbalik, "tidak apa-apa lady, urus saja pekerjaan rumahmu dan jadilan istri yang baik. Kalau begitu aku permisi dulu."

"Tidak, aku serius. Aku tidak benar-benar sudah menikah. Aku kira kau tadi ingin mengajakku untuk berkencan. Aku tidak tertarik untuk berkencan dengan orang yang suka pergi ke club malam."

"Tapi kau pergi."

"Aku hanya stress karena sudah tiga bulan sejak aku lulus kuliah tapi aku belum mendapatkan pekerjaan. Temanku memberitahu ku ada sebuah bar di sini dan menyuruhku untuk pergi kesini."

"Jadi kau masih lajang, lady?"

"Ya, aku bahkan tidak memiliki seorang kekasih. Jadi, apa pekerjaannya?" Tanya gadis itu tak sabar.

"Ini, simpanlah kartu namaku dan kirimkan aku CV." Malik memberikan kartu namanya kepada gadis itu.

"Baiklah, aku akan menghubungimu. Terima kasih tuan," ujar gadis itu lalu kembali menari.

"Aku semakin tertarik." Malik lalu kembali ke ruangannya dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Berapa lama lagi aku harus melajang? Aku harus menemukan teman hidupku dalam waktu dekat dan mungkin gadis itu adalah orang yang tepat." Malik tersenyum sambil menutup matanya dan terlelap.

*****

"Aku senang kau baik-baik saja," ucap Janneth.

"Ha?" Ezra terkejut mendengar Janneth yang berbicara di belakangnya.

Ezra dan Janneth mendapat tugas bersama. Saat ini, mereka sedang menanam padi untuk Desa Bari.

"Maksudku, kau tidak sakit seperti Zayn karena kelelahan. Jadi aku senang karena temanku, setidaknya satu ada di sini bersama ku."

"Ohh.. tentu saja aku akan menemanimu. Apa kau sudah selesai?"

"Belum, masih banyak yang harus aku tanam. Apa hanya kita berdua yang bertugas menanam di sawah ini?"

"Iya, yang lain sudah mengambil tugas yang lainnya. Hanya kita yang tersisa dan harus menanam semua ini. Kau sanggup kan?"

"Hanya menanam ini? Aku bisa menanam lebih dari ini sekarang juga. Jika kau mau kau bisa meninggalkan pekerjaan ini dan membiarkan aku mengerjakan semuanya."

"Tidak, aku akan membantumu juga di sini. Ayo kita selesaikan segera agar kita bisa beristirahat."

Janneth dan Ezra tekun menanam satu per satu benih padi di sana. Hingga beberapa saat kemudian, Jennifer menghampiri keduanya.

"Miss Jennifer!" Sontak Ezra dan Janneth memberikan hormat kepada Jennifer.

"Lanjutkan pekerjaan kalian, aku datang hanya untuk melihat sejauh mana yang sudah kalian selesaikan. Setelah itu selesai, kembali untuk makan siang."

"Yes Miss!"

"Lanjutkan!" Jennifer pun pergi dari sana. Janneth dan Ezra akhirnya bisa bernapas dengan lega.

"Miss Jennifer sangat tegas. Aku ingin bisa menjadi tentara wanita sepertinya kelak," gumam Janneth.

"Kau lah yang akan menggantikan posisinya dan aku akan menggantikan posisi Mr. Miller," kata Ezra.

"Apa kau yakin kau bisa? Mr. Miller bukan lah tentara sembarangan. Butuh latihan keras agar bisa menjadi sepertinya."

"Aku yakin aku bisa, aku yakin jika kelak aku akan bisa mengimbangi Mr. Miller dan menggantikan posisinya." Ezra membulatkan tekadnya agar bisa menjadi seperti John. Ia tersenyum penuh keyakinan dan mengepalkan tangannya.

"Ayo cepat kita selesaikan! Kenapa kita malah mengobrol." Mereka berdua bergerak dengan cepat menyebar benih padi di sawah.