Chereads / Tentara dan Dokternya / Chapter 32 - Magath Freeman

Chapter 32 - Magath Freeman

"Permisi dukun sakti," ucap seorang pria paruh baya yang membawa sekarung beras.

"Ini, terimalah persembahan dariku. Tolong berikan aku benih ajaib lagi," kata pria itu lagi.

"Mh? Tapi Tuan, maaf saja tapi aku akan berhenti menjadi dukun!" Dukun itu berdiri dan mengangkat tinggi tangannya di udara.

"Apa kau tahu sesuatu, Tuan?" Tanya dukun itu sambil berjalan perlahan ke arah pria paruh baya tersebut.

"Aku bukanlah seorang dukun sakti seperti apa yang kau pikirkan selama ini. Aku hanya manusia biasa! Kau ingin tahu dimana aku mendapatkan seluruh benih ajain itu?"

Pria paruh baya itu terhentak ke belakang dan merangkak untuk menghindari dukun sakti yang perlahan mendekatinya sambil mengambil sebuah belati. Dukun itu mengangkat kepalanya dan menatap pria paruh baya itu dengan tatapan kasihan. Perlahan dukun itu membuka tudung kepalanya dan melepaskan topengnya. Tanpa disangka, dukun itu memiliki wajah yang tampak muda. Dukun palsu itu memberikan senyum jahatnya.

"Aku bukanlah dukun, aku seorang kriminal. Aku, Magath Freeman! APA KAU MENDENGARKU? AKU MAGATH FREEMAN YANG SEBENTAR LAGI AKAN MENGUNGKAPKAN IDENTITASNYA!" Magath berteriak sekuat tenaga di hadapan wajah pria paruh baya tadi.

Tak sanggup menahan takut, pria paruh baya itu perlahan mengangkat kedua tangannya dan menyatukannya. Tandanya, pria paruh baya itu meminta pengampunan. Pria paruh baya itu menjatuhkan karung yang berisi beras.

"Tidak, harusnya aku tidak melakukan ini tapi sepertinya ini akan menyenangkan. Aku butuh seseorang untuk persembahan." Magath mengangkat wajah pria paruh baya itu dan mengelus bibir pria itu.

"Tu-Tuan, ampuni aku. Aku berjanji akan memberikan semua yang kau inginkan. Aku mohon lepaskan aku!" Pinta pria itu.

"Segalanya?" Tanya Magath dan dengan cepat pria paruh baya itu mengangguk.

"Berikan saja nyawanmu. Kau sanggup?" Semakin dekat wajah Magath dengan pria paruh baya itu. Semakin takut pula pria itu menghadapi tekanan yang Magath berikan.

"Bodoh! Jika kau sedang terancam maka cobalah untuk melawan! Bukannya malah memberikan apa yang mereka mau! Kalian merupakan manusia yang bodoh!"

Magath melihat pria itu dengan tatapan penuh rasa iba, atau.. perasaan tidak sabar untuk menghabisi pria itu?

SYAT!!

Satu tebasan berhasil memisahkan kepala pria paruh baya tersebut dengan tubuhnya. Magath tersenyum penuh kemenangan.

"Fuck! Yes! This is what I want!" Magath tersenyum penuh kemenangan.

Magath mengambil beberapa senjata yang ia sembunyikan di dalam sebuah peti. Laki-laki itu menyiapkan dirinya. Memakai jaket dan menutupi seluruh wajahnya lalu keluar dari gubuk tua yang sudah di kosongkan isinya di malam sebelumnya.

Sementara itu di kejauhan, Morgan dan Malik beserta pasukannya menunggu Magath dengan wajah serius. Apapun yang terjadi, Magath harus bisa pergi sekarang. Ini bukan saat yang tepat untuk mengungakap identitas.

Magath berjalan dengan cepat menuju sebuah mobil dimana di sekelilingnya sudah terdapat beberapa bodyguard yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya.

"Magath, apa yang membuatmu lama?" Tanya Morgan yang sudah menunggu lama.

"Aku baru saja bersenang-senang." Magath tersenyum dengan wajah yang santai dan dipenuhi dengan senyuman. Morgan hanya menatap Magath dengan ekspresi datar.

"Apa lagi? Kita harus pergi sebelum para pasukan tentara sialan itu datang," ucap Magath dan Morgan segera melajukan mobilnya dengan suasana hati buruk.

"Apa yang membuatmu lama?" Tanya Malik.

"Sudah aku bilang aku baru saja bersenang-senang. Apa kalian tidak ingin melihatku bahagia?" Magath sesekali bersiul ria.

"Kau membuat Kak Morgan menunggu lama."

"Lalu? Aku tidak menghabiskan waktu terlalu lama, bukan? Aku hanya bersenang-senang sebentar."

"Apa yang kau lakukan? Aku hanya ingin mengetahui itu saja!" Teriak Morgan.

"Nothing special, but this..." Magath menunjukan foto kepala manusia di ponselnya.

"Ini sungguh sikap yang kekanakan! Apa kau senang setelah membunuh pria itu?"

"Tidak." Magath melempar ponselnya ke sebelahnya. Tawa Magath yang tadi perlahan hilang.

"Aku membencinya. Aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu tadi."

"Kau memang psychopat.." kekeh Malik.

Favela Magazine

"Badan manusia telah ditemukan di gubuk tua itu. Berdasarkan hasil tim forensik, diduga mayat itu berjenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 49 tahun. Identitas asli mayat masih belum diketahui. Tidak ada senjata berbahaya selain belati yang dilumuri darah ini."

Jennifer membaca dengan seksama seluruh beritanya. Ia terlihat berpikir sejenak.

"Aku harus memanfaatkan keadaan ini untuk mengalahkannya. Aku harus menang kali ini. Aku tidak ingin terlihat lemah."

"Jennifer, sedang apa kau?" Tanya Theo yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. Jennifer langsung menyembunyikan koran yang ia dapatkan tadi saat ia pergi ke kota.

"Theo, kau harusnya tidak boleh masuk begitu saja ke dalam kamarku. Katakan, apa perlumu?"

"Why Jennifer? Kenapa kau terlihat panik? Apa yang kau sembunyikan?" Theo melirik ke belakang tubuh Jennifer.

"Bukan urusanmu! Cepat katakan ada perlu apa mencariku?"

"John meminta data yang telah kau kumpulkan. Itu saja." Theo terus berusaha melihat apa yang Jennifer pegang.

"Akan aku antarkan nanti."

"Keyy!" Theo akhirnya keluar dari kamar Jennifer.

"Theo dan John sepertinya belum tahu berita ini. Aku harus bergerak cepat dan memecahkan misteri ini. Aku ingin tahu siapa pengkhianat yang sebenarnya." Jennifer memasukan koran itu ke dalam tasnya lalu mengambil laporan yang akan ia serahkan kepada John.

"John, Jennifer sepertinya sudah mulai bertindak." Theo mengambil posisi di hadapan John yang tengah duduk sambil menopang dagunya dengan kedua tangan yang saling bertumpuk.

"Hm?"

"Jennifer terlihat menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya saat aku masuk ke dalam kamarnya. Aku tidak tahu apa itu, tapi itu terlihat seperti sebuah kertas. Mungkin saja berisi kode rahasia."

"Dia sungguh keterlaluan, kenapa dia mengkhianati kita? Apa yang akan dia dapatkan jika dia mengkhianati kita?" Theo terus berbicara tanpa henti.

"Kejadian waktu itu sungguh membuatku kaget," ucap John.

2 Bulan Yang Lalu.....

John sedang melihat-lihat keadaan di sekitar perkemahan. Entah kenapa John merasa ingin masuk ke dalam tenda Jennifer yang kosong.

John melihat-lihat kamar Jennifer yang tidak terlalu rapi. Terlihat ada sebuah berkas yang asing di mata John. Laki-laki itu membuka berkas dan menemukan beberapa koran dengan berita-berita yang berhubungan dengan kasus Desa Bari.

"Dimana ia menemukan koran ini?" Batin John.

"John, apa yang kau lakukan?" Tanya Jennifer yang masuk dengan membawa beberapa camilan.

"Apa ini?" Tanya John.

"Coba ku lih- Apa kau melihat ini? Harusnya kau tidak melihatnya! Jangan menyentuh barangku tanpa izin!"

"Memang kenapa? Apa itu berkas penting?"

"Tidak.. Hanya saja tidak sopan jika kau membuka berkas orang lain tanpa izin."

"Jadi aku tidak boleh melihatnya?"

"Tidak! Sudah cepat keluar dari tendaku!"

John akhirnya keluar dari tenda Jennifer.

"John! John!" Theo menggoyangkan badan John.

"Apa Jennifer benar melakukan pengkhianatan?" Tanya John.

"Ha? Ya! Dia melakukannya, kau sendiri yang memberitahuku."

"Aku memberitahu mu apa?"

"Kau bilang kau melihatnya sedang berbincang dengan orang lain. Dan kau mendengar semua percakapannya."

"Apa yang aku katakan?"

"Kau bilang kau melihat Jennifer dan dukun palsu itu di lereng bukit sedang berbincang mengenai virus. Kau bilang Jennifer membenci istrimu. Jennifer ikut andil dalam penyebaran virus, itulah mengapa virus ini berkembang sangat cepat." Theo menjelaskan dengan cepat.

"Aku mengatakan itu?" Tanya John sambil mengerutkan dahinya.

"Ya! Ada apa denganmu, John? Dari tadi kau hanya diam dan menanyakan hal-hal aneh." Theo mulai frustasi dan mengacak-acak rambutnya.

"Tidak Theo! Bukan Jennifer!" John tiba-tiba berdiri dan mengatakan kalimat itu.

"Apanya yang bukan Jennifer?"

"Jennifer bukan pengkhianat diantara kita. Aku yakin bukan dia, ada yang salah dengan diriku." John menganggukkan kepalanya sambil berucap berusaha meyakinkan Theo.

"Apa maksudmu?"

"Aku yakin ada yang salah dengan otakku. Aku ingat, aku melihat Magath dan seorang wanita muda berdiri di lereng."

"Siapa wanita muda itu?" Tanya Theo berusaha mencerna baik-baik hal yang John katakan walaupun ia sendiri belum pasti paham.

"Aku tidak familiar dengan wajahnya, yang jelas wanita itu bukan Jennifer. Wanita itu lebih pendek dari Jennifer dan tubuhnya tidak berotot seperti yang Jennifer punya."

"Magath? Apa dia merupakan salah satu dari Freeman bersaudara? Sedang apa Magath ada di hutan ini?" Tanya Theo. Theo tahu Magath seorang ilmuwan, tapi Theo tidak tahu jika Magath bekerja di tengah hutan juga.

"Aku lupa apa yang aku dengar, tapi aku mendengar Magath memberitahu gadis itu jika Magath lah yang menyebar virus. Lalu tanpa sengaja Magath melihatku dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku sudah terbangun di klinik."

"Magath? Jadi Magath yang menyebarkan virus ini? Jadi Jennifer tidak bersalah?"

"Sial! Kepalaku sangat sakit!" John mulai menjambak rambutnya dan merintih kesakitan.

"John kau baik-baik saja?" Theo segera membantu John dan membantu John untuk pergi ke klinik.

"Tentara bodoh itu pasti mengira Jennifer lah yang melakukan semua ini." Magath tertawa keras di dalam mobil.

"Acara besar akan dimulai.." Magath tersenyum tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.