Mia, nama wanita yang Malik temui di Bar miliknya. Wanita itu sudah mengirimkan CV untuk Malik dan bersiap untuk bekerja.
"Wanita ini lulusan dari Universitas yang sangat terkenal, kenapa dia tidak mendapatkan satu pekerjaan pun? Aku dengar alumni dari universitas ini tidak pernah mengecewakan perusahaan tempat mereka bekerja." Malik terus membaca CV milik Mia dengan seksama.
"Pekerjaan ini sepertinya akan cocok dengan dirinya. Baiklah Mia, kau diterima!" Malik mengklik pilihan accept di layar komputernya.
"Diterima? Aku diterima? Waahhhhh!!!!!!!! Aku diterima!!!!!" Mia berteriak dari bangunan tua tinggi yang merupakan apartemennya.
"Aku diterima! Aku akan mendapat uangku sendiri!!!!! Wuhuu!!!!"
Keesokan harinya…
Mia menunduk saat sesi wawancara di hadapan Malik. Ini kali pertama gadis itu melakukan wawancara kerja dan bosnya adalah Malik Freeman. Jika dilihat-lihat lagi, Malik sangat memesona.
"Mia, kau akan menjadi asistenku mulai sekarang. Persiapkan segala keperluanku setiap hari dan kau harus ada di sisiku selama 24 jam. Mengerti?"
"A-apa? Maaf Tuan tapi apa aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri?" Tanya Mia.
"Ada, saat aku tidur."
"Tuan maaf tapi itu tidak mungkin. Berada di sekitarmu selama 24 jam adalah hal yang mustahil bagiku. Maksudku, aku butuh melakukan hobiku yaitu membaca."
"Aku akan membelikanmu semua buku yang kau inginkan tanpa memotong gajimu. Bagaimana?"
"Itu percuma, karena aku hanya bisa membeli buku tanpa membacanya. Dan jika waktu istirahat yang aku punya hanya saat kau tidur, itu bisa membunuhku."
"Kau pikir berapa lama aku butuh tidur? Aku akan tertidur setiap saat dan kau harus berada di sana selama kau masih menjadi asistenku. Itu pekerjaan mudah, Mia."
Mia terlihat berpikir sebentar. Memang benar gaji yang ditawarkan oleh Malik sangatlah besar dan sayang sekali jika Mia menolak pekerjaan ini. Tapi syarat yang harus diikuti juga sangat sulit diterima oleh Mia. Mia sangat suka menyendiri dan sangat peduli dengan waktu untuk diri sendiri.
"Pikirkan, dengan uang sebanyak itu apa kau mau menolak pekerjaan ini? kau hanya perlu menyediakan keperluanku saja dan menemaniku sehari-hari. Tenang saja, aku tidak akan menyuruhmu melakukan hal aneh." Mia menarik napas berusaha meyakinkan dirinya.
"Baiklah, akan aku terima. Kapan aku mulai bekerja?"
"Mulai saat ini." Malik tersenyum.
"Pakailah kemeja yang aku siapkan di lemari dan pastikan kau berpakaian dengan rapi."
"Baiklah.."
Mia berjalan sambil sesekali menggosok bajunya memastikan agar baju yang ia gunakan rapi. Mia datang ke Bar Coloseum sesuai perintah pertama Malik.
"Selamat malam Tuan," sapa Mia kepada salah satu rekan Malik.
"Mia? Kau asisten baru Malik?"
"Iya.."
"Kau akan berjaga di sini sambil menunggu Malik datang. Jam kerjaku sudah selesai jadi kau akan menggantikan aku. Sebentar lagi Malik akan datang."
"Selamat jalan Tuan." Mia membungkukan badannya.
"Jadi seperti ini rasanya berdiri di belakang meja bar. Lumayan mengasyikan."
"Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, Mia?" Tanya Malik yang baru saja sampai.
"Belum Tuan. Orang sebelumnya hanya menitipkan ini kepadaku."
"Perhatikan baik-baik."
Tak lama setelah Malik berucap, datanglah seorang pria paruh baya kekar dan langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang tak sedikit.
"Seperti biasa," ucapnya.
Malik tersenyum lalu membuatkan minuman spesial untuk pelanggannya. Tak lupa, ia juga menyerahkan sekantong kecil butiran putih untuk pria itu.
Mia membelalakan matanya, "narkoba?". Tentu ia tahu apa yang Malik berikan kepada pria itu. Mia mulai panik, sesuai apa yang dilihat Mia bar ini adalah bar ilegal.
"Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" Tanya Malik sambil sesekali merapikan meja.
"Hmm?" gumam Mia.
"Hmm?" Malik mengernyitkan alisnya.
"Mm.. I-iya aku sudah tahu." Mia tergagap karena shock. Mia sudah memikirkan untuk resign dari bar ini. Ya, dia harus keluar. Walaupun dirinya sangat membutuhkan uang tapi cara ini bukanlah cara yang benar.
"Kalau begitu, lakukan pekerjaanmu dengan baik. Aku akan menemanimu selama seminggu. Setelah seminggu, kau akan bekerja dan mengambil alih sepenuhnya meja ini." Malik meyakinkan Mia.
"Baik Tuan."
"Oke, untuk saat ini aku hanya bisa menuruti permintaannya," batin Mia.
*******
"Kau membawa karyawan baru ke bar?" Tanya Morgan.
"Ya," jawab Malik.
"Untuk apa? Aku kira kau bisa mengurus pekerjaanmu sendiri."
"Tentu saja aku bisa, hanya saja.." Malik menghentikan sebentar kata-katanya.
"Hanya saja?" Morgan menunggu Malik untuk melanjutkan kata-katanya.
"Kita bisa memanfaatkannya," ucap Malik.
"Kita bisa hancurkan musuhmu dengan dirinya. Kita jadikan dia kambing hitam dibalik semua rencanamu."
"Apa maksudmu?"
"Aku tahu kau akan membuat kejutan besar di kota Sao Paulo. Dan kau berencana untuk menghancurkan tentara itu, kita bisa menggunakan Mia sebagai kambing hitam."
"Untuk saat ini aku tidak mengerti apa maksudmu tentang menjadi kambing hitam. Tapi apapun itu, aku yakin kau sudah mempertimbangkan semuanya dengan baik."
"Aku sudah melihat peluang dalam dirinya. Omong-omong bagaimana kabar Magath?"
"Dia terlihat kacau. Sebentar lagi identitasnya akan terbongkar."
"Kalau begitu kita harus membantunya."
"Tidak semudah itu, Magath menjalankan rencananya di tengah hutan yang sudah dijaga ketat oleh pasukan tentara. Jika kita datang untuk membawa bala bantuan, itu akan menjadi boomerang untuk diri kita sendiri," jawab Morgan.
"Lalu kau akan membiarkan Magath begitu saja?"
"Tidak mungkin aku membiarkan saudaraku kesusahan sendiri. Aku sudah mencari cara agar dia bisa selamat."