Chereads / THE SECRET AGENT! / Chapter 42 - Jangan di Pikirkan Sekarang

Chapter 42 - Jangan di Pikirkan Sekarang

Aldrich menelan ludah. Lelaki ini melirik cepat pada Terry yang tengah berdiri di sampingnya. Di balik dinding kaca, satu tangan Terry mencengkeram erat pada pembatas besi. Kedua matanya menatap lurus pada orang-orang di bawah sana. Lebih dari tiga puluh menit posisinya terus seperti ini. Aldrich tak sanggup berada lama dalam keheningan.

"Agent."

"Terry. Cukup Terry."

Aldrich mengangguk, meralat panggilannya. "Jadi bagaimana menurutmu?"

"Tidak buruk, tetapi juga tidak bagus."

Di bawah sana, bertempat pada lapangan terbuka yang sudah didesain khusus, Bedric dan Hailexa sedang melakukan berbagai latihan fisik. Mereka berlari, melompat, menghadang serangan, menyelesaikan masalah, sampai menembakkan peluru dari pistolnya. Terry sendiri hanya memilih untuk mengawasi dan masih belum ingin untuk turun tangan langsung.

"Kau akan menetap di Turin 'kan? Aku sangat ingin kau memimpin kasus ini," tambah Terry yang ditujukan pada Aldrich.

"Kenapa begitu? Aku bukan orang hebat sepertimu."

"Mungkin karena aku percaya padamu? Kau pernah memimpin kasus dan berhasil. Aku? Belum pernah sama sekali."

"Ya, kau memang tidak pernah memimpin kasus. Namun jangan lupakan setiap kontribusi yang selalu kau berikan. Itu belum sebanding dengan apa yang kulakukan."

Terry menoleh, melemparkan senyum tipisnya pada Aldrich. "Aku ingin dengar pendapatmu sekarang."

"Mereka punya potensi. Namun kita tidak bisa terus mengandalkan Hailexa dan Bedric. Apa kelulusan masih lama? Anak-anak di akademi akan cocok untuk kasus ini."

"Masih lama. Untuk sekarang jangan berharap pada akademi. Apa kau tidak punya anggota cadangan?" tanya Terry cukup serius.

Dengan entengnya Aldrich menggeleng. Bukannya ingin meremehkan Hailexa atau Bedric, namun jika ada yang lebih terlatih kenapa tidak dicoba?

"Kalau begitu kau cukup percaya pada timmu saja. Aku yakin mereka bisa. Kalimatku sering kali terbukti, Arce."

"Bukankah kau punya dua orang anak? Mungkin Nicholla akan cocok. Aku pernah melihatnya beberapa kali saat bersama Emma. Dia terlihat lincah."

Aldrich beringsut mundur karena Terry menatapnya tajam, seolah mendapati sebuah ancaman. Apa pertanyaannya barusan adalah kesalahan?

"No. Jangan berpikir soal mereka terlebih Nicholla. Aku tahu kau sedang membayangkan wajah putriku sekarang. Hentikan Arce. Senyum bodoh yang kau pamerkan membuatku sangat ingin memukul wajahmu. Kau tidak pernah berusaha mendekatinya 'kan?"

Tawa kencang Aldrich mengudara. Meski Terry sedang menampilkan wajah tidak suka, Aldrich justru merasa ini adalah hal paling konyol yang pernah ia dengar. Ayah yang protektif. Dasar kuno.

"Dia cantik dan punya pesona tersendiri. Sayangnya usia kita terpaut terlalu jauh. Jadi kau tidak perlu cemas."

Terry mengangguk puas mendengar jawaban Aldrich. Entah mengapa ia tak pernah suka ketika mendengar laki-laki di luar sana sedang terang-terangan mengagumi Nicholla di hadapannya. Belum lagi jika ia mendengar kalimat-kalimat manis yang dilontarkan untuk menggoda putrinya. Terry benar-benar ingin menyepak kepala mereka. Tidak bisakah cukup mengagumi dalam diam atau setidaknya saat hanya berdua?

"Beri mereka waktu istirahat lima belas menit. Hailexa dan Bedric mulai lelah. Aku juga harus kembali sekarang. Kuharap saat aku datang lagi, kemampuan mereka sudah jauh lebih baik."

"Untukmu, akan aku usahakan."

Di atas lapangan berumput, Hailexa terduduk lemas dengan kedua kali yang diluruskan. Napas gadis ini terengah-engah. Wajahnya juga mulai memerah karena keringat dan kelelahan. Tak jauh darinya Bedric turut melakukan hal yang sama. Lelaki itu bahkan sudah menghabiskan dua botol air mineral dalam waktu cepat.

Bedric mengerang panjang, berusaha menormalkan kembali tempo napasnya. Berlatih selama bertahun-tahun bukan berarti ia akan tahan dengan segala bentuk latihan fisik. Ketika dihadapkan dengan kombinasi semacam ini, Bedric tetap saja akan lelah dengan cepat. Otak dan ototnya dipaksa untuk bekerja ekstra.

"Bisakah aku mengambil libur?" tanya Bedric yang kini sudah berbaring sembari menatap langit.

"Tentu, tetapi tidak dalam waktu dekat ini," sahut Alesya yang diakhir dengan kekehan geli. "Sebenarnya yang kalian lakukan sudah cukup baik. Untuk Hailexa, berusahalah untuk fokus dengan ancaman di sekitarmu, terlebih saat berhadapan dengan komputer. Aku tahu kau belum terbiasa, namun bukan berarti tidak bisa 'kan? Lalu Bedric, kurangi umpatan-umpatan sadismu itu."

"Aku terbawa oleh suasana. Saat peluru mainan itu mengenai leherku, umpatannya keluar begitu saja."

"Untuk besok satu umpatan maka sepuluh kali push up. Ayo berlatih lagi, terakhir untuk hari ini."

Hailexa bangkit dengan malas sebab energinya belum seratus persen kembali. Ia melangkah ke sisi lapangan untuk minum sekaligus mengisi ulang peluru pada pistolnya. Ini bukan peluru sungguhan namun tangannya masih sering bergetar. Bagaimana jadinya dengan peluru asli? Mungkin Hailexa akan terus mengucapkan kata maaf saat peluru itu mengenai tubuh orang lain.

Jemari Hailexa meraba earpiece pada telinga kanannya, mengecek sekaligus mendengarkan setiap aba-aba yang diberikan. Bedric berada beberapa meter di sebelahnya. Dia sedang mengancingkan lengan kemeja, sembari mengamati setiap titik yang sekiranya mudah untuk dilalui. Meskipun dirinya dan Bedric tergabung dalam tim yang sama, latihan ini tetap dilakukan secara individu untuk berjaga-jaga atas hal yang tidak diinginkan.

Bedric menatap Hailexa dan menangguk pelan, mengisyaratkan untuk mulai berjalan. Langkah kaki Hailexa sempat terhenti di hadapan dinding-dinding kayu yang disusun seperti labirin sederhana. Ia menarik napas, berusaha membuang seluruh kekhawatirannya.

Sekitar lima menit berjalan, Hailexa berhasil menemukan satu dari dua kotak pengontrol alarm yang terpasang pada dinding. "Aku melihatnya," ujar Hailexa memberikan informasi pada orang-orang yang membantunya untuk mematikan alarm.

Hailexa membuka kotak dengan perlahan kemudian memutus beberapa kabel yang ada. Satu tangannya meraba benda kecil tipis—dengan bentuk menyerupai kalkulator yang tersimpan di saku belakang. Hailexa menyambungkan beberapa kabel pada mesin kontrol dan terakhir menekan tombol start.

"Berhasil. Dua alarm mati. Waktumu paling lama lima belas menit untuk menemukan kotak kedua."

Satu kotak sengaja diatur untuk mengontrol dua alarm.

"Aku akan menemukannya kurang dari sepuluh menit," bisik Hailexa pada dirinya sendiri. Entah mereka mendengarnya atau tidak.

Hailexa mengangguk puas melihat lampu indikator alarm yang sudah mati. Ia kembali berjalan, mengambil rute sebelah kanan yang mungkin akan menghubungkannya dengan Bedric. Belum sempat ia mencapai ujung, empat orang pria berhasil menemukannya dari arah yang berbeda.

Shit! Ia memaki dalam hati.

Hailexa berlari menjauh, mencari tempat persembunyian. Mau tidak mau ia harus gunakan senjata. Ia tidak akan sanggup melawan empat orang dengan tangan kosong. Hailexa merapatkan punggungnya pada dinding. Ketika suara langkah kaki terdengar mendekat, ia menembakkan pelurunya untuk melumpuhkan pria di depan sana.

Sayangnya satu peluru meleset dan hanya mengenai lengan. Hailexa berpikir keras sebelum akhirnya memberanikan diri untuk maju, demi melayangkan pukulan dan tendangan yang begitu kuat.

Tersisa tiga menit dari target yang ia buat. Saat kotak kedua sudah terlihat, Hailexa segera menghampirinya dan melakukan hal yang sama.

"Dua alarm lagi berhasil dimatikan."

"Berapa waktuku ketika menyelesaikan kotak kedua?"

"Sepuluh menit tiga detik. Ini sudah cukup bagus. Sebelumnya kau butuh waktu enam belas menit dua puluh satu detik untuk mematikan alarm. Total waktu keseluruhan kali ini lima belas menit dua belas detik."

Hailexa berjalan ke lain sisi. Ia harus menemukan Bedric dan melihat apakah laki-laki itu berhasil menyelesaikannya.

"Berikutnya aku akan lebih cepat. Andai tadi peluruku tepat sasaran, mungkin bisa di bawah sepuluh menit."

"Keamanan di Chiplytical sudah lebih modern. Kau tidak perlu bersusah payah memutus kabel jika memiliki kunci masternya. Kita akan belajar soal itu nanti."

"Kunci master?" tanya Hailexa heran.

"Mm-hm. Bisa berupa sidik jari, pin, kartu, dan semacamnya. Jangan dipikirkan sekarang."

Hailexa baru akan menyahut ucapan itu, namun digagalkan ketika ia melihat Bedric yang sedang tertangkap basah. Bukannya menampilkan wajah penyesalan, lelaki itu justru melempar cengiran khasnya.

"Apa yang kau perbuat?" Hailexa tak mengerti. Sebelumnya Bedric bisa menyelesaikan tantangan ini hanya dalam waktu sebelas menit. Namun kenapa sekarang harus tertangkap tak berdaya?

"Salah satu dari mereka tersandung dan aku tidak sanggup menahan diri untuk tidak tertawa. Pada akhirnya mereka mengambil kesempatan," jelasnya sembari kembali tertawa begitu kencang.