Nenekku setiap Sabtu selalu datang ke Rumah Tanteku dan pulang Minggu sore, jadi mulai saat itu Aku selalu ikut Nenek ke Rumah Tante dan bisa bertemu Anwar lagi, lagi dan lagi... Aku dan Anwar selalu bertemu hari Sabtu dan Minggu. Kami lebih akrab karena sering bertemu.
Dua bulan sudah terlewati kami semakin dekat, hingga suatu hari tepatnya Malam Minggu kami berkumpul bersama Teman-temanya Anwar dan Hilda ( Anwar dan Hilda satu sekolah dan satu kelas). Malam itu Anwar dan Temannya membuat Nasi Liwet dan masak lauk pauknya, kami semua makan bersama di teras rumah dengan udara yang dingin kami menikmati makanan dan saling bercanda, Ternyata Teman-teman Anwar semua pada sopan dan baik, ya... Aku semakin suka pada Anwar.
Kami pun duduk bersebelahan dan melihat ke atas langit yang dihiasi banyak bintang, indah sekali malam ini diterangi bintang-bintang, kami melihat bintang jatuh, tanpa sadar aku tutup mataku dan berdoa dalam hati " ya Allah, jika Anwar lelaki baik, maka tunjukan kebaikannya padaku... Amin", Anwar bagaikan bintang jatuh di sebelahku. Lalu saat itu Dedi (Kakak dari Anwar) datang dan ikut duduk sambil menyapa yang lain, lalu menyapaku
"Maria kelas berapa?" Dedi bertanya dan menatapku
"kelas 3 SMP Kak Dedi" jawabku
"sudah mau ke SMA Ya.." sahut Kak Dedi dengan tersenyum
"iya..." jawabku dengan perasaan bingung
Kak Dedi banyak bertanya malam itu, dan setelah itu Kak Dedi pamit pulang, kami melanjutkan keseruan kami bercerita tentang segala hal hingga larut malam, sebelum Anwar pulang Aku pun bilang pada Anwar, kalau Minggu pagi Aku mau lari pagi... Anwar setuju dan janji jemput setelah shalat subuh, agar bisa menemani Aku dan Hilda lari pagi.
Terdengar suara orang memanggil dari balik jendela kamar
"Maria...Maria..." suara Anwar memanggil
Karena masih ngantuk, masih gelap juga, Aku diam tanpa menjawab panggilan Anwar, tapi Hilda terbangun
"Maria... Bangun" Hilda menepuk tanganku
"Aduh... Masih gelap" sahutku dan kembali menarik selimut
"Itu Anwar ada di luar, kita mau lari pagi bukan?" Hilda berusaha menyadarkan Aku
"Kepagian.... Masih gelap, lari subuh ini" sambil aku tutup mataku
"Ih.. Bangun" Hilda berbisik
"Sudah pura-pura tidak dengar saja" aku ikut berbisik pada Hilda.
"Kasihan Anwar, Maria bangun" Hilda kembali berbisik ditelinga Aku
"Aku masih ngatuk Hilda!!!" ...
Aku melanjutkan tidur hingga pagi. Jam 06.30 pagi Aku sudah mandi, sudah sarapan dan duduk sambil bercerita bersama tante, sambil menunggu Anwar datang dengan penuh harapan semoga Anwar tidak marah padaku. Sudah jam 07.00 Anwar belum juga datang.
07.30 hatiku mulai merasa bersalah memikirkan Anwar, Aku merasa menyesal saat ini.
"Apa mungkin Anwar kecewa dan marah padaku?"
Entahlah... Aku merasa mungkin Anwar tidak mau bertemu lagi denganku. Aku selalu melihat keluar jendela dengan harapan Anwar datang dengan senyum agar hatiku tenang, tapi Aku semakin gelisah, melihat jam sudah di Angka 08.00 Anwar belum juga datang, ingin rasanya Aku marah pada diriku sendiri saat ini dan Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Tanpa terasa Air Mataku menetes membasahi pipi.
Di saat hatiku sedih dan menyesal karena telah membuat Anwar kesal. Aku mencoba mencari kesibukan, bercanda bersama Hilda, sambil sesekali melihat jam dinding. Tepat jam 09.15 Anwar datang, hati ini bahagia bisa melihat Anwar datang, Aku hapus air mataku dan Aku menatap diriku di cermin sambil tersenyum.
"Maria..." suara Anwar memanggil
"Iya..." sambil Aku buka pintu
"hai Maria, katanya mau lari... Tapi dipanggil tidak ada yang jawab" bisik Anwar
"Kapan" Aku menjawab seakan tidak tahu
" tadi jam 5 subuh" jawab Anwar
"waduh, masih gelap itu... Lari subuh itu!" jawabku sambil ketawa kecil
"kan biar Maria shalat subuh dulu" Anwar menjawab dengan senyumnya yang bikin Aku malu.
Ternyata sudah kebiasaan Anwar shalat subuh selalu di Mesjid, jadi maksud Anwar membangunkan Aku untuk shalat, bukan ajak lari subuh. Dasar Aku saja yang keterlaluan, Aku merasa malu pada Anwar dan terdiam dengan perasaan menyesal, tapi lagi-lagi Anwar meminta maaf padaku
"Maaf ya, tidak jadi lari paginya..." sambil Anwar mengusap kepalaku dengan lembut
"ya sudah, lagian sudah panas" jawabku dengan manja
"tidak marah kan?".. Tanya Anwar padaku
"Aku kan yang tidak bangun tadi subuh, harusnya Aku yang Minta maaf" ucapku dengan wajah menunduk
"Tadi pagi disuruh sama Ayah, ini baru pulang" Anwar menjelaskan alasannya padaku
Anwar tersenyum dan kembali mengusap kepalaku dengan lembut, Satu jam kemudian Teman – teman Anwar yang adalah Teman Hilda juga datang ke Rumah. Ternyata Anwar sudah merencanakan semua ini untuk mengajak Aku ke tempat dulu kami suka bermain saat kecil. Aku kegirangan karena senang sekali.
Tempat bermain kami dulu adalah kebun yang dikelilingi oleh sawah yang luas, yang biasanya Aku sebut tempat itu dengan sebutan "Pulau", tempat paling tenang untuk kami berkumpul dan menikmati pemandangan sawah yang luas. Kami semua berangkat, membawa bekal makanan, tikar untuk kami duduk dan gitar. Sepanjang jalan Anwar selalu melihat ke belakang, untuk memastikan Aku baik-baik saja dan sesekali memegang tanganku, ketakutan Aku terjatuh karena jalan yang kami lewati kecil dan sedikit licin.
Sesampainya di pulau, Aku berdiri menikmati semua pemandangan di sana. Anwar yang sedang memandangku dan tersenyum melihat apa yang Aku lakukan, Anwar mendekatiku dan berkata
"Kamu senang Maria?"...
"Iya Anwar, Terima kasih ya" Aku tersenyum sambil menatapnya
"Tidak perlu berterima kasih Maria, ini kan tempat kita bermain waktu kecil" jawab Anwar
Aku Tidak tahu lagi harus berkata apa, selain merasa beruntung bertemu Anwar lagi. Sosok lelaki yang baik, sabar dengan segala tingkahku, pemaaf dan sangat sopan.
Di bawah pohon yang rimbun, dengan beralaskan tikar, kami semua duduk bersama sambil bercanda, bercerita, lalu bernyanyi bersama. kami semua bahagia dengan kebersamaan ini. Tidak terasa jam sudah di angka 15.30 yang mengharuskan kami semua menyudahi kebersamaan ini. Kami semua pulang, kembali berjalan di pematang sawah.
Karena hari sudah sore, Aku dan Nenek sudah siap untuk kembali pulang ke kota. Sebelum pulang seperti biasa Aku berpamitan pada Anwar, dan Anwar pun mengantarkan Aku dan Nenekku ke jalan raya untuk menunggu kendaraan Umum yang biasa lewat. Saat menunggu kendaraan umum lewat Anwar mengingatkan Aku
" jangan lupa makan ya" Anwar tersenyum
" iya... " Aku membalas dengan tersenyum
Dan Aku pun pulang , karena kendaraan umum yang ditunggu sudah ada.
Hari pun berganti dan sudah waktunya Aku kembali menemani Nenek ke rumah Tanteku, yang berarti sudah waktunya Aku bertemu Anwar lagi di sana. Aku sangat bersemangat jika hari Sabtu sudah tiba, Aku dan Nenek pun berangkat. Sampai di Rumah Tante, Aku langsung duduk di jendela untuk memberi kode pada Anwar kalau Aku sudah datang. Biasanya Aku suka lihat Anwar yang sedang duduk di teras Rumahnya bersama Teman-temannya, tapi saat ini Anwar tidak ada.
Apa Anwar lupa, ini hari Sabtu?
Kemana Anwar?