Karena Anwar belum pulang juga, Aku memutuskan untuk pulang duluan dan pamit pada Ibunya Anwar, Hilda pun bertanya
"Mau kemana?" tanya Hilda...
"Aku duluan ya Hilda, mau tiduran" jawabku
"Oh... Ya sudah sana, nanti Aku nyusul" sahut Hilda
"iya" jawabku sambil melangkah keluar
Aku berjalan menuju rumah Tante, memikirkan hal yang baru Aku tahu bahwa Anwar mengetahui semuanya.
Sampai di rumah Tante, Aku langsung masuk kamar dan merebahkan badanku di kasur, melihat lampu kamar dan memikirkan semuanya. Ah... Semua membuat Aku bingung, Aku pun mengingat banyak hal tentang kebaikan Anwar selama ini, belum pernah Aku bertemu lelaki sebaik Anwar, Dia sangat menjagaku dari segala hal termasuk dari dirinya sendiri. Aku pun sudah lelah memikirkan semuanya dan Aku putuskan untuk tidur.
"Maria... Maria..., bangun" Hilda membangunkan Aku
"Kenapa" kubuka kedua mataku
"Anwar ada di luar" Hilda berbisik
"Anwar!" Aku yang kaget mendengar namanya
"Iya Anwar" jawab Hilda
Aku pun langsung bangun untuk menghampiri Anwar, kubuang jauh-jauh dulu tentang apa yang sedang ada dalam pikiranku saat ini. Aku tersenyum pada Anwar, begitu juga dengan Anwar yang selalu memberikan senyumanya padaku.
"Maria... Maaf ya, tadi Aku bantu Ayah dulu" Anwar yang meminta maaf padaku
"Iya" Aku menganggukan kepala padanya.
"Mau main lagi ke rumahku sekarang?" tanya Anwar padaku
"Nanti saja ya Anwar..." jawabku sambil tersenyum
"Kenapa?" tanya Anwar
"Sebentar lagi Aku sama Nenek pulang, jadi kalau sekarang ya cuma sebentar ke rumahnya" Aku berusaha mencari Alasan dan Anwar pun mengerti karena memang hari sudah menjelang sore.
Anwar ditemani Hilda di depan rumah, menunggu Aku yang sedang siap-siap untuk pulang. Aku sebenarnya sudah merasa kembali seperti dulu tapi ada satu hal yang kurang dalam hatiku, yang membuat Aku masih bingung. Aku pun pamit untuk pulang ditemani Anwar dan Hilda sampai ke jalan raya.
Sebelum berpisah hari ini, Aku menatap Anwar yang sedang ngobrol bersama Nenek. Kulihat Dia begitu ramah dan sopan. Anwar melihatku dan bertanya
"Kenapa...?" tanya Anwar sambil tersenyum
Aku pun tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Amwar, Aku kembali mengalihkan perhatianku pada yang lain. Anwar mendekat lalu mengingatkan Aku untuk selalu makan dan menjaga kesehatanku, Aku tersenyum sambil menganggukan kepalaku pada Anwar. Kami pun berpisah karena kendaraan sudah datang.
Sepanjang jalan Aku mengingat Anwar, Aku beruntung sebenarnya bisa kenal dan dekat dengan Anwar. Mungkin banyak wanita yang ingin menjadi pacar Anwar, tapi Anwar memilihku, Anwar begitu sayang padaku, sabar dengan segala sikapku.
Setiap malam Aku berusaha mengenang kebersamaan Kami, semua Aku lakukan untuk menghadirkan kembali semua perasaanku pada Anwar. Terkadang Aku merasa rindu padanya, tapi tidak seperti dulu sebelum Anwar memberikan surat padaku. Kerinduan yang berbeda pada orang yang sama.
"Ada apa denganku?"...
Hanya kata-kata itu yang terlontar dalam hatiku saat ini.
Sabtu ini Aku kembali ikut Nenek, tapi Aku meminta Nenek agar berangkat sore menjelang malam, dengan alasan Aku ada tugas Sekolah dulu. Sore ini Kami berangkat dan sampai rumah Tante setelah magrib. Hilda pun cerita kalau Anwar berapa kali datang menanyakan Aku datang apa tidak.
Tidak lama setelah Aku sampai di rumah Tante, Anwar pun datang, terlihat wajahnya senang melihat Aku ada
"Maria, kamu baik-baik saja kan? Tanya Anwar padaku
"Iya... Aku baik-baik saja Anwar" jawabku
"Aku kira tidak akan datang, karena sudah malam" sahut Anwar
"Aku ngerjain dulu tugas Sekolah tadi"...
Aku menjelaskan alasanku pada Anwar, agar Dia mengerti. Tapi Anwar selalu mengerti apapun alasanku. Anwar memang tidak pernah membuat Aku kesal, tapi Aku mungkin yang selalu bikin Dia kesal.
Anwar mengajakku jalan ke rumah Temannya karena disana sedang pada kumpul, Aku ikut bersama Hilda. Saat menyebrang jalan, Anwar pegang tanganku, Aku tersentuh dengan perlakuan Anwar seperti itu. Tidak seperti lelaki lain yang selalu ingin dianggap romantis atau bermesraan saat berdua. Anwar sangat beda, untukku hal yang paling romantis dari anwar saat ini, saat Dia pegang tanganku untuk menyebrang jalan.
Bertambah lagi perasaanku pada Anwar saat ini, Aku mulai tersenyum lagi saat ini. Aku pun sempat menghentikan perjalanan Kami, Aku tarik tangan Anwar
"Anwar tunggu!" Aku hentikan Anwar
"Kenapa?" tanya Anwar
"Aku minta maaf Anwar" Aku menundukan kepala
"Minta maaf kenapa Maria?" tanya Anwar lagi
"Aku... Aku... Anwar Aku" sulit rasanya Aku berkata
"Kenapa Maria" tanya Anwar sambil mengusap kepalaku
"Anwar... Aku sempat berubah, maafkan Aku" Aku meneteskan air mata
"Sudah Maria, Kamu tidak salah" Anwar menghapus air mataku
"Lupakan semua ya, ikuti kata hatimu Maria" Anwar kembali mengusap kepalaku
"Tapi Anwar" belum selesai ucapanku
"Sudah, jangan dibahas ya" Anwar tersenyum padaku.
Dan menuntunku kembali berjalan menuju rumah Temannya.
Aku tidak mengerti saat ini, seperti apa hati Anwar sebenarnya, kenapa Dia begitu baik padaku. Terbuat dari apa hati Anwar sampai sebaik ini. Aku merasa punya salah pada Anwar tapi Dia selalu baik padaku.
Teman Anwar sudah menunggu lama dan ternyata Mereka sudah menyiapkan Nasi liwet, Kami langsung bergabung bersama. Kami makan Nasi liwet yang beralaskan daun pisang sudah komplit dengan lauk pauknya. Aku baru melihat hal seperti ini, tapi Anwar memberikan Aku nasi yang beralas daun hanya untuk berdua bersama Hilda saja, karena wanita hanya Aku dan Hilda jadi tidak boleh campur bersama lelaki alas makannya.
Saat ini keseruan kembali lagi, Aku ikut tertawa bersama Mereka semua, bercanda bersama juga. Anwar tersenyum melihatku yang selalu ikut tertawa, menatapku penuh rasa sayang. Aku pun menatap Anwar dan tersenyum padanya. Hatiku berkata...
"Terimakasih Anwar, Kamu selalu membuat perasaanku bahagia"
Anwar mendekat dan mengajakku pulang karena sudah terlalu malam, tapi Aku merasa masih ingin bersamanya disini. Anwar tetap mengajak pulang dengan alasan besok akan ajak Aku kesuatu tempat bersama Teman-temannya. Aku pun setuju dan pulang bersama Hilda diantar Anwar.
Sesampainya di rumah, Aku bersama Hilda langsung masuk kamar, bukan langsung tidur melainkan bercerita. Hilda menceritakan tentang Anwar padaku, bagaimana Anwar cemas saat Aku sakit, hampir setiap hari bertanya tentang kondisi Aku pada Hilda. Kesedihan Anwar saat Hilda menceritakan tentang surat pada Anwar, Anwar sangat menyesal saat itu karena telah memberiku surat. Saat mendengar semuanya dari Hilda, Aku merasa kasihan pada Anwar. Padahal Aku yang berubah.
Tak terasa air mataku menetes, Aku hampir saja menyia-nyiakan lelaki super baik yang mungkin menjadi idaman semua wanita. Aku beruntung, sungguh beruntung... Aku berjanji pada diriku sendiri, Mulai saat ini Aku akan selalu sayang pada Anwar... selamanya.
"Kemana Anwar akan membawaku besok?" aku tersenyum sendiri memikirkan itu.