Chereads / "PkCk" POLISIKU, CINTAKU / Chapter 8 - Bab 8. Kerinduaku pada Anwar

Chapter 8 - Bab 8. Kerinduaku pada Anwar

Hari ini sangat cerah, secerah suasana hatiku yang baru saja selesai ujian Sekolah. Waktunya istirahat dulu dengan semua kelelahan setelah ujian di Sekolah. Sudah hampir sebulan tak bertemu Anwar.

"Apa kabar Anwar ya saat ini? Tanya hatiku sambil tersenyum sendiri

Aku putuskan hari ini untuk menginap di rumah Tante, karena Aku ingin sekali bertemu Anwar.

Aku pun melihat diriku di cermin dan tersenyum sendiri, setelah lama tidak bertemu dengannya apa Anwar akan senang jika Aku datang?... Pasti Anwar sangat senang. Aku berangkat sendiri saat ini dengan perasaan bahagia karena akan bertemu Anwar.

Sepanjang jalan Aku merasakan kerinduan yang sangat kuat pada sosok lelaki baik yang selalu ada untukku, ya... Anwar, lelaki baik yang selalu sabar dengan segala tingkah manjaku. Saat sampai di rumah Tanteku, kuhirup udara perkampungan yang masih segar dengan banyaknya tumbuhan disekitar.

"Anwar... Aku datang" ucap hatiku

Hilda senang melihatku datang dan langsung bercerita banyak hal, ternyata sepupuku ini juga rindu padaku.

Aku pun mengajak Hilda untuk duduk di jendela seperti biasa, kulihat teras rumah Anwar masih sepi saat ini, Aku masih menunggu Anwar muncul dan melihat kakiku disini.

"Dimana Kamu Anwar?... Aku disini" ucapku dalam hati

Hilda masih saja bercerita tentang segala hal tanpa peduli Aku yang sedang mencari Anwar, tapi tiba-tiba Hilda ikut duduk di jendela dan berkata

"Anwar sebentar lagi datang, Dia lagi kumpul Keluarga dulu" ucap Hilda padaku

"Kumpul Keluarga apa?" tanyaku pada Hilda

"Entahlah... Tunggu saja sebentar lagi juga ada" jawab Hilda.

Selang berapa jam Anwar terlihat sedang berjalan di teras rumahnya, Aku pun semangat langsung mengayunkan kedua kaki sambil tersenyum. Terlihat Anwar sedikit kaget melihat kakiku dan langsung lari mendekatiku. Aku senang melihat Anwar datang dan berlari dengan cepat, sepertinya Anwar ingin meyakinkan dirinya bahwa Aku sudah datang.

"Maria" Anwar memanggil dengan wajah tak percaya melihatku ada

"Hai..." Aku menyapa Anwar dengan senyum

"Maria" Anwar masih tidak percaya padaku

"Anwar... Kenapa?" tanyaku

"Iya, ini Maria" sahutku kembali

Anwar tersenyum manis dan terlihat wajahnya bahagia melihatku saat ini, Aku pun turun dari jendela langsung menghampiri Anwar yang masih berdiri. Anwar tersenyum dan menggelengkan kelapanya karena tidak percaya Aku ada di depannya saat ini.

Kami duduk di teras rumah dan menikmati minuman segar yang sudah disiapkan Hilda, Anwar senang tapi seperti ada sesuatu yang Dia sembunyikan dariku saat ini. Sudahlah Aku saat ini lagi bahagia bisa melihat Anwar ucapku dalam hati. Apapun itu nanti juga Anwar pasti akan cerita padaku.

Aku sangat serius menceritakan semua tentang ujian Sekolah pada Anwar, Aku juga bercerita bahwa Aku kangen sama Dia, Aku tanpa malu lagi bercerita kadang nangis kalau lagi kangen Dia. Anwar tersenyum sambil mengusap kepalaku.

"wanita manja bisa nangis juga ya?" tanya Anwar sambil tertawa

"Emmm" Aku cemberut pada Anwar

Anwar pun minta maaf padaku, dan Dia juga cerita segala hal termasuk hal barusan bersama Keluarganya, Aku langsung terdiam tanpa kata dan sangat ingin sekali menangis saat ini, tapi harus kuat demi Anwar.

Anwar yang sangat ingin mewujudkan impian mulianya untuk menjadi Ahli Agama, mempunyai Yayasan dan Mesjid sendiri. Bertolak belakang dengan kedua Orang tuanya yang sangat berharap Anwar akan meneruskan jejak Ayahnya sebagai Polisi.

"Maria.. Aku harus bagaimana?" tanya Anwar

"Jujur Aku tadi menolak keinginan Orang tuaku" sahut Anwar sambil menundukan kepalanya

Aku terdiam sejenak karena jujur Aku takut kehilangan Anwar nantinya, tapi Aku harus simpan dulu hatiku karena Aku juga tidak mau Anwar marah pada Orang tuanya saat ini.

"Anwar... Cita-citamu sangat Mulia, Aku mendukungmu" jawabku pada Anwar

"Tapi, membuat kedua Orang tuamu bahagia dengan mewujudkan harapannya... Itu lebih mulia" sahutku pada Anwar

"Aku harus bagaimana Maria?" tanya Anwar

"Kamu bisa mewujudkan keduanya Anwar" jawabku pada Anwar sambil menatapnya

"Caranya? Tanya Anwar kembali padaku

"Menjadi Polisi bukan berarti Kamu tidak bisa menjadi Ahli Agama kan" ucapku pada Anwar

"Maksudnya?" Anwar menatapku

"Jadilah Polisi yang jujur, kuatkan keimanan hatimu maka keduanya akan terwujud" jawabku sambil menjelaskan segalanya pada Anwar

"Maria..." Anwar memanggil namaku tapi terdiam menatapku begitu lama.

Ternyata Anwar kaget dengan semua kata-kata yang Aku ucapkan, Anwar sangat tidak menyangka Aku akan berkata seperti itu padanya. Seorang wanita manja yang masih SMP baru mau masuk SMA seakan berubah menjadi wanita Dewasa yang sudah mengerti segalanya. Anwar sangat tidak menyangka semua ini dan apa yang Aku katakan ternyata menjadi jalan keluar yang sangat Anwar butuhkan saat ini.

"Kamu, Maria kan?" tanya Anwar padaku  dengan tatapan tertuju ke mataku

"Terus kalau bukan Maria siapa?... Hantu" jawabku sambil kembali cemberut

"Maria... Kamu memang Anugerah untukku" sahut Anwar dan terlihat matanya berkaca-kaca

"Aku memang manja Anwar, tapi bukan berarti Aku tidak bisa menjadi Tempat untukmu bercerita" jawabku sambil tersenyum.

Anwar terlihat tenang saat ini, merasa beban hatinya sudah ada jalan keluar, ya... Mengejar keinginannya sambil mewujudkan harapan kedua Orang tuanya. Sesuatu yang bisa dijalankan bersamaan. Anwar langsung pamit pulang karena menjelang magrib, tak lupa mengingatkan Aku untuk Sholat Magrib juga.

Malam pun tiba, Anwar datang untuk menemani Aku kembali, bercerita bahwa dia sudah berbicara dengan Orang tuanya dan menyetujui keinginan Orang tuanya. Tapi ada satu syaratnya yang harus Aku lakukan agar Anwar mau berangkat nanti.

"Aku mau berangkat untuk ikut Pendidikan kepolisian, tapi ada syaratnya" sahut Anwar padaku

"Apa?" tanyaku dengan bingung

"Maria harus ada disini disaat Aku akan berangkat" jawab Anwar padaku

"Oh... Iya pasti" jawabku dengan tersenyum, padahal hati ini menangis harus lama tak bertemu lagi dengannya.

Untuk ikut pendidikan kepolisian ternyata Anwar tidak boleh pulang selama setahun, tidak bisa ada komunikasi apapun dan tidak boleh ditemui oleh siapapun. Sebenarnya hatiku ingin menangis saat ini harus mendengar itu, tapi Aku tahan semua ini karena takut menjadi beban pikiran Anwar. Aku harus kuat, Aku harus terlihat bahagia agar Anwar semangat berangkat Pendidikannya nanti.

"Sabtu depan Aku berangkat" sahut Anwar padaku

Seperti disambar petir secepat itu ternyata Anwar akan berangkat, Aku baru saja melepas rindu padanya dan harus berpisah lama lagi dengan Anwar.

Hari Minggu adalah Hari terakhirku untuk bahagia bersama Anwar sebelum Dia berangkat, setelah Anwar pulang, Aku bercerita pada Hilda di kamar. Hilda terdiam dan Aku menangis bercerita semuanya pada Hilda.

"Bagaimana kalau Aku kangen Anwar nanti? Tanyaku pada Hilda

"Setahun tanpa komunikasi dan tidak bertemu" sanggupkan Aku menahan semua itu  selama setahun?...

"Anwar sangat sayang padamu Maria" jawab Hilda

Hilda menenangkan Aku dan menguatkan Aku, Aku pun teringat Satu hal yang membuat hatiku tenang saat ini.

"Aku kan mau ambil Sekolah Keperawatan" pikirku sambil mengusap air mataku

Iya... Kami mungkin tidak bertemu lama, tapi tempat kami Pendidikan nanti sangat dekat karena masih Satu lokasi. Aku sangat ingin menceritakan ini pada Anwar, agar Anwar pun lebih bahagia mendengar berita ini.

Aku tertidur malam ini dengan sangat tenang, malam yang amat dingin membuat Aku terlelap tidur.