Chereads / Pernikahan Kedua Sisi / Chapter 17 - Tutor Pembantu

Chapter 17 - Tutor Pembantu

Ibu Thomas melihat kepada orang tua Sisi dengan wajah yang tidak enak dan canggung. "Hai anakku apa yang sedang kamu bicarakan?"

Sementara Sisi mengangguk dan berkata dengan nada yang takut-takut. "Semua yang dikatakan oleh Tuan Muda Thomas benar.

Selama ini semua orang bersikeras bahwa kami adalah pasangan. Namun, hal ini membuat saya menjadi sangat sulit. Karena bagi kakak perempuan saya, Vanda. Kak Vanda selalu baik kepada saya dan dia menyerahkan segalanya kepada saya. Tapi cintanya? Tidak bisa, saya ingin agar kak Vanda memiliki kesempatan untuk bersama Thomas."

"Dan aku memiliki kesempatan untuk bisa bersama Raka," imbuh Sisi dalam hatinya.

Vanda menatap Sisi dengan raut yang sangat terkejut. Selanjutnya semua orang melihat kepada Vanda. Wajah Vanda sangat memerah, serupa buah tomat masak di kulitnya yang mulus dan putih. Sementara itu, Thomas malah melototi Sisi dengan wajah yang sangat menyeramkan. Thomas terlihat sangat marah pada Sisi.

Selanjutnya Thomas dengan segera meraih tangan Vanda dan berkata dengan nada yang sangat kasar. "Jika kamu setengah mengerti seperti saja seperti Vanda, aku yakin kamu lebih bisa belajar bagaimana caranya bersikap."

Sisi tersenyum sedih, kemudian berkata, "Apa yang Anda katakan benar Tuan Muda Thomas, kakak perempuan saya dilahirkan dengan emosi yang sangat baik. Namun, hal itu adalah sesuatu yang tidak dapat saya pelajari, meski tidak peduli seberapa keras saya sudah belajar untuk bisa bersikap seperti itu."

Selanjutnya Thomas dan Vanda sudah berpegangan tangan di depan semua orang. Namun, orang tua Sisi dan Vanda tidak mengatakan apa-apa lagi. Bahkan dalam mimpi Sisi, Maria telah mencari cara untuk membuat Sisi menghilang, agar Vanda bisa menggantikan Sisi!

Namun, sebaliknya Ayah tiri Sisi tidak terlalu mempedulikan siapa anak gadisnya yang akan menikah dengan Thomas. Karena yang terpenting baginya, hanyalah pernikahan antara keluarga Latuconsina dan keluarga Yudana. 

Sementara ibu Thomas tidak menyukai Sisi sejak awal. Dia tentu sangat senang mendapatkan Vanda sebagai menantunya daripada Sisi. Namun, orang yang paling senang adalah Sisi! Sebelumya Sisi tidak berharap, kalau masalah yang merepotkannya ini, ternyata bisa disesuaikan dengan mudah.

Kali ini Sisi benar-benar harus berterima kasih kepada tuan muda Thomas, karena telah membiarkan Sisi pergi dalam hidupnya. Hingga setelah melepaskan beban ini, Sisi merasa sangat santai. Meski masih ada gips di kakinya, Sisi merasa seperti melayang di udara, saking merasa bahagianya.

Dengan perubahan mempelai perempuan, tentu saja Maria dan ibu Thomas memiliki hal yang harus dibicarakan lebih banyak lagi. Dan tentu tidak ada hubungannya lagi dengan Sisi. Mereka berdua lalu meninggalkan kediaman Raka. 

Namun, kebahagiaan Sisi tidak bertahan lama. Karena dia harus kembali kepada kenyataan. Di mana ulangan biologinya ternyata masih mendapatkan hasil yang buruk. Raka bahkan melihat kertas ujian Sisi dengan menjentikkannya dan tidak mengatakan apapun!

Sementara Vita bersandar di bahu Sisi dan melihat buku pelajaran biologi di pangkuan Sisi. Dia bertanya dengan nada simpati. "Apakah soal itu benar-benar sulit, Sisi?"

Sisi mengangguk, lalu Vita menunjukkan buku ilmu politik yang yang sedang dia pelajari. "Apakah lebih sulit dari ini?" Sisi menoleh pada Vita dan menyerahkan buku biologinya. "Apakah kamu ingin mencobanya?" tantang Sisi.

Vita menggelengkan kepalanya. "Tidak terima kasih, Sisi. Itu karena aku tidak bisa belajar sains dengan baik. Makanya aku memilih ilmu sosial, tetapi ada begitu banyak konsep yang harus aku hafal di luar kepala."

Sisi menghela nafas. "Karena aku tidak bisa menghafal semuanya, maka aku memilih belajar sains. Hafalanku begitu buruk, Vita. Tetapi biologi juga memiliki begitu banyak istilah ilmiah, yang perlu untuk dihafal. Jika kamu bertanya kepadaku, lebih sulit biologi atau mata pelajaran sosial, aku benar-benar tidak tahu. Karena begitu sulitnya memasukkan mengenai istilah-istilah ilmiah ini ke dalam kepalaku yang mungil."

Raka menyala ke pembicaraan kedua gadis itu. "Waktunya untuk kelas bahasa Inggris!" kata Raka. Selanjutnya Vita dan Sisi dengan patuh mengeluarkan buku bahasa Inggris mereka.

.

Keesokan harinya, dokter Kevin datang berkunjung ke kediaman Raka. Sisi sempat berpikir bahwa kedatangan sang dokter tampan adalah untuk memeriksa kakinya yang masih di gips. Namun, Sisi salah besar. Karena Kevin meminta kertas biologi miliknya.

"Raka mengatakan bahwa kau ini murid biologi terburuk yang pernah dia temui. Jadi Raka memintaku sebagai bala bantuannya. Itulah alasan, dia memanggilku ke sini!" jelas Kevin tanpa diminta.

Sisi melebarkan matanya. Dia cukup terkejut akan pengakuan dari Kevin. "Apakah aku benar-benar bodoh itu?" pikir Sisi.

Vita juga terkejut, lalu berkata, "Paman Kevin Anda seorang tutor yang akan membantu Sisi?"

Kevin mendecakkan lidahnya. "Tolong jangan panggil aku pamanmu! Aku tidak setua itu."

Terlihat Vita memikirkan perkataan pamannya itu. "Tapi aku selalu memanggil paman ketujuh, dengan sebutan paman. Selama ini  dia baik-baik saja dengan itu."

Kevin mendecakkan lidahnya lagi. "Mengapa kalian begitu terobsesi dengan formalitas, huh? Panggil saja aku dengan namaku!" pinta Kevin serius.

Selanjutnya Vita dan Sisi pun terkikik geli. Namun, saat Raka masuk ruangan, aura berganti menjadi menyeramkan. Kedua gadis itu berhenti tertawa dan ruangan menjadi sangat sunyi. Bahkan ketika ada bunyi gesekan kertas pun, akan sangat begitu terdengar. Vita dan Sisi saling memandang dalam diam. Keduanya lalu kembali belajar.

Kevin melirik ke arah Raka. "Raka aku tidak mengerti. Bukankah kita ini seumuran? Tapi kamu seperti kakek yang tegas. Kamu sama sekali tidak menyenangkan. Tahukah kamu hal itu? Sebelum kamu masuk, kami semua bersenang-senang dan saat kamu berada di sini, para gadis bahkan tidak berani tersenyum."

Raka berkata langsung. "Aku menyuruhmu kesini untuk membantu gadis itu mengerjakan pekerjaan rumah biologinya, bukan untuk membuat mereka tertawa!"

Vita dan Sisi menahan tawanya, mereka tidak ingin Raka mendengar. Sementara itu Kevin mengambil kertas biologi Sisi dengan lesu. Kevin bertanya kepada Raka. "Apa tujuan yang kamu inginkan untuknya?"

"Nilai sempurna," jawab Raka tegas.

Kevin dan Sisi menatap Raka dengan penuh heran. Sementara itu Kevin mengguncang-guncangkan kertas itu, sampai menimbulkan bunyi. "Apakah kamu bercanda? Lihatlah kertas miliknya ini banyak sekali kesalahan!" seru Kevin dengan nada yang melengking.

"Aku memberimu waktu tiga bulan. Apa itu cukup?" Raka memotong perkataan Kevin. Sementara Kevin menghela nafas. 

"Baiklah kurasa tidak ada salahnya mencoba. Apa aturanmu tentang hukuman fisik?"

"Kamu bisa menggunakan penggaris untuk memukul telapak tangannya, tapi tidak lebih dari itu!" jelas Raka.

Kevin menjawab, "Oke, baik aku akan mencoba yang terbaik untuk mengalahkan kebodohan gadis ini."

Namun, Sisi sangat ketakutan di tempatnya. Raka melirik kepadanya. "Apakah kamu akan belajar dengan baik di bawah pengawasan Kevin?"

Sisi mengangguk cepat. Sekilas Sisi dapat melirik, saat Vita menjulurkan lidahnya. "Beruntung aku tidak harus belajar Biologi!" gumam Vita.

"Apakah kamu sudah selesai dengan pekerjaan rumah bahasa Inggrismu? Haruskah kita memakai kuis kilat, satu jawaban salah akan mendapatkan satu pukulan di telapak tangan!" kata Raka tanpa menoleh sedikitpun.

"Tidak-tidak! Saya akan mengerjakan PR bahasa Inggris saya sekarang!" seru Vita meraih buku pelajarannya dan melompat keluar dari ruangan menuju kamarnya. Dia bisa menjadi penyihir dengan kekuatan melarikan diri!

"Bisa-bisanya Vita meninggalkanku?" keluh Sisi bergumam pelan. Sementara itu, Raka memberitahu Kevin tentang pembelajaran yang selama ini diterima oleh Sisi dan meninggalkan ruangan itu.

Kevin duduk dan berkata, "Ayo murid kecilku, mari kita mulai belajar biologi!"

Sisi melihat ke pintu tempat di mana Raka baru saja keluar. Kevin menepuk kepalanya dengan penggaris. "Hai, gadis kecil! Bisakah kamu memberiku wajah jika hasilmu tidak membaik dalam tiga bulan ke depan, huh? Aku akan kehilangan muka ..."

"Bisakah Anda memberitahu saya lebih banyak  tentang kecelakaan saat Raka dan aku diculik, saat kami berdua masih kecil?" tanya Siti langsung memotong perkataan Kevin.

Sementara itu, Kevin membeku di tempatnya.