Aku sengaja tidak memberitahu mereka semua tentang rencana gadis-gadis yang telah mencoba menyerangku di ruang fotokopi kemarin. Aku sudah tahu bahwa akulah target mereka dan kerahasiaan ini adalah, karena aku ingin menghadapi mereka dengan caraku sendiri.
Ok, karena hal yang terpenting bagiku saat ini adalah untuk mengembalikan ingatanku saat kecil bersama Raka, saat usiaku masih 6 tahun. Aku berencana mencari beberapa informasi dari internet. Mengenai apa penyebab hilangnya ingatan masa kecil.
Terkadang aku berpikir, tentang kamuflase yang dilakukan seseorang untuk membuat ingatan di sebagian otakku hilang. Seperti diprogram untuk menghilangkan ingatan tentang masa kecil?
Hey, bukankah itu lebih sulit jika memang terjadi? Kalau mereka hanya menginginkan ingatanku yang hilang, bukankah lebih mudah untuk membunuhku saat itu saja? Tetapi karena kedua orang tuaku tidak meninggal saat aku kecil di depan mataku, jadi kemudian aku mengambil kesimpulan, aku mengalami trauma.
Oke, trauma yang sangat dalam, hingga ingatanku menghilang, akibat menyaksikan mereka terbunuh dan meninggal di depan mataku. Semua itu terasa terlalu cepat dan tidak mudah dicerna oleh seorang bocah berumur 6 tahun bukan?
Sisi termenung,,mulutnya dijejali batang rumput yang telah dia bersihkan. Sepertinya wajar kalau pada kehidupanku yang sebelumnya, aku tidak tertarik pada penyebab kematian orang tuaku, karena aku tidak memiliki ingatan sama sekali tentang mereka.
"Tapi di dalam hidupku yang saat ini, aku memutuskan untuk mencari tahu semua kebenarannya! Kuharap seseorang akan membantuku, sehingga aku tahu dari mana aku berasal, sebelum aku bisa memutuskan ke mana aku akan pergi!" Sisi bermonolog.
Bahkan hadirnya Raka turut menjadi kepingan puzzle. Hingga menyadari ada beberapa ingatanku yang hilang. Aku harus bisa mengumpulkan semua informasi tentang orang tuaku!
Kemudian Sisi berencana untuk meretas database internal group Latuconsina. Bukankah itu ide yang brilian?
Di mata keluarga Latuconsina, Sisi hanya dikenal sebagai gadis yang kecanduan game. Untungnya gadis-gadis lain di keluarga latuconsinya, tidak pernah mengetahui betapa game, ketika dilakukan secara profesional, akan menghasilkan banyak sekali keuntungan.
"Dalam kehidupan masa laluku, aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk bermain game. Aku menjual jasa untuk membantu orang lain bermain game. Aku bahkan berbaur dengan para gamer lainnya, dalam sebuah studio besar."
Pengetahuan tentang dunia game dan komunitas gamer membuat Sisi ahli dalam bidang ini. Sisi bahkan punya trik seperti manipulasi server, penulisan pemrograman untuk mengatur game, dan sebagainya. Keahlian Sisi pun berkembang menjadi seorang hacker. Lalu akibat bermain game itu, kini ada gunanya!
Pada kenyataannya, meretas data server cukup mudah bagi Sisi. "Eh tunggu, kenapa nama ayahku tidak ada dalam data keluarga?"
Sisi tercengang. Bagaimana mungkin? Ayah Sisi adalah pewaris separuh harta milik kakek Latuconsina. Sisi lelah mencari nama sang ayah, karena nama Ayah tidak ada, maka nama Ibu juga tidak ada. "Bukankah ini mencurigakan? Ah, ini bisa jadi bahan penyelidikan baru? Aku yakin ada dalang dari semua ini!" gumam Sisi mengangguk yakin.
Kemudian Sisi mencari nama ibunya, Daisy Munaf. Hal ini dengan mempertimbangkan, bahwa sang ibu yang konon dari dunia gangster, besar kemungkinan memiliki koneksi lebih banyak. Sisi memberikan pengumuman tentang orang hilang atas nama ibunya.
"Ah, oke aku harus kembali belajar pelajaran. Memeriksa PR dan hasil ujian?" gumam Sisi menaikkan kedua alisnya.
Sisi memutuskan lebih dulu mengecek namanya di hasil ujian, yang bisa diakses melalui website sekolahnya. "Whoaaa, apa ini benar? Kenapa nilaiku sangat bagus dan tunggu, peringkatku naik ke peringkat 50. Ah, ini bukanlah rencanaku. Aku seharusnya naik peringkat secara bertahap. Yeah, tak sesuai rencana kalau begini dach!"
Tadinya Sisi berencana untuk naik peringkat ke atas 10, kemudian 10 lagi, hingga peringkat satu di kelasnya bisa dia raih. Tapi kenyataannya Sisi terlalu drastis meraih peningkatan nilai dan peringkat!
Esoknya saat di kelas. Guru Sisi memuji atas pencapaian nilai gadis itu. "Hekkhm, Sisi kamu telah bekerja keras, belajar dengan gigih. Mulai sekarang saya tidak akan meminta bantuan kamu untuk menggandakan berbagai lembaran tugas!" serunya bersemangat. Janji guru kelas Sisi nyata, dia akan sangat pro dengan siswa yang cakap dalam nilai, dan sebaliknya. Bahkan tidak peduli status sosial siswanya, bagi guru kelas Sisi, nilai adalah segala-galanya.
Waktu pulang sekolah tiba. Seperti biasa Sisi berjalan beriringan dengan Vita. Namun, sesuatu yang tidak biasa terjadi. "Sisi bukankah itu adalah sopir pribadi keluargamu?" tanya Vita memastikan pandangannya tidak keliru, telunjuk lentiknya menunjuk seorang laki-laki berpakaian formal.
Sisi mengangguk, lalu berpamitan pada Vita. "Oke mari kita lihat ada apa sebenarnya. Kenapa tiba-tiba ayah dan ibu rindu padaku? Ingat Sisi kamu harus berpura-pura bodoh di depan keluargamu!" batin Sisi merencanakan.
Saat sampai di rumah, Sisi disambut dengan pertanyaan menggebu-gebu sang ibu tiri, Maria "Hai Sisi cepat katakan padaku, apa yang telah dilakukan Raka padamu. Raka mengajar kamu memakai metode pembelajaran apa! Hmmm, katakan tipsnya, agar kakakmu juga bisa menggunakannya. Kamu tahu kalau kakakmu akan mengikuti ujian masuk ke Universitas."
Sisi pura-pura tersentak, lalu menyentuh telapak tangan kirinya. Sang kakak tiri mengerutkan kening. Lalu Maria, sang ibu tiri bergerak maju untuk meraih pergelangan tangan Sisi. "Apa yang kamu sembunyikan?" bentak Maria.
"Ah, Ibu bukan apa-apa," kata Sisi pura-pura mendesis kesakitan. Maria lalu membuka paksa tangan Sisi. Maka mereka berdua disajikan pemandangan ganjil. Telapak tangan Sisi yang bengkak dan terdapat bekas merah mengalir. Maria dan Vanda kaget bukan kepalang.
"A-apa itu?" tanya Vanda terbata. Mendadak batinnya ciut. Sementara Sisi menarik kembali tangannya, lalu menggosoknya dengan hati-hati.
"Hmmm, saat belajar bersama Kevin, saya memintanya untuk memukul saya dengan penggaris, Ma, Kak. Jika saya salah mengerjakan pekerjaan rumah darinya," jelas Sisi dengan wajah yang sendu.
"Ih, kamu meminta dihukum?" tanya Vanda seolah tidak percaya pada perkataan Sisi.
Maria menyipitkan matanya. "Benar, kenapa kamu mempersulit dirimu sendiri?" desak Maria pada Sisi.
Sisi mengerjap, lalu sebuah lampu besar menyala di otaknya. "Hmmm, Raka sudah menyerah mengajariku. Hkkkm, maksudku karena aku mengambil jurusan IPA, yang meliputi Fisika, Kimia, dan Biologi dan kebetulan itu adalah ahlinya Kevin, maka Raka meminta bantuan Kevin. Dia dokter muda yang berprestasi dan sahabat Raka. Jadi ini semua adalah ideku dan Kevin, kami membuat kesepakatan untuk ...."
"Untuk apa?" desak Maria cepat.
"Aku membuat perjanjian dengan Kevin. Kalau nilaiku buruk aku akan dihukum. Sementara kalau nilaiku bagus, maka Kevin akan mengajakku berlibur ke Hawaii. Itu sebuah tempat di dunia ini yang ingin aku kunjungi. Lalu, ya karena itulah aku jadi harus belajar dengan keras. Bahkan Raka akan menyuruhku mengangkat air dengan dua ember sekali bawa, untuk menyirami semua bunga di tamannya."
Mata Vanda dan Maria membola. Mereka berdua tiba-tiba bergidik ngeri, membayangkan semua yang dilakukan Sisi di rumah Raka Harta Yudana.