Chereads / Pernikahan Kedua Sisi / Chapter 18 - Alasan Bertingkah Bodoh

Chapter 18 - Alasan Bertingkah Bodoh

"Bisakah Anda memberitahu saya lebih banyak  tentang kecelakaan saat Raka dan aku diculik, saat kami berdua masih kecil?" tanya Sisi langsung memotong perkataan Kevin.

Sementara itu, Kevin membeku di tempatnya. Sisi memandang ke arah Kevin dengan tatapan yang menuntut. Dia sangat ingin mengetahui tentang kenangan masa kecil yang dilaluinya bersama Raka. Sementara Kevin malah diam seribu bahasa.

"Saudara Kevin, Anda adalah seorang dokter yang baik. Bisakah Anda memberitahuku, apakah amnesia sebagian itu ada? Hmm, maksudku amnesia selektif?" Tanya Sisi dengan nada yang sangat serius. Sisi sengaja memanggil Kevin dengan sebutan saudara, untuk mempermainkan ego Kevin. Sebagai orang yang sangat narsis dan suka dipuji, Kevin mungkin bisa luluh.

"Seleksi apa maksudmu, Sisi?" tanya Kevin.

"Iya, aku tidak bisa mengingat apapun sebelum usia enam tahun. Aku merasa ingatanku telah dihapus," desah Sisi dengan nada yang muram. Dia ingin agar Kevin mengerti betapa sedih perasaannya, karena tidak bisa memiliki ingatan masa kecil bersama Raka.

"Aku bisa membantumu menemukan psikolog untuk masalahmu itu. Karena mereka lebih ahli soal ini," kata Kevin setelah menggaruk hidungnya yang mancung. Dia mengangguk dan menatap serius ke arah Sisi.

Sisi memberikan tatapan merajuk. Namun nada suaranya sangat memohon. "Ayolah Kevin tolong beritahu aku, mengenai semua hal tentang apa yang kamu ketahui, tentang penculikan itu. Aku benar-benar ingin mengetahuinya."

Kevin menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sisi yang seperti anak kecil. "Tidak Sisi, itu bukan ranahku untuk memberitahumu. Bagiku terserah kepada Raka. Apakah dia ingin memberitahumu atau tidak. Aku tidak mau."

Lalu Sisi  kecewa luar biasa. "Sejujurnya aku sudah bertanya soal itu pada Raka, sebelum aku bertanya padamu, Kevin. Karena dia sudah menolak untuk memberitahuku tentang apapun kenangan di masa kecil."

Kevin tertawa. "Dasar gadis pantang menyerah! Kamu sedang mencoba bekerja sama denganku rupanya, hanya untuk mendapatkan informasi, huh? Bagaimana kalau begini saja, jika kamu mendapatkan nilai sempurna dalam tes biologi nanti, aku akan memberi tahu semua yang aku tahu?"

Sisi tergelak, tapi kemudian cepat menguasai dirinya kembali. "Oke, aku terima tawaranmu itu, Saudara Kevin. Mari kita bersepakat!" Keduanya lalu berjabat tangan.

"Baiklah," kata Kevin ragu-ragu. Kevin kemudian memberikan dua jempol untuk Sisi.

Setelah mengikuti bimbingan dari Raka dan Kevin, nilai Vita dan Sisi meningkat dengan pesat. Namun, saatnya, setelah libur musim panas berakhir, mereka berdua harus kembali ke sekolah.

Di sekolah. Sisi dan Vita bertemu dengan Lina dan teman-teman mereka yang lain. Pada hari pertama setelah libur musim panas.

Di kelas. Lina melirik kaki Sisi yang masih digips, lalu berkata dengan nada yang mengejek. "Mengapa kamu masih datang ke sekolah? Apa kamu juga tahu, kalau ada ujian hari ini?"

Putri menyenggol lengan Lina. "Lina tidakkah kamu tahu bahwa Vita dan Sisi telah mengikuti bimbingan belajar bersama paman ketujuh selama liburan musim panas? Mereka berdua mungkin datang ke sekolah hari ini, juga untuk mengikuti ujian. Mari kita lihat saja. Apakah Sisi dan Vita memiliki kemajuan setelah pembelajaran mereka!"

Lina mengerucutkan bibir dan cemberut. "Sebenarnya itu hanya membuang waktu mereka berdua dan membuang waktu semua orang. Hahh, dengan otaknya yang kecil, sudah jelas bahwa Sisi tidak akan memiliki kemajuan apapun." Lina menoleh kepada Sisi. "Apakah kamu tahu mengapa kakimu terluka? Itu karena kamu telah menyita banyak waktu paman ketujuh, hingga Dewa memutuskan untuk menghukummu!"

Sisi tercenung di tempatnya. Sisi kini sadar, bahwa komentar dari Lina telah benar-benar menyadarkannya. Bahwa ketika dia sakit, kini telah membuka mata Sisi. Siapa yang benar-benar menyayanginya dan yang tidak. 

Kesadaran yang paling penting adalah, Sisi sangat sadar bahwa dirinya hanya serupa kuman yang harus diusir oleh Lina dan teman-temannya. Bahkan jika Sisi hanya berdiri di sana dan bernafas saja. Mereka semua akan menganggap Sisi orang yang sangat menjengkelkan.

"Betapa bodohnya aku di masa lalu? Aku suka sekali menjilat orang-orang ini. Aku bahkan menerima semua kritik negatif dari mereka, lalu mencoba memperbaiki diriku dan tidak berani menjadi diriku sendiri. Padahal mereka semua tidak pernah menyayangiku!" geram Sisi di dalam hatinya.

Sisi menggeleng, kemudian mendesah. "Sungguh benar-benar membuang waktuku, berbincang-bincang dengan para badut!"

Namun Sisi segera menoleh saat Vita berbicara dengan keras, bahkan hampir menjerit. "Mengapa kalian bisa mengatakan itu? Apakah kalian tidak melihat dengan mata kalian, bahwa Sisi tidak pernah melukai kakinya? Apa kalian tidak memiliki hati? Karena tidak mungkin Sisi ingin celaka!"

Sisi begitu takjub melihat ke arah Vita. Meskipun Vita tidak pernah dihargai di lingkungan keluarganya sendiri, Yudana. Namun, semua orang tetap harus mengakui, bahwa Vita adalah Nona kelima di dalam keluarga Yudana. Lina dan teman-temannya masih harus memberikan penghormatan kepada Vita, bukan?

Putri kemudian menggerutu. "Lupakan saja jangan buang waktu kita di sini!" Lina kemudian berkata dengan nada yang sangat menghina. "Angsa hanya akan berkawan dengan angsa dan domba, hanya akan berkawan dengan domba." Buru-buru setelah mengatakan itu, Lina berjengit dan mengajak kawan-kawannya pergi dari sana. Dia terlihat sangat takut akan kemarahan Vita, yang mungkin saja bisa berlanjut.

Selanjutnya Vita menghentakkan kakinya dan mengeram dengan amarah yang memuncak. "Sisi mengapa kamu tidak mengatakan apa-apa? Kamu seharusnya membela dirimu dan jangan biarkan mereka menghinamu!"

Sisi menepuk lengan Vita dengan pelan. "Vita percayalah bahwa karma itu akan datang pada mereka. Aku tidak perlu mengotori tanganku untuk itu."

Vita lalu memandang tak percaya kepada Sisi, dengan rasa ingin tahunya yang memuncak. "Sisi aku perhatikan kamu selalu bertingkah bodoh saat diganggu oleh mereka. Mengapa demikian, apa kamu sengaja melakukan itu?"

Sisi tersenyum penuh arti, kemudian berkata dengan jenaka. "Kamu akhirnya menyadari itu, Vita."

Vita lalu menggembungkan pipinya dan pura-pura merajuk pada Sisi. Sisi lalu mencubit pipi sahabatnya itu. "Yang seperti kamu tahu, bahwa aku dikenal sebagai gadis bodoh dari keluarga Latuconsina, aku harus memenuhi gelar itu kan?"

Vita meraih tangan Sisi. "Tapi aku yakin, kamu tidak benar-benar bodoh, Sisi. Paman ketujah  dan bahkan dokter Kevin, tahu itu."

Sisi tersenyum. "Dan apakah itu tidak cukup? Aku tidak peduli dengan orang lain!" kata Sisi mengedikkan bahu.

"Tapi mereka akan terus menggertakmu, karena mereka menganggapmu bodoh," komentar Vita mendengus dengan kesal.

Sisi menatap kepada Vita dan berkata dengan nada yang sangat tenang. "Vita kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menggertak ku selamanya. Aku juga tidak akan membiarkan mereka menghinaku selamanya. Ingat untuk saat ini, tujuan kita adalah untuk bisa masuk ke universitas terbaik di kota ini. Jadi selama itu, aku harus bersikap sebodoh mungkin."

Vita terlihat berpikir. "Sisi apa yang bisa kubantu?" tanyanya setelah paham, apa yang direncanakan oleh Sisi.

"Kita perlu mencari cara, agar kita bisa tinggal lebih lama di rumah paman ketujuh. Aku tidak ingin kembali ke rumahku. Di rumahku itu, bukan lingkungan yang kondusif untuk belajar," jelas Sisi setelah berpikir sesaat dengan cepat.

Vita mengangguk. "Tenanglah, itu bukan masalah besar. Aku akan membicarakannya dengan kakek."

Sejurus kemudian, Vita berkata dengan ragu-ragu. "Sisi apakah kamu yakin tidak akan menikahi Thomas? Kakak laki-lakiku itu cukup menawan. Kakekku bahkan cukup kecewa, saat mengetahui bahwa kamu menolak untuk menikah dengannya."

Sisi melihat ke arah Vita dan berkata dalam hati. "Dasar garis bodoh. Aku tidak ingin menjadi kakak iparmu, karena aku ingin menjadi bibimu yang ketujuh!"

"Astaga Vita, saat ini aku hanya ingin fokus belajar. Aku tidak ingin memikirkan pernikahan yang akan terjadi nanti. Terlebih aku sudah menyadari sesuatu hal yang sangat penting."

"Apa itu?" tanya Vita penuh minat.