Chereads / Pernikahan Kedua Sisi / Chapter 20 - Taktik Sisi, Buat Kevin Bingung

Chapter 20 - Taktik Sisi, Buat Kevin Bingung

Sambil berjalan Sisi terus mengeram. "Ini jebakan, benar-benar jebakan yang busuk. Ternyata wali kelas tidak pernah menyuruhku untuk pergi ke ruangan fotocopy. Mereka telah merencanakan jebakan ini untukku. Untungnya aku bisa melewati ini, tanpa harus menjadi korban. Aku sangat yakin, kalau tujuan mereka adalah .... aku akan dijual untuk mafia bawa tanah! Betapa kejamnya mereka kepadaku!"

Sisi berusaha bersikap senormal mungkin. Namun, dia tidak berani untuk memberitahukan apa yang telah dilaluinya hari ini kepada orang lain.

"Beruntung aku bisa mengalahkan tiga preman itu. Aku yakin gadis-gadis yang menyuruh mereka, tidak akan pernah berpikir bahwa aku bisa mengalahkan orang-orang suruhannya! Bukankan rasanya tidak masuk akal,  kalau gadis yang pincang sepertiku bisa mengalahkan preman? Hahaha!" gumam Sisi bermonolog.

Sisi mengetuk pintu. Kemudian memberi salam kepada semua orang di dalam kelasnya. Kontan semua memandang ke arahnya. Sisi tersenyum malu, lalu berjalan mendekati guru untuk yang telah menyodorkan sebuah lembar lebaran ujian.

Seketika mata coklat besar Sisi melirik pada jam dinding. "Ah, aku terlambat 9 menit. Jika saja aku terlambat 10 menit, maka pasti aku tidak diperbolehkan mengikuti ujian. Terima kasih Tuhan!" ucap Sisi bersyukur di dalam hatinya.

"Cepat kerjakan soal ulanganmu dan duduk di tempatmu. Jangan membuat yang lain terganggu!" saran guru kepada Sisi.

Sisi lalu duduk di kursinya, menghela nafas panjang, untuk menenangkan dirinya. 'Aku harus menyelesaikan soal-soal ini, sebelum aku berpikir untuk mengerjakan yang lainnya!' pikir Sisi, untuk segera fokus kepada lembaran soal di hadapannya.

"Yeay selesai!" gumam Sisi sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Dia pun menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, rasanya cukup tegang mengerjakan soal ujian dengan kehilangan waktu selama 9 menit.

"Sisi!" panggil Vita yang telah berada di pintu kelas Sisi. Dia dapat melihat wajah berbinar milik Vita, yang menandakan dirinya juga telah selesai melaksanakan ujian dengan baik.

Vita melihat Sisi yang sedang mengemasi barang-barangnya. Vita lalu kemudian bergerak maju untuk membantu Sisi membawa ransel dan kruknya.

"Sisi biarkan aku membantumu untuk membawa ransel dan krukmu!" kata Vita dengan wajahnya yang tulus. Sisi mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya itu.

Tidak lama, semua orang sudah meninggalkan kelas. Hanya tinggal Sisi dan Vita saja. Lalu Vita berbisik kepada Sisi, "Sisi aku mendengar bahwa sore ini Lina dan Putri diserang oleh preman dari luar sekolah. Mereka ditampar berulang kali?"

Maka akibat penjelasan dari Vita, semakin membuat Sisi yakin, bahwa kedua gadis yang telah membuatnya harus bertarung dengan preman adalah Lina dan Putri!

'Jadi kedua gadis itu yang telah menjebakku di ruang fotocopy tadi!' pikir Sisi yang hatinya mencetuskan rasa kesal luar biasa.

Sisi pura-pura tidak mengetahui apa-apa. "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Sisi akhirnya.

"Pengurus sekolah dipanggil untuk menghentikan pertengkaran. Penyerangan yang dilakukan oleh orang luar sekolah pada Putri dan Lina, bahkan petugas sekolah ingin melaporkan hal ini kepada polisi! Tetapi Putri dan Lina malah menolak. Anehnya kedua gadis itu bersikeras, bahwa mereka yang memprovokasi para pria dan mereka juga pantas untuk dihukum. Sisi tidakkah ini aneh menurutmu? Mereka menolak melibatkan polisi, padahal mereka sudah diserang?" tanya Vita berharap Sisi bisa memberikan pendapatnya.

Vita selalu merasa bahwa Sisi seperti memiliki kecerdasan, untuk mengetahui sikap-sikap orang di sekitar mereka. "Bukankah itu aneh, Sisi?" ulangnya.

Sementara di hatinya Sisi meledak tawa. 'Rasakan betapa malangnya kedua gadis yang bernama Lina dan Putri itu. Mereka berdua pantas mendapatkan serangan dari kedua preman yang telah kulumpuhkan. Untungnya gadis-gadis itu cukup pintar untuk membiarkan polisi tidak ikut campur dalam masalah ini, jika mereka terus mengusut masalah ini, aku yakin para preman akan menjual Putri dan Lina!' pikir Sisi serius. 

Tentu saja Putri dan Lina akan mendapatkan masalah yang lebih, jika melibatkan polisi dalam hal ini.

"Sisi kenapa kamu hanya diam saja? Apa kamu melamun? Atau kamu sedang menghayalkan sesuatu?" tanya Vita khawatir.

Sisi hanya menggeleng dan tersenyum. Dengan suara yang lembut Vita kembali berkata, "Aku masih tidak percaya, kalau hal seperti itu benar-benar terjadi di sekolah kita. Ini sangat sulit dipercaya Sisi?"

Sisi mengangguk sebagai tanda persetujuan. Namun, di dalam hati Sisi terus berbicara sendiri. 'Ini adalah pelajaran yang sangat penting untukku. Aku mulai paham  betapa aku diintimidasi dan aku diperlakukan sangat buruk di kehidupan sebelumnya. Selain aku tidak punya uang, aku juga tidak punya kekuatan untuk bertahan. Dan aku tidak tahu bagaimana menggunakan otakku yang kecil ini. Maka tidak heran jika aku hanya bergantung pada belas kasih orang lain. Oke, aku harus berterima kasih kepada Raka, yang selalu melatih staminaku dan mengajarkanku berbagai trik untuk bisa bertahan dari musuh.'

'Setidaknya ternyata aku menjadi wanita yang kuat!' Sisi berkacak pinggang tanpa sadar dan di dalam hati memuji betapa dirinya yang sekarang lebih baik daripada dirinya di masa lalu, yang terus saja menjadi bulan-bulanan orang-orang jahat.

"Sisi bagaimana hasil ujianmu? Bukankah hasilnya akan keluar nanti malam jam delapan? Apakah kamu percaya bahwa aku sangat gugup Sisi?" oceh Vita kemudian menangkupkan kedua tangannya pada dua pipi, yang sedikit menggembung. Matanya nanar menerawang ke arah bunga bugenvil yang berjejer indah di taman kecil depan kelas.

Sisi menghentikan lamunan, kemudian menepuk pundak Vita. "Astaga Vita kita akan mendapatkan nilai yang bagus. Aku yakin itu akan terjadi. Sekarang kita hanya perlu bersikap santai. Bukankah selama ini kita sudah menunjukkan banyak peningkatan nilai? Sungguh signifikan." 

Sisi sangat optimis. "Kurasa aku memiliki peluang besar, untuk dapat terus tinggal di rumah paman ketujuh kamu!" kata Sisi mengedip-ngedipkan matanya. Hal itu membuat Vita melotot, lalu mendorong tubuh Sisi secara pelan. Tentu Vita hanya bercanda melakukan itu.

"Astaga Sisi kamu mengatakan itu dengan sangat percaya diri. Apa kamu tidak  melihat, aku sangat gugup? Bahkan setelah kamu berkata kita harus santai!"  kata Vita mengerutkan kening sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sisi tersenyum batinnya berbicara sendiri. 'Aku tidak perlu khawatir, jika rencana A tidak berhasil, aku masih memiliki rencana B. Tujuanku hanya satu, tujuan yang sangat jelas, yaitu untuk tetap selalu berada di sisi Raka Harta Yudana.'

'Untuk bisa mewujudkan tujuanku, aku harus memperbaiki diri. Aku harus berjuang keras, agar aku bisa setara dengan Raka, agar aku tidak menjadi beban Raka.'

"Eh, suasana sudah sepi. Ayo kita pulang!" ajak Vita membuyarkan lamunan Sisi. 

Malam saat mendekati waktu pengumuman hasil ujian, Kevin mengunjungi Sisi dan Vita. Dia bahkan terlihat lebih gugup daripada Sisi!

"Apa kamu yakin bahwa nilai ujianmu bagus, Sisi?" tanya Kevin sambil merampas ponsel Sisi. Dia melihat ke laman website sekolahan dan mencari nama Sisi di sana. Padahal Sisi lebih dulu, membuka halaman itu.

Kevin yang kurang paham, lalu menyodorkan ponsel Sisi ke arah gadis itu kembali. "Apa artinya ini, Sisi?" tanya Kevin, yang melihat dengan wajah tegangnya. Sisi bahkan tidak memperdulikan amarah Kevin yang meledak-ledak.

Sementara itu, Vita dengan senang hati malah memberikan hasil ulangannya kepada Raka. Ketika Kevin meledakkan amarahnya, Vita pun terkejut– melihat perubahan sikap Kevin yang biasanya selalu narsis dan santai. Vita lalu mendekat ke arah Kevin. "Dokter Kevin tolong jangan marah! Anda tidak perlu khawatir untuk nilai kami berdua?"

Namun, Kevin yang masih dalam puncak marahnya, langsung membalikkan tubuh dan menghadap ke arah Vita. "Bagaimana mungkin aku tidak marah, Vita. Bagaimana bisa dia mendapatkan nilai begitu buruk dalam ujian? Rasanya aku telah sia-sia menghabiskan waktu liburan musim panas untuk mengajarinya, kamu tahu bahwa aku gurunya, kan?" 

Selama ini memang Kevin mengajarkan Sisi untuk mata pelajaran biologi– yang menurut Raka, Kevin tentu lebih kompeten dalam bidang tersebut daripada dirinya.

Vita mengalihkan pandangannya kepada Sisi, kemudian melihat hasil ulangan Sisi. Dengan gemetar Vita berkata, "Sisi bukankah kamu telah menyontek saat ujian?" Lucunya mata Vita membelalak. Lalu gadis itu menggerak-gerakkan bibirnya yang tipis. Kontan hal itu membuat Sisi hampir tertawa.

"Maksudmu ini adalah hasil ulangan setelah Sisi melakukan kecurangan dengan menyontek?Apa kamu sedang bercanda, Vita? Jangan bilang, kalau Sisi tidak mampu mengerjakan soal ujiannya sendiri?" tanya Kevin memastikan. Sinar pandangannya menyatakan ketidakpercayaan. Dia menggeleng putus asa, lalu melihat ke arah Sisi.

Sisi hanya mampu tersenyum malu, kemudian menghela nafas. Sementara Kevin masih betah untuk memelototinya. Sisi kemudian mengeluarkan satu lembar kertas dari tasnya dan menyerahkannya kepada Kevin.

"Kevin tenanglah, ini adalah kertas ujianku hari ini. Aku mengerjakannya setelah aku tiba di rumah."

Kevin memandang kepada kertas yang telah disodorkan oleh Sisi. Wajahnya seketika membeku, karena terkejut. Dengan cepat tangan liatnya mengambil pulpen dan mulai mengoreksi kertas yang diserahkan oleh Sisi. Kevin bahkan sampai memeriksanya dua kali.

Kemudian Kevin menatap Sisi dari balik kertas. "Jadi bagaimana ,aku cukup pintar, kan?" tanya Sisi dengan nada yang menawar.

"Tapi kenapa? Apakah itu sebabnya Vita berkata kamu telah melakukan kecurangan?" tanya Kevin balik kepada Sisi.

Vita meraih kertas ujian Sisi dan tersenyum. "Aku tahu kalau Sisi tidak akan mendapatkan nilai ujian yang begitu rendah. Dia pasti curang dan dengan sengaja menjawab dengan salah, agar dia tidak mendapatkan skor tertinggi itu," jelas Vita.

"Tapi kenapa kamu melakukan itu? Bukankah kamu tahu bahwa, ujianmu yang sekarang ini sangat penting? Bahkan sangat penting, ujian yang akan menentukan masa depanmu, agar bisa masuk universitas terbaik di kota ini. Hasil ujianmu ini, akan menentukan tujuanmu di masa depan. Jadi tolong jelaskan, apa yang membuatmu melakukan ini semua?" Kevin sungguh kebingungan, terhadap sikap dari muridnya itu.

Sisi mengedikkan bahunya. "Anggap saja aku sedang menunggu waktu yang tepat!" kata Sisi tenang.

Raka yang sejak tadi hanya  mengamati saja, mulai berjalan mendekat dan mengambil kertas ujian dari tangan Vita. Dia bertanya kepada Kevin, "Apakah kamu puas dengan hasilnya?"

Kevin mengangguk. "Lebih dari sekedar puas." 

Kemudian Raka berkata, "Kalau begitu, berarti masalah ini telah selesai. Mulai sekarang kamu harus menyesuaikan cara mengajarmu dengan pilihan Sisi. Kurasa Sisi memiliki kesulitan sendiri, jadi jangan terlalu banyak bertanya kepadanya. Lakukan saja apa yang dia katakan dan cobalah percaya pada Sisi."

Mendengar itu, hati Sisi menghangat. Hatinya merasa disentuh sangat dalam oleh Raka. Sosok lelaki yang selalu memahami Sisi. Bahwa Sisi hanya perlu diberikan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dia bisa dengan mudah memahaminya.

"Ah, Raka. Kamu selalu memilih untuk mempercayaiku tanpa syarat, dan memberiku dukungan yang sangat besar. Raka aku tidak akan mengecewakanmu!" tekad Sisi.