Raka mengucapkan terimakasih kepada Ivana dengan nada acuh tak acuh, untuk sekeranjang buah segar yang telah Ivana bawa. Di sisi lain Thomas meletakkan tangannya di bahu Sisi. "Sisi kamu pasti sangat lelah, kan? Katakanlah kepadaku bahwa kamu sudah menyerah dan aku akan membawamu pulang!" ajaknya.
Sisi menyentak tangan Thomas dari bahunya, kemudian berkata, "Tenanglah, Thomas. Aku baik-baik saja. Aku masih belum siap untuk menyerah. Aku akan berjuang untuk bisa masuk universitas terbaik di kota ini."
Terlihat kalau tangan Thomas sedang menggantung di udara. Thomas lalu berkata sambil menggerutu dengan tidak sabar, "Mengapa kamu menjadi begitu keras kepala akhir-akhir ini? Kamu bahkan menentang semua yang aku katakan. Apa yang salah dengan mu, Sisi?"
Ini visi tidak mengatakan apapun karena dia hanya mendesah pelan lalu bergerak menuju ke arah Vita demi menjaga jarak dengan Thomas ekor mata Sisi masih mampu menangkap Vanda yang dengan lembut menarik lengan baju Thomas.
Vanda lalu berkata, "Saudara, Thomas. Saya harap Anda tidak marah padanya. Sudah menjadi hal biasa, saat Sisi tidak pernah menunjukkan respons yang baik pada apa yang kita lakukan untuknya. Maka tidak perlu membuat dirimu marah padanya."
Telinga Sisi masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh kakak tirinya tersebut. Sisi lalu tertawa di dalam hati, karena Vanda telah berhasil menenangkan Thomas.
Selanjutnya Thomas berkata dengan kesal, "Aku benar-benar tidak mengerti kalian berdua adalah sama-sama perempuan, yang tumbuh di dalam keluarga yang sama. Namun, kenapa sikap kalian begitu berbeda? Kenapa Vanda tumbuh dengan begitu lembut dan pengertian, tetapi Sisi ... kenapa kamu begitu keras kepala dan kasar?"
Mendengar itu Sisi menjadi geli sendiri, kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Hingga semua atensi dari orang-orang menuju kepadanya. Menyadari hal itu, Sisi lalu menangkupkan kedua tangan ke mulut dan menoleh ke arah Thomas. "Astaga, Tuan Muda Thomas. Anda benar sekali! Jadi apa yang Anda sukai dari ku? Karena dalam hal emosional, aku tidak sebaik kakak perempuanku. Dalam hal kecerdasan, bahkan saya lebih bodoh dari Lina dan Lisa. Selain itu, bahkan dalam gen atau latar belakang keluarga, aku pasti sangat tidak cocok dengan keluarga Anda, Tuan Muda Thomas benar begitu, kan?" kata Sisi dengan sangat lancar dalam satu tarikan napas.
"Jika Anda menginginkan pendapat yang jujur dari saya, saya yakin Anda tidak akan terlalu menyukainya, Tuan Muda Thomas. Karena jika Anda menyukai saya, Anda tidak akan sering membandingkan saya dengan kakak perempuan saya. Bahkan Anda akan memperlakukan saya, seperti Anda memperlakukan kakak perempuan saya. Entah sadar atau tidak, Anda telah menemukan banyak sekali hal positif dari apa yang dilakukan oleh kakak perempuan saya. Namun, sebaliknya ... Anda selalu menemukan kesalahan dan kesalahan atas segala sesuatu yang saya lakukan. Oleh karena itu, saya menyimpulkan bahwa Anda tidak menyukai saya, Tuan Muda Thomas. Hmmm, karena yang terjadi sebenarnya adalah Anda sedang mengasihani saya Anda mengasihani saya. Karena saya yang bodoh. Bahkan Anda mengasihani saya, karena sejak kecil saya sudah menjadi yatim piatu dan tidak ada orang yang mencintai saya, kecuali Anda, bukan? Saya ucapkan terimakasih Tuan Muda Thomas, saya sebenarnya tidak membutuhkan belas kasih Anda! Jadi tolong berhenti memberi tahu semua orang, bahwa saya akan menikah dengan Anda! Saya tidak akan melakukan itu!" tegas Sisi yang membuat semua orang tercengang.
Di sisi lain, dengan wajah yang memerah, Vanda tertipu malu. Kemudian Vanda memukul lengan Sisi. "Astaga, Sisi! Apa yang sedang kamu bicarakan?"
Sisi menoleh kepada Vanda dengan tatapan yang tulus. "Kakak jujur saja bahwa kamu sangat menyukai tuan muda Thomas, kan? Bahkan Kakak sudah menyukainya selama bertahun-tahun. Dalam hal ini kakak harus jujur dengan perasaan yang kakak miliki. Sebaiknya katakan padanya, bagaimana perasaanmu itu, Kak? Aku yakin Kakak akan mendapatkan cintanya juga. Hai, para gadis! Kalian semua bisa menjadi saksi saya, kan? Bahwa tidak ada masa depan untuk saya dan tuan muda Thomas. Jadi berhentilah menyebarkan desas-desus palsu, agar tidak merusak kemungkinan antara tuan muda Thomas dan kakak perempuan saya!"
Wajah Vanda memerah seperti tomat. Sesuatu yang membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Sisi adalah benar. Sisi tidak tahan dengan apa yang baru saja dikatakannya. Sisi lalu membalikkan tubuh, untuk berjalan menuruni tangga. Sisi ingin meninggalkan tempat itu. Karena semua yang telah memenuhi dadanya, telah dia dikeluarkan, sehingga dia merasa sangat ringan saat berjalan. Sisi bahkan merasa tubuhnya melayang.
Sisi bertekad, kalau di dalam kehidupannya yang baru, Sisi tidak akan pernah menikahi Thomas! Karena Sisi tahu, bahwa Vanda dan Thomas saling mencintai. Sisi sangat senang karena bisa menjodohkan kedua insan tersebut.
Namun, tiba-tiba Sisi mendapatkan dorongan yang sangat kuat di punggungnya. Hingga tubuh mungilnya oleng. Sisi pun tergelincir saat menuruni tangga.
"Sisi!" teriak Raka dan Thomas secara bersamaan.
Dengan sigap, Sisi menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Namun, terlambat. Tubuh Sisi jatuh terjerembab dan dia pun mengerang kesakitan.
Selanjutnya seperti adegan slow motion, Raka mengangkat tubuh mungil Sisi dengan lengannya yang kekar. "Astaga Sisi, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Raka dengan nada khawatir.
Sisi tersenyum karena adegan ini begitu akrab dengannya di masa lalu. Sehingga membuat air matanya mengalir. Raka lalu mencoba membuat Sisi berdiri di tanah.
Namun, saat kaki kanan Sisi menyentuh tanah, Sisi langsung meringis kesakitan. Akibat rasa sakit yang menjalari kakinya. Dengan sigap Raka segera berjongkok, untuk memeriksa pergelangan kaki Sisi. Raka mencoba mencubit kaki Sisi dengan lembut dan wajah Sisi pun langsung mengkerut, karena rasa sakit yang tak terbayangkan.
Raka lalu berdiri dan mengumumkan, "Saya harus membawa Sisi ke rumah sakit!"
Raka lalu menggendong Sisi dengan gaya bridal style. Raka berjalan pergi dengan langkah yang lebar untuk memberi tahu kepada bibi Jumi. "Bi Jumi tolong bantu menyiapkan mobil!"
Sisi bersandar nyaman pada dada liat Raka yang berbau mint. Seperti wangi yang sama, yang Sisi ingat di kehidupan sebelumnya. Sisi memejamkan matanya dan menikmati kejutan tak terduga hari ini.
Raka lalu menempatkan Sisi dengan sangat hati-hati di jok belakang mobil. Lalu Raka masuk ke mobil dari sisi yang lain, dan duduk di samping Sisi.
Raka menarik lengan celana olahraga Sisi, untuk melihat pergelangan kakinya. Padahal kejadiannya masih sangat baru. Namun, kaki Sisi sudah sangat bengkak. Terlihat bahwa Raka sangat khawatir dan dia bahkan meraung. "Pak sopir cepat nyalakan mesin mobilnya. Kita harus membawa Sisi ke rumah sakit dengan segera!"
Setelahnya Raka melirik pada Sisi, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Ekspresi Raka cenderung sangat gelap. Kemudian karena didorong rasa ingin tahu, Sisi bertanya, "Guru siapa orang yang telah mendorong ku tadi?"
Raka langsung duduk dengan tegak dan melihat ke arah depan. Setelah waktu yang lumayan lama, Raka baru menjawab, "Itu tadi adalah tindakan dari Thomas."
"Oh," gumam Sisi sembari menghela nafas lega.
Raka menoleh ke arah Sisi dan bertanya, "Mengapa kamu mengatakan hal seperti itu, Sisi?"
Sisi memberanikan diri untuk menatap ada Raka. Sisi mencari sinar mata Raka. Kemudian dia menarik sudut bibirnya dan tersenyum tipis. "Apakah ada yang salah dengan apa yang saya tadi katakan, Guru?"
Ragam menatap Sisi dengan sangat intens. "Kamu benar-benar tidak punya perasaan untuk Thomas? Anak laki-laki itu bahkan sudah menyukaimu sejak dia masih sangat muda, Sisi?"
Sisi tersenyum saat menatap mata Raka dalam-dalam. "Hmmm, saya tahu itu. Mengenai cinta Thomas yang sangat besar pada awalnya. Tapi perasaan itu, untuk saat ini telah berubah, Guru. Dia tidak lagi menyukaiku. Perasaan yang dia miliki untuk saya saat ini adalah rasa kasihan dan kepemilikan. Saya hanyalah piala untuk dia pamerkan."
Selanjutnya Sisi pun meniru gaya bicara Thomas. "Eh, lihat itu bonekanya Thomas! Sisi dari keluarga Latuconsina. Ah, dia pasti akan menikah denganku! Dia memang cantik, tapi bodoh. Saya tidak ada pilihan lain, kami sudah berteman sejak kami masih sangat kecil. Jika saya tidak menikahinya, saya khawatir kalau dia tidak bisa bertahan hidup. Memangnya apa yang akan dia lakukan tanpa aku?"
Setelahnya Sisi tersenyum. Raka dapat menangkap sinar hidup atau semangat yang Sisi miliki. Sehingga Raka pun turut tersenyum.