Chereads / Pernikahan Kedua Sisi / Chapter 10 - Vita Yudana

Chapter 10 - Vita Yudana

Sisi mengucapkan terima kasih kepada Thomas, Vanda, Lina, dan Rara. Sisi berkata, "Saya mengucapkan terima kasih kepada Anda semua. Tapi maaf, saya tidak bisa mengambil bantuan Anda semua, karena saya harus mengikuti kelas bersama paman ke-7 keluarga Yudana."

Setelah mengatakan itu, sejenak Sisi berpikir dan terpekur. Namun, kemudian dia memutuskan untuk mundur beberapa langkah dan memasang ekspresi ketakutan serta tak berdaya, yang dimilikinya dengan cara yang paripurna.

Hal ini dilakukan Sisi, untuk memberi kepuasan kepada gadis-gadis atau temannya Vanda. Mereka bahkan tidak memasang ekspresi kekhawatiran berlama-lama, karena ekspresi mereka segera berubah menjadi kegirangan. Mereka semua tentu senang ketika melihat Sisi menderita, bukan?

Lina yang terlihat begitu paham, menarik tangan Vanda dan berkata, "Saudari Vanda jangan ganggu Sisi lagi! Dia masih memiliki banyak hal untuk segera dibawa. Karena dia harus segera mengikuti perintah dari Tuan Muda ke-7 Yudana."

Setelah mendengar itu, mata Vanda beralih kepada Thomas. Dia ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan Thomas, tentu saja karena selama ini Thomas dan Sisi di diketahui menjadi rahasia umum, bahwa mereka akan menikah. Hal ini karena sejak Sisi berusia 6 tahun, Thomas sudah menyatakan ketertarikannya terhadap Sisi.

Sisi dapat melihat, bahwa Thomas melihatnya dengan tatapan merana dan kasihan. Thomas lalu berkata, "Jangan khawatir, Sisi. Saya akan berbicara dengan kakek saya dalam beberapa hari ini. Saya akan memintanya untuk mengirim paman muda ke-7 kepada beberapa jenis bisnis, untuk menyelamatkan kamu dari cakarannya! Jangan terlalu tertekan dengan hal ini. Tidak apa-apa jika kamu tidak masuk ke universitas yang bagus, kamu masih memiliki saya. Saya akan memastikan Ibu tidak memiliki keluhan apapun tentang kamu, Sisi."

Sisi mengangkat kepalanya dan dia mendapati kakak perempuannya, Vanda. Sisi lalu menoleh ke arah Thomas dan berkata dengan datar, "Apakah saya masuk universitas yang bagus atau tidak, seharusnya tidak menjadi perhatian ibumu, Thomas. Ah, maaf, Tuan Muda saya tidak akan menikah dengan Anda!"

Mendengar itu Vanda dan Thomas  tercengang. Sebelum mereka dapat mengatasi keterkejutannya, Sisi tidak mengatakan apa-apa lagi atau menunggu apapun.

Sisi lalu kembali ke kamarnya untuk berkemas. "Aku harus segera pindah ke villa Raka!" seru Sisi dengan wajah yang ceria dan senyum yang menghias.

Esok harinya, orang tua Sisi membuat upacara untuk Sisi. Hal ini terkait penghormatan ala orang kaya. Sehingga Sisi seolah pengantin anak, yang akan dinikahkan oleh keluarga kaya.

Sisi menghadiri upacara yang dipersiapkan keluarga Latuconsina untuknya. Sisi melihat Thomas yang sedang duduk di ruang tamu, dengan pakaian kasual hitam dan putih.

Di villa Raka Harta Yudana. Di sana sudah ada Tuan Tua Yudana bersama seorang gadis. Gadis itu adalah anak dari paman ke-3 Yudana. Putri satu-satunya, karena sang ayah telah meninggal dalam usia muda.

Seorang gadis yang usianya sama dengan Sisi. Namanya adalah Vita. Di kehidupan sebelumnya, Vita telah dijual oleh Thomas, tepatnya dinikahkan untuk urusan bisnis Thomas, dengan seorang lelaki pejabat pemerintahan. Setengah tahun setelahnya, Vita bunuh diri. Sisi menghela nafas, merasa kasihan pada nasib Vita.

Tuan Tua Yudana memperkenalkan Sisi kepada Vita. Lelaki yang paling dituakan di keluarga Yudana itu tersenyum dan berkata, "Aku yakin kalian bisa rukun, karena kalian berdua adalah gadis yang baik. Hmmm, Raka!"

Raka mengalihkan atensinya pada Tuan Tua Yudana atau ayahnya sendiri.

"Kamu tidak bisa menggunakan metode yang sama seperti yang dilakukan kepada Thomas. Ingat mereka hanya perempuan, mereka tidak sekuat Thomas?" tawar Tuan Tua Yudana.

"Hmmm," jawab Raka dingin. Raka lalu menyilangkan tangannya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Raka bertindak seolah dirinya adalah raja. Bahkan Roy Latuconsina tidak berani duduk disebelah Raka.

Raka lalu berkata kepada Sisi dan Vita, "Karena kalian di sini, maka kalian harus mengikuti aturan saya!" 

"Tentu saja Sisi akan patuh. Ingat Sisi kamu akan mendengarkan semua perkataan dari Paman ke-7 Yudana, bukan? Kamu harus patuh dan belajar dengan tekun. Kamu harus melanjutkan studimu, hingga kamu sukses di masa depan. Saya  tidak ingin selalu mendapatkan malu, ketika orang bertanya kepada saya tentang hasil sekolahmu, Sisi!Apakah kamu mendengarkan saya?" kata Roy Latuconsina kepada Sisi.

"Ya, Ayah!" jawab Sisi sambil menundukkan kepalanya.

Tuan Tua Yudana tersenyum, lalu dia berkata, "Hai, lihatlah kalian berdua! Kalian justru akan menakut-nakuti para gadis. Oh, Tuhan ingat apa yang saya katakan padamu, Raka! Tidak diperbolehkan menggunakan kekerasan fisik kepada gadis-gadis ini. Apakah kamu paham, Raka?"

Raka mengangguk dengan ringan. Tidak ada jejak senyum di wajah Raka. Dia sangat terkenal dingin dan tidak tersentuh.

Setelah kepergian Roy Latuconsina dan Tuan Tua Yudana, Sisi bernafas lega. Selangkah pertama dari rencananya telah berhasil, yaitu melarikan diri dari keluarga Latuconsina.

"Terima kasih, Dewa. Earrr ... tidak  tunggu, terima kasih, Raka!"

Raka lalu memanggil pelayan dan setelah orang yang dimasud datang, Raka berkata, "Kenalkan dia ini adalah pelayan di sini. Namanya Bibi Jumi. Bibi ini yang akan membantu kalian menemukan kamar."

"Dan saya akan kembali malam ini, untuk memeriksa pekerjaan rumah. Selesaikan tugas-tugas studi kalian, agar saya bisa mengoreksinya nanti!" imbuh Raka.

Raka tidak mengatakan apa-apa lagi, lelaki itu lalu pergi dari sana. Sementara Sisi hanya tersenyum di dalam hatinya, karena langkahnya untuk mendekati Raka telah menemui kejelasan.

Sisi tahu, kalau Vita adalah gadis yang sangat lembut dan pemalu. Dia mengingatkan Sisi pada dirinya sendiri di kehidupan sebelumnya. Selanjutnya, baik Sisi maupun Vita, lalu membongkar perlengkapan yang dibawa dari rumah. Mereka berdua lalu memutuskan untuk duduk di ayunan yang berada di taman, sambil mengobrol.

"Sisi fakultas apa yang akan kamu ambil nanti saat berada di universitas?" tanya Vita kepada Sisu dengan nada suara yang sangat lembut.

"Saya ilmu komputer mungkin, dengan jurusan hacking!" jawab Sisi setelah sejenak berpikir, "kalau kamu mau ambil jurusan apa?"

Vita terdiam beberapa saat, baru kemudian menjawab, "Saya pikir, saya akan menjadi seorang guru."

Sisi mengangguk, lalu berkata, "Saya yakin, kamu akan menjadi guru yang hebat dan luar biasa, Vita!"

Vita memiringkan kepalanya kepada Sisi, kemudian tersenyum. Wajah terlihat begitu lembut. Mereka berdua pun menikmati suasana sore, di bawah senja yang hangat dari sinar matahari yang mulai bersembunyi di kaki langit.

"Sisi saya senang bisa datang ke sini bersamamu, untuk belajar di bawah bimbingan Paman ke-7 Yudana!" kata Vita dengan nada yang lembut.

Sebagai informasi, ayah Vita meninggal ketika dia masih sangat muda. Kemudian demi masa depan Vita, ibunya tidak menikah lagi dan memilih tinggal di keluarga Yudana. Ibunya Vita tentu menanggung semua kesulitan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa, Vita dan ibunya adalah yang paling mudah dimonopoli dalam pohon keluarga Yudana. Itu sebabnya, Thomas berani menjual Vita demi masa depannya sendiri.

Sisi menarik nafas dalam-dalam. Karena Sisi bersyukur telah diberi kesempatan kedua dalam hidupnya. Yaitu karena Sisi bisa kembali kepada masa 10 tahun yang lalu.

Sisi memutuskan untuk menawarkan kesempatan yang sama, kepada Vita. Sisi berjanji untuk bisa menyelamatkan masa depan Vita.

"Vita kita pasti akan berhasil masuk ke universitas terbaik di kota ini. Ayo, sama-sama bekerja keras!" ajak Sisi mengeluarkan tangan ke arah Vita. Mereka berdua lalu melakukan tos persahabatan.

Sebelumnya Vita terlihat agak ragu-ragu, untuk meraih tangan Sisi. Vita lalu tersenyum melankolis. 

Ketika Raka telah datang kembali. Bau alkohol dari pemuda itu begitu menyengat. Mungkin dia baru saja melakukan pertemuan bisnis dengan kliennya.

Raka lalu melihat kepada dua orang gadis, yang sedang menunggunya di ruang tamu. Raka mengerutkan kening, sebelum akhirnya berkata, "Bibi Jumi antarkan mereka ke ruangan kerja saya. Saya akan mandi dulu. Tunggu saya, ya?" pinta Raka.

Selanjutnya seperti siswa sekolah dasar, Sisi Dan Vita pun berbalik dan berjalan menuju ruang belajar. Mereka berdua duduk di sofa, untuk menunggu gurunya dengan sabar.