Bab 11
Bibi Jumi sedang melihat ke arah Sisi dan Vita. Kedua gadis itu tengah tertawa. "Hmmm, Nona-nona sebenarnya kalian tidak perlu terlalu takut dan bersikap kaku pada Tuan Muda ke-7. Sebenarnya Tuan Muda ke-7 bukanlah orang yang jahat. Jadi jangan gugup di depannya. Karena jika kalian bertindak sangat gugup di sekitarnya, itu hanya akan membuatnya merasa tidak nyaman," terang pelayan rumah tangga Raka tersebut.
Vita menggosok lututnya dengan tangan kemudian berkata, "Earrr ... kami ... kami tidak gugup."
Bibi Jumi terkekeh, kemudian meninggalkan kedua gadis itu dan berjalan keluar. "Sisi apakah kamu gugup?" tanya Vita berbisik, dengan posisi tubuh yang agak membungkuk.
Sisi mengangguk. "Iya, aku memang sedikit gugup, lagi pula hasil ulanganku tidak terlalu bagus," kata Sisi jujur.
Mendengar itu Vita tersenyum sedih. Vita kemudian mengubah topik pembicaraan, untuk mencairkan suasana. "Sisi kudengar kamu akan menjadi kakak iparku di masa depan?"
Namun, menurut Sisi ini bukan topik yang ringan, justru membuat suasana hatinya tidak baik. "Tentu saja tidak!" sambar Sisi tegas.
Vita terkejut dan menatap bingung kepada Sisi, seolah meminta penjelasan.
Sisi kemudian menghela nafas dan berkata, "Aku paham, bahwa aku adalah rantai terlemah di keluarga Latuconsina. Mengapa kakak laki-lakimu melewatkan kakak perempuanku? Dia kan lebih baik daripada aku? Dan kenapa seakan Thomas repot-repot menikahi orang sepertiku? Hmmm ... dia mungkin buta, tapi apa menurutmu bibi tertuamu sama butanya dengan dia?"
Vita menetap Sisi dan berkata dengan terbata-bata, "Ta ... tapi kamu sangat cantik! Aku belum pernah melihat gadis yang lebih cantik dari dirimu, Sisi."
Sisi tersenyum, kemudian berkata, "Kamu mengatakan begitu, karena kamu belum melihat dunia yang lebih luas, Vita. Karena kecantikan yang sebenarnya adalah kecantikan dari dalam diri seseorang. Aku tidak ingin menggunakan penampilanku, untuk memenangkan hati orang lain. Karena apa yang ada di dalam, akan lebih penting daripada yang ada di luar, bukan?"
Vita tersenyum lalu berkata, "Bahkan bagian dalam dirimu sangat indah, Sisi! Kamu cantik luar dalam."
Sisi lalu memukul-mukul Vita dengan main-main. "Apakah kamu memiliki mata sinar-x? Bagaimana kamu bisa melihat bagian dalam diriku? Tapi bagaimanapun juga, aku tidak akan menjadi kakak iparmu, Vita. Aku tidak menginginkan hal itu."
Vita mengangguk dan berkata, "Itu tidak penting, yang penting aku mau menjadi temanmu."
"Oke, aku juga mau menjadi temanmu! Dan perkenalkan namaku adalah Sisi. Itu sejenis tanaman beracun loh, jadi jangan bilang aku tidak pernah memperingatkan mu, Vita!" balas Sisi tersenyum.
Vita tertawa. Vita ketika terlihat sangat cantik saat tertawa. Hal yang sangat jarang dilakukannya.
"Pada kenyataannya, memang benar Sisi Latuconsina itu beracun. Tetapi penawarnya telah ditemukan, dan nama seseorang menjadi penawar itu adalah Raka Harta Yudana!" kata Sisi dalam hati.
Raka telah berganti pakaian dengan setelan kasual. Raka menghadiri kelas. Raka mengelap rambutnya yang basah dengan satu tangan dan memegang setumpuk kertas di tangan yang lain. Melihat itu membuat Sisi menahan nafasnya. Lalu buru-buru Sisi mengalihkan pandangan, untuk mencoba menghentikan detak jantungnya yang terus berpacu, akibat melihat ketampanan Raka!
Raka meletakkan kertas-kertas itu di atas meja belajar yang besar. Kemudian berkata, "Pisahkan kertas ujian kalian. Tumpuk dan jangan dicampur."
Sisi dan Vita segera bergegas melakukan perintah dari Raka. Sungguh Raka terlihat begitu mendominasi kedua gadis itu.
Raka kemudian meletakkan handuk di bahunya dan mengambil kertas dari 2 tumpukan yang terpisah. Selanjutnya Raka dan Sisi saling memandang. Keduanya bisa melihat sorot mata masing-masing.
Lalu setelah apa yang terasa seperti selamanya itu, akhirnya Raka mengambil kertas Sisi dan Vita. Kemudian menyalakan komputer. Beberapa saat kemudian, dua lembar kertas tercetak dari mesin printer.
Raka lalu menyerahkannya kepada dua gadis itu. Masing-masing mendapatkan satu lembar.
"Kalian masih punya 10 hari tersisa, untuk jadwal liburan musim panas ini. Adalah jadwal untuk 10 hari, sebaiknya gunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah di siang hari, dan di malam hari kita akan melakukan revisi," jelas Raka.
"Jika kalian meninggalkan rumah, minta bibi Jumi mengatur pelayanan transportasi untuk kalian. Kalian berdua juga harus memberitahu saya, jika ingin pergi
Untuk semua ruangan di rumah ini, selain kamar tidur dan ruang belajar saya, kalian bebas pergi ke mana saja."
Sisi dan Vita mendengarkan kata demi kata yang diucapkan oleh Raka. Setelah hening sejenak, Raka kemudian menatap mereka berdua. "Apakah ada pertanyaan?" tanya Raka dan kedua gadis itu menggelengkan kepala dan berkata serempak, "Tidak."
"Kalau begitu kalian boleh pergi tidur. Jika kalian tidak kunjung mengantuk, pergilah ke balkon untuk menghitung bintang-bintang." Suara Raka tidak hangat dan tidak sabar. Seperti ketika dia berada di sekitar orang lain.
Vita menarik baju Sisi. Kemudian mereka berdua terburu-buru meninggalkan ruang kerja Raka. Dada Vita berdebar, lalu berkata, "Itu tadi sangat menakutkan!"
Sisi melihat jadwal yang dia pegang. "Bukankah mereka mengatakan akan ada banyak aturan?" tanya Sisi.
Vita mengerutkan kening. mendengar komentar Sisi tadi. Kemudian Vita berkata, "Saya mendengar dari sepupu saya, bahwa mereka telah melalui neraka di bawah pengawasan Paman ke-7. Bahkan mereka masih mengalami mimpi buruk karenanya. Mungkin Paman ke-7 benar-benar mengingat kata-kata Kakek!" Vita menghela nafas lalu tersenyum.
Sisi berbalik untuk melihat pintu ruang belajar milik Raka. Kemudian Sisi berseru, "Ah, masih ada waktu di Villa milik Raka!"
Sisi akhirnya bisa belajar dengan tenang. Tidak ada kekhawatiran mengenai Vanda, yang datang untuk mengganggu dan mengganggunya terus. Vanda seakan punya hak atas apa yang dilakukan oleh Sisi. Yaitu agar Sisi tidak bisa belajar. Vanda memang kakak perempuan yang sangat seperti itu.
Memikirkannya membuat Sisi menghela nafas lega. Dia akan bekerja keras untuk merencanakan tujuan yang ketiganya, agar berhasil. Kemudian selama tiga hari berturut-turut, selain makan dan tidur, Sisi dan Vita belajar dengan tekun. Mereka berdua tidak terlalu sering bertemu , karena takut akan gangguan. Tetapi keduanya senang untuk selalu menghabiskan waktu bersama.
Selanjutnya pada pagi keempat, bibi Jumi datang untuk membangunkan kedua gadis itu. "Nona Sisi, Nona Vita, tuan muda ke-7 ingin kalian berdua berkumpul di lantai bawah!"
Vita dan Sisi saling memandang, dengan mata yang masih berat, karena mengantuk. Ini akibat mereka berdua yang begadang semalaman suntuk, untuk belajar hingga jam 2 malam.
Namun, saat ini baru pukul 06:30 pagi dan bibi Jumi sudah membangunkan mereka berdua?
"Oh, Nona-nona! Tuan muda berpesan agar kalian jangan sampai kalian terlambat datang. Jika hal tersebut terjadi, Tuan Muda Yudana akan marah!" kata bibi Jumi memperingatkan dengan suara yang ramah.
Vita dan Sisi lalu segera melompat dari tempat tidur. Keduanya lalu mandi secepat mungkin, untuk segera turun ke lantai bawah.
Beberapa menit kemudian, bibi Jumi masuk ke kamar kedua gadis itu lagi, dengan membawa 2 set baju olah raga.
Bibi Jumi berkata, "Tuan muda ke-7 ingin agar kalian berdua memakai ini!"
Apa yang terjadi? Kedua gadis itu saling memandang bingung. Namun, Vita dan Sisi pada akhirnya memutuskan untuk memakai baju, yang baru saja dibawakan oleh bibi Jumi. Karena mereka harus segera berkumpul, di bawah bersama Raka.