Sebelum Vanda mengatakan kata-kata lagi, temannya yang bernama Rara bertepuktangan dan bersorak gembira. Rara berkata, "Itu ide yang sangat bagus! Kita bisa sekalian belajar bersama Sisi!" Saat berseru demikian, Rara seperti kucing yang memiliki bulu mata palsu super tebal. Dia adalah salah satu gadis yang pandai, mengaplikasikan make up di wajahnya.
"Saya juga berpikir bahwa itu bukanlah ide yang buruk, Paman ke-7 Yudana. Mengapa Anda tidak mengambil murid kami semua? Saya yakin gadis-gadis ini lebih mudah diajari daripada Sisi. Karena mereka jauh lebih pintar dari Sisi. Terlebih Lina dan Rara juga berada di kelas yang sama dengan Sisi. Mereka bisa membantu Anda untuk mengawasi Sisi. Ini adalah ide yang sempurna , Paman?" tawar Thomas.
Thomas memang selalu seperti itu, jika menyangkut soal perempuan. Thomas tidak akan bisa menolak kemauan para gadis, dan karenanya Thomas sering mendapatkan pujian. Thomas dikenal sebagai lelaki yang sangat menghargai perempuan.
Hal itulah yang membuat Sisi dahulu begitu mencintai dan patuh pada Thomas. Sayangnya Sisi tidak berpikir tentang resiko, yaitu bahwa setiap orang seperti dua keping mata uang. Punya sisi baik dan buruk, kelemahan dan kelebihan. Hingga kelebihan Thomas yang terlalu bersikap hangat pada perempuan, bisa menjatuhkan sebuah hubungan.
Sisi melihat ke arah Raka. Alis Raka saling bertaut, seakan bertanya, "Apakah saya disini terlihat bergurau, untuk ditertawakan gadis-gadis ini?"
Sisi menundukkan kepala dan menggigit bibirnya, yang serupa buah delima. Hal itu dilakukannya untuk menahan tawanya. Sementara Thomas yang melihat itu, sangat terkejut. Hingga dia bingung harus bereaksi apa.
Raka lalu menoleh kepada Sisi dan berkata, "Apakah kamu benar-benar anak liar, Sisi? Apakah memang tidak ada yang bisa mengendalikan mu?"
"Saya ...," kata Sisi terbata.
Di sana Vanda sudah memelototi Sisi dari ekor matanya. Sisi tahu bahwa kakak perempuannya itu telah mengintimidasinya, " Iya!" kata Vanda menyahut apa yang ditanyakan oleh Raka.
Mengetahui itu, Raka terkekeh dingin. Raka kemudian menatap Sisi, dengan tatapan yang jahat dan berkata, "Hebat! Saya membutuhkan siswa yang paling bandel dan paling liar untuk latihan. Beritahu orangtuamu, bahwa besok kamu akan pindah ke villa milik saya, dan kamu tidak akan pulang sampai ujian masuk universitas selesai. Mari kita lakukan ini. Kebetulan selama hidup, saya menyukai tantangan!"
Raka kemudian membalikkan badannya, untuk menuruni tangga. Namun sebelum Raka benar-benar pergi, lelaki itu berkata lagi, "Jangan lupa untuk membawa semua kertas dan soal-soal ujian mu, Sisi!"
Semua orang yang berada di ruangan itu terpaku di tempatnya, termasuk Sisi. Thomas lalu memanggil Raka dengan nada cemas, "Paman ke-7 Anda akan membunuh Sisi? Dia tidak akan bisa melakukan ini. Dia terlalu lemah untuk berlatih belajar dengan Anda!"
Raka lalu membalikkan badan dan melotot ke arah Thomas. Dengan melihat itu, secara otomatis Thomas membeku di tempatnya. Thomas pun sadar, bahwa dirinya tidak memiliki kesempatan lagi, untuk bisa membujuk Raka Harta Yudana, agar urung menjadi guru privat bagi Sisi.
Setelahnya, Raka sudah hilang dari pandangan semuanya. Sejurus kemudian, semua yang ada di sana mengalihkan pandangannya kepada Sisi. Mata mereka mengepung Sisi untuk meminta penjelasan. Namun, Sisi langsung menundukkan kepalanya.
Thomas tidak bisa menahan dirinya lagi, untuk tidak menghela nafas dan bertanya kepada Sisi. "Sisi bagaimana kamu bisa menyinggung Raja Iblis keluargaku? Apakah kamu benar-benar berpikir, bahwa kamu akan bisa masuk universitas terbaik di kota ini, dengan kemampuanmu itu? Saya yakin, kalau kamu akan menangis minta tolong. Bahkan sebelum hari pertama belajar dengan paman muda ke-7!"
Sisi memilih menunduk dan tidak mengangkat kepalanya. Dia ingin menyimpan ledakan kegembiraan untuk dirinya sendiri. Bahagia untuk dirinya sendiri. Tidak ada sedikit pun rasa cemas dan takut, meskipun mendengar nada intimidasi dari Thomas.
Lina bertanya dengan rasa ingin tahu dan nada centil kepada Thomas, "Kakak Thomas mengapa Anda memanggil Paman ketujuh sebagai Raja Iblis? Dia terlalu tampan untuk memiliki panggilan seperti itu!"
"Ah,itu benar. Dia mungkin penyendiri. Tapi dia itu sangat tampan! Saya mungkin juga ingin berada di kelas Tuan Raka, memang sulit, tapi saya bersedia bertahan melalui ... karena dia sangat tampan!" timpal Rara, yang matanya terlihat penuh binar harapan.
Sementara Vanda tersenyum lembut dan berkata, "Hai Gadis-gadis dengarkan saja dirimu sendiri. Hentikan omong kosong kalian! Saya yakin saudara Thomas punya alasan khusus atas apa yang baru saja dia katakan."
Thomas mengangguk. Seperti yang diharapkan, Vanda selalu paling pintar dan paling cerdas di antara semua gadis itu.
Thomas berkata, "Saya teringat ketika dulu sepupu saya dan saya akan mengikuti ujian masuk universitas. Paman ketujuhlah yang mengajari kami saat itu. Dia baru saja lulus dari Sekolah Tinggi. Kakek saya harus membujuknya begitu lama, sebelum akhirnya Paman Raka setuju untuk mengajari kami. Saya masih ingat, waktu tubuh saya menggigil. Karena mengingat betapa sulitnya mengikuti kelas Paman Raka.
Baik saya maupun sepupu-sepupu saya saat itu, merasa sedang berada di neraka. Kami dibebani dengan banyak sekali pekerjaan untuk menyelesaikan soal-soal yang dibuat sendiri oleh Paman Raka. Bahkan Paman Raka tidak akan menahan dirinya untuk memukul kami dengan tongkat, ketika kami salah. Pukulan itu benar-benar terjadi. Tidak peduli siapa yang memulai untuk tidak patuh semua akan kena imbas dan mendapatkan pukulan. Ya ... ketika salah satu di antara kami melakukan kesalahan."
Thomas menggelengkan kepalanya. "Di rumah saya, paman ke-7 adalah seorang master, yang tidak bisa dibantah. Dia sangat dihormati dan ditakuti. Bahkan kakek saya tidak akan membantah kata-katanya. Karena beliau tahu, tidak ada gunanya melakukan itu terhadap paman Raka. Paman ke-7 hanya akan menggunakan satu argumennya saja, untuk membungkam siapa saja yang berani menentang pendapatnya. Bahkan ketika paman ketujuh mencambuk kami dan kakek meminta untuk menghentikannya, apa kalian tahu apa yang dikatakan oleh paman ke-7?"
Gadis-gadis di sana serempak menggeleng. "Paman ke-7 berkata, bahwa yang dilakukannya adalah untuk kebaikan kami semua. Kami semua sepakat, kalau tahun itu adalah benar-benar neraka bagi kami!" kata Thomas muram.
"Saudara Thomas, lalu bagaimana Anda tadi tega membuat kami untuk ikut mengambil kelas dengan Sisi?" tanya Lina cemberut.
"Saya berpikir mungkin dengan lebih banyak gadis di kelas Paman ke-7, dia tidak akan begitu kejam. Ditambah lagi kalian akan membantu saya menjaga Sisi." Thomas menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Rara dan Lina langsung menggerutu. Mereka berdua lalu mengepung Thomas dan memukulinya dengan manja. "Kakak Thomas Anda benar-benar mengerikan. Bagaimana Anda bisa memperlakukan kami seperti ini?" seru Rara.
"Itu benar saudara, Thomas! Anda bahkan menggunakan kami sebagai perisai daging untuk Sisi. Bagaimana Anda tega, huh?" timpal Lina manja.
Wajah Vanda menjadi gelap dan dia berkata dengan nada yang dingin, "Gadis-gadis cukup! Saudara Thomas hanya melakukan apa yang dia yakini saja. Kalian sebaiknya berhenti berkomentar, ditambah lagi paman muda ke-7 tidak setuju untuk mengambil salah satu dari kalian, bukan?"
Tatapan Vanda kemudian beralih kepada Sisi. Ada jeda sejenak, sebelum Vanda berkata, "Sisi kamu mendengar apa yang dikatakan saudara Thomas, bukan? Bukannya aku tidak ingin membantumu, tetapi kamu tahu jenis seperti apa karakter paman ke-7 Yudana. Untuk itu di masa depan ... Ah, sudahlah. Perhatikan saja kata-katamu dan jangan membuat keluarga Latuconsina malu!"
Sisi masih menunduk dan memutar bola matanya malas. Dia ingin segera meninggalkan tempat itu. Namun, saat ini sih baru ingin melangkahkan kakinya, tangannya dicekal oleh Thomas.