Sisi lalu menggerakkan tubuhnya untuk menghadap kepada Raka Harta Yudana. Selanjutnya dia membungkuk dengan hormat pada gurunya. "Tolong ajari saya, Guru!" pinta Sisi pada Raka.
Namun, siapa sangka kalau apa yang dilakukan oleh Sisi Latuconsina membuat semua yang ada di sana terkejutkan. Bahkan sampai-sampai Tuan Tua yudana tertawa terbahak-bahak dan menyenggol Raka.
"Raka kamu telah mengambil tanggungjawab yang berbahaya, kali ini rupanya! Jika Sisi gagal dalam ujiannya, kamu harus menghadapi kemarahan kakak tertuamu camkan itu!" seru Tuan Tua Yudana.
Sementara Roy Latuconsina sangat puas dengan sikap Sisi, yang sangat sopan. Roy lalu berkata, "Tentu saja Tuan Muda ke-7 tidak akan mengecewakan Sisi. Hanya saja mungkin malah Sisi yang bisa menggagalkan master ke-7 Yudana. Jika dia tidak mendapatkan nilai bagus dalam ujian itu, karena Sisi tidak memiliki bakat alami. Sungguh jika Sisi kami gagal, itu semua tidak ada hubungannya dengan kesuksesan yang dimiliki oleh master ke-7 Keluarga Yudana. Karena memang Sisi kami agak lambat. Jadi Tuan Muda ke-7 mohon bersabar dengannya!" seru Roy sopan.
Lalu Raka menanggapinya, dengan nada yang acuh tak acuh. "Saya yakin kalau Sisi tidak akan mengecewakan saya, dan Direktur Roy, Anda bisa memanggil saya Raka ... tidak perlu menambahkan 'Tuan' di sana!"
Sisi Latuconsina tersenyum, karena dia menganggap bahwa Raka telah memberikan penghormatan padanya. Sehingga tidak perlu memberikan embel-embel 'Tuan' di depannya. Bukankah itu terdengar lebih intim?
Dalam kehidupan Sisi yang lalu, sebelum dia kembali ke masa sekarang. Keluarga Sisi dan keluarga Thomas adalah kalangan konglomerat. Tentunya pernikahan Sisi dengan Thomas hanya seperti perpindahan burung dari satu sangkar emas ke sangkar emas lainnya. Hingga semua orang mengira, bahwa Sisi beruntung.
"Padahal aku yang dulu adalah gadis bodoh. Tapi dalam kehidupan saat ini, aku yakin bahwa semua akan berjalan tidak seburuk di masa lalu!" seru Sisi dalam hati.
Akibat melihat tingkah laku Ayah Roy, yang bersikap begitu merendah di sekitar tuan-tuan Yudana, Sisi jadi tahu sesuatu. Sisi menyimpulkan, kalau ayahnya itu akan memaksanya, untuk menikah dengan Thomas. Baik dirinya setuju ataupun tidak. Inilah mengapa ketika Thomas berselingkuh, maka tidak ada seorang pun dari keluarga Latuconsina yang membela Sisi.
Bahkan ketika Sisi diusir dari keluarga Yudana, keluarga Latuconsina juga tidak menginginkan keberadaan Sisi lagi, untuk kembali pada mereka. Keluarga Latuconsina tidak lagi menganggap Sisi itu berguna, bagi mereka. Karena sisis langsung dianggap sebagai aib sejak dia lahir. Selanjutnya Sisi kecil dinilai mendapatkan berkah dari Thomas. Maka saat Thomas membuangnya dan tidak menginginkan Sisi lagi, semua menganggap Sisi benar-benar adalah aib yang harus dimusnahkan atau disingkirkan.
Sisi menarik nafasnya dalam-dalam. Hal ini kerap dilakukan Sisi untuk meredakan gelisah di dalam hatinya. "Aku yakin kalau semuanya tidak akan terjadi, seperti itu lagi. Aku akan menjadi Sisi yang berguna. Ayo, Sisi kamu bisa, yuk bisa yuk, Bestie!" kata Sisi untuk dirinya sendiri.
Raka melihat pada Sisi, kemudian berkata, "Sisi tunjukkan kepada saya kertas ujianmu sebelum ini. Saya ingin tahu di mana pencapaian belajarmu saat ini. Saya ingin kamu tahu, bahwa ketika kamu memilih menjadi murid saya. Kamu akan mendapatkan pelajaran yang sangat keras dan kamu berkewajiban secara penuh untuk mematuhi, setiap aturan yang saya buat."
Sisi menundukkan kepala dan betkata, "Tentu saya sudah tahu resiko itu, Tuan Muda Raka. Saya bersedia menjadi murid anda."
"Sisi kamu harus mendengarkan segala perkataan pamanmu, yang merupakan master ke-7 keluarga Yudana. Maksudku kata-kata dari gurumu itu, oke? Belajarlah dengan tekun. Sekarang kamu pergi dan bawa gurumu untuk memeriksa lembar kertas ujianmu!" perintah ayah Roy dengan matanya bersinar kepada Sisi.
Lalu hal itu mengingatkan pada Sisi, untuk tidak boleh melepaskan kesempatan ini. Karena tawaran dari seorang Raka ini, dinilai sangat langka dan Sisi sedang mendapatkan berkat.
Sisi tersenyum menghela nafas lega. Dia merasa sangat beruntung, karena telah mengambil langkah ini. Tujuan Sisi adalah seperti tujuan ayahnya saat ini. Hingga hal itu membuat segalanya jadi lebih mudah, bukan?
Di samping akan membuat Sisi lebih dekat dengan Raka Harta Yudana. Selanjutnya Sisi mengajak Raka pergi ke lantai atas. Sementara Sisi berjalan dibelakang Raka dengan jarak 1 meter, sebagai bentuk penghormatan kepada gurunya tersebut.
"Sisi kamu mau kemana?" tanya Thomas yang yang sudah berada di belakang Sisi.
Namun, Sisi mengabaikan hal itu. Karena dia memilih untuk terus melangkah ke atas. Selanjutnya saat Raka menoleh untuk menatap Sisi, gadis itu berkata, "Guru tolong lewat sini saja!" pinta Sisi, yang benar-benar mengabaikan panggilan dari Thomas.
"Sisi kamu mau kemana?" tanya suara seorang perempuan, dengan nada tidak suka.
Sisi lalu mengangkat kepalanya, untuk melihat kearah Vanda. Vanda sedang berjalan bersama rekan-rekannya. "Ah, Kakak Vanda. Ini Ayah telah menemukan guru privat untuk saya. Dan guru saya ingin melihat lembar kertas ujian saya," jelas Sisi.
Vanda dan rekannya menoleh ke arah Raka. Mereka semua tersentak kaget, karena Raka dikenal sebagai orang yang dingin. Hingga rasanya tidak mungkin, mau mengajar seorang Sisi, kan?
"Raka tuan muda ke-7?" tanya seseorang teman dari Vanda, yang berseru tak percaya.
"Paman ke-7 Yudana, apa Anda akan mengajari adik perempuan saya?" tanya Vanda dengan memasang senyum paling ramah di wajahnya yang cantik. Sementara Raka hanya menjawab pertanyaan Vanda dengan berkata 'hmmm,' jawaban khas seorang pria cool.
"Apa aku tidak salah dengar Paman ke-7 Yudana? Anda mengajar Sisi?" tanya Thomas yang telah berhasil menyusul Sisi dan Raka.
Thomas lalu tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan hal tersebut. Seakan dirinya telah mendengar lelucon besar. "Astaga, Paman Muda ketujuh, Anda terlalu memenuhi syarat dalam pekerjaan ini! Meski saya tidak yakin dengan hasil Sisi. Bagaimana seseorang bisa mengajarinya belajar? Jadi Anda tidak perlu merendahkan diri untuk melakukan hal ini."
Thomas masih tidak bisa menyembunyikan jejak tawanya. Umumnya orang-orang berfikir, bahwa Sisi adalah benar-benar gadis bodoh, yang tidak bisa diajari oleh siapapun!
Selanjutnya Thomas meletakkan tangannya di atas bahu mungil Sisi dan berkata, "Sisi kamu benar-benar beruntung, telah menemukan pamanku! Seorang master ke-7 dari keluarga Yudana, sebagai gurumu. Paman ke-7 biasanya, bahkan tidak akan mau untuk mengajari junior di dalam keluarganya sendiri."
Sisi hanya diam, kemudian menghentakkan bahunya. Hingga tangan Thomas terlepas. Sisi melirik ke arah Raka. Raka terlihat dingin, tanpa ekspresi, seperti gunung es yang tidak bisa disentuh oleh siapapun.
Dan saat mengalihkan pandangan ke arah Vanda dan dan teman-temannya. Mereka semua seperti menunjukkan ekspresi yang beragam. Mungkin antara heran dan tak percaya, bagaimana bisa seorang Raka Harta Yudana mengajari seorang Sisi yang dikenal bodoh?
Vanda lalu melangkah maju, lalu dengan suara yang sangat lembut dia menarik lengan baju Thomas.
"Saudara Thomas Anda salah paham tentang Sisi kami. Sisi kami adalah orang seorang pekerja keras. Hanya saja, kadang kerja kerasnya itu salah arah. Sebagaimana saat kemarin malam. Sisi menghabiskan sepanjang malam dengan bermain video game. Menurut kami, mengajari Sisi itu tidak akan sulit, karena yang sulit adalah mengendalikan Sisi. Tentu saya tahu tentang ini."
Thomas lalu meletakkan tangannya di bahu Sisi lagi dan berkata, "Paman ke-7 apakah Anda mendengar itu? Sisi adalah tukang malas. Dia itu tidak begitu cerdas. Sejujurnya bahkan tidak ada yang mengharapkan Sisi mendapatkan nilai buruk dalam ujian, Paman Muda ke-7. Sebaiknya jangan terlalu keras kepadanya?" tawar Thomas.
Sisi ingin segera pergi dari sekitar mereka semua, dengan membawa Raka. Namun dia tidak bisa berbuat banyak, karena mereka masih saja bersemangat untuk menghakimi Sisi dan Raka. Mereka belum bosan mengatakan yang ini dan itu. Intinya semuanya sama, bahwa Sisi itu gadis pemalas dan bodoh.
Sisi merasa malas untuk menanggapi komentar dari Vanda, Thomas, maupun teman-teman Vanda. Kejadian tak terduga terjadi. Yaitu ketika sepupu Vanda, Lina.
Lina tiba-tiba berkata, "Jika itu masalahnya, mengapa kita semua tidak ikut dalam kelas Paman ketujuh? Dengan begitu Sisi akan bersemangat, karena memiliki teman yang banyak di dalam kelas. Apakah kamu setuju, Sisi?"
Setelah mengatakan itu, Lina melirik ke arah Thomas dengan malu-malu dan menundukkan kepalanya. Tangan Sisi mengepal. Bagaimana mereka berpikir untuk mengganggu kedekatannya dengan Raka? Sisi memejamkan matanya, lalu menatap penuh harap kepada Raka Harta Yudana.