"Thomas! Mantan suamiku! Ah, tidak aku belum menikah dengannya bukan di waktu ini?" gumam Sisi lirih sambil menggeleng singkat. Selanjutnya Sisi membalikan badan untuk melihat sumber suara.
Thomas Yudana adalah pemuda tampan berusia 23 tahun. Seorang lelaki yang gagah dan penuh energi. Thomas adalah cucu termuda dari keluarga Yudana. Dan hanya selisih 3 tahun lebih muda, dari pamannya atau Raka Harta Yudana.
Keluarga Yudana dan keluarga Latuconsina adalah teman keluarga atau Bestie. Namun semuanya tahu, kalau dalam hal pengaruh dan kekayaan, diakui bahwa keluarga Yudana lebih unggul, daripada keluarga Latuconsina.
Keluarga Latuconsina dan keluarga Yudana berteman sebab kakek Sisi, yang pernah menyelamatkan hidup Tuan Tua Yudana. Sehingga sejak itu, mereka berdua berteman, dan keluarganya pun ikut berteman sebagai Bestie.
Di mana keluarga Latuconsina selalu mengerti posisi mereka, semuanya memperlakukan keluarga Yudana dengan hormat. Karena berkah hubungan dengan keluarga Yudana, bisnis keluarga Latuconsina menjadi begitu sukses di kota ini.
Thomas adalah cucu mahkota dari Tuan Tua Yudana. Tentu saja dia adalah cucu yang paling disukai di keluarga Yudana. Dulu saat Thomas melihat Sisi masih gadis kecil berusia 6 tahun, Thomas memberitahu pada kakeknya, "Kakek adik perempuan ini sangat cantik, saya harus menikahinya."
Mendengar itu Tuan Tua Yudana dan kakek Sisi sangat senang. Meski Tuan Tua Yudana merasa geli dalam menyikapi tingkah cucu kesayangannya tersebut. Dengan tidak mengabaikan simpati atas asal usul Sisi.
Tentu saja tidak ada yang ditetapkan saat itu. Namun kakek Sisi menganggap perkataan dari Thomas adalah hal yang serius. Sehingga hal itu adalah peristiwa besar bagi keluarga Latuconsina. Karena kakek Sisi khawatir bahwa hubungan keluarga, antara keluarga Yudana dan keluarga Latuconsina semakin lemah dari generasi ke generasi.
Sementara saat tuan muda Thomas memperhatikan Sisi, itu dianggap berkah bagi keluarga Latuconsina. Tentu demi kepentingan terbaik keluarga Latuconsina. Hikmahnya, Sisi dapat tumbuh dengan aman, meski tanpa orang tua kandung di lingkup keluarga Latuconsina. Tak lain dan tak bukan, berkaitan dengan perkataan Thomas di masa lalu– saat Sisi berusia 6 tahun.
"Astaga, Sisi. Apakah kamu makan kue lagi? Tidak ada gadis yang bertingkah sepertimu. Tolong perhatikan berat badanmu, Sisi!" kata Thomas.
Saat ini Thomas sudah berada di dekat Sisi. Mereka berdua berdiri di dekat meja pencuci mulut. Untung saja, Thomas tidak melihat garpu patah di tangan Sisi, yang menyebabkan telapak tangan gadis itu berdarah.
Sisi memilih menunduk dan tidak berbicara sepatah kata pun. Karena Sisi tahu, dirinya di masa lalu dikenal sebagai gadis yang pendiam dan penurut. Kini Sisi mempertimbangkan, tentang apa yang akan dirinya lakukan. Yaitu untuk menciptakan masa depan indahnya demi Raka.
Sisi sudah berusaha keras untuk menenangkan diri. Karena pada saat itu, hal yang paling ingin dilakukan Sisi adalah menusuk tepat di jantung Thomas!
"Kalau ini adalah alasanku harus bunuh diri di waktu itu, bersama bayi dalam kandunganku, yang berusia 6 bulan. Hanya karena Thomas yang memilih wanita lain, seorang lelaki yang bahkan tega membunuh darah dagingnya sendiri!" seru Sisi di dalam hati, mengutuk kelakuan Thomas kepadanya.
Sisi menarik nafas dalam-dalam, untuk mengatur emosinya. "Oke, Sisi. Momen itu belum terjadi. Masa depanmu masih suci dan putih. Kamu bisa mengubahnya!" tekad Sisi.
Tubuh Sisi bergetar saat tangan besar Thomas berada di pundaknya dan berkata, "Saya mendengar dari kakak perempuan mu, bahwa kamu telah bermain video game sepanjang malam. Bagaimana kamu berharap bisa masuk ke universitas yang bagus, kalau terus seperti ini? Izinkan aku memberitahumu, jika kamu gagal masuk universitas bagus, ibuku mengatakan bahwa ... kamu tidak cocok untuk menikah denganku. Sisi Bisakah kamu berusia lebih baik, hemmm?"
Sisi memutar mata, melihat ke dalam mata cokelat Thomas. Dilihanya kalau Thomas sedang menunggu jawabannya. Yaitu agar Sisi mengangguk patuh.
Kemudian dengan sangat tenang, Sisi berkata, "Tuan Muda Thomas, jika itu mengganggu hidupmu dan membuatmu sangat tidak menyukainya, maka kita tidak perlu menikah."
Thomas terkejut mendengar perkataan Sisi. Tentu sangat jauh berbeda dari apa yang diharapkannya. Kemudian lelaki itu mengamati wajah Sisi sangat lama dan berkata, "Apa yang salah denganmu, Sisi? Apakah kamu dimarahi oleh tante Maria pagi ini? Apa kamu marah dan mencoba untuk melampiaskannya ke padaku? Sepertinya kamu perlu belajar bagaimana mengendalikan emosi."
Selanjutnya Thomas mengulurkan tangan, untuk menjentikkan jarinya di dahi Sisi. Seolah dengan demikian, bisa mengubah apa yang telah dikatakan, bisa mengubah seorang gadis di depannya menjadi gadis penurut– yang selalu mentaati semua perintahnya.
Dengan sigap Sisi menghindar dan membuang garpu yang patah di telapak tangannya ke tempat sampah. "Tuan Muda Thomas, kakak perempuanku sedang mencarimu. Dia memintaku untuk mengantarkanmu kepadanya?" kata Sisi tenang.
Sisi berbalik dari Thomas dan berjalan pergi. Sisi yakin, jika dia melihat wajah lelaki itu lebih lama, dirinya pasti akan kehilangan kendali, atas kemarahan yang dipendamnya selama 7 tahun ini.
"Sisi ada apa? Kenapa Vanda mencariku?" tanya Thomas yang telah mensejajari langkah Sisi.
Sisi memilih diam. Beruntung Thomas mengikutinya, tanpa bisa menghentikan omong kosongnya. Sisi berusaha keras meredam segala emosi dan kemarahannya pada Thomas.
Biar bagaimanapun Thomas adalah putra kesayangan yang dipuja dan dihormati oleh semua orang. Semua orang dilahirkan di bawahnya. Sehingga dia memiliki begitu banyak pujian.
Bahkan Thomas dikenal dengan orang yang dermawan. Terbukti dengan kelembutannya bersikap kepada Sisi, meski Sisi dikenal buruk atau anak dari wanita rendahan yang dinikahi oleh Ajay Latuconsina. Selain itu Thomas juga dikenal sangat dermawan, dia selalu terlibat dalam proyek amal.
Dengan semua kelebihan yang dimiliki Thomas, Sisi bahkan harus setuju untuk menikah dengan lelaki itu. Seperti permintaan Thomas, bahwa Sisi telah mendapat berkah dari Tuhan, ketika dirinya setuju menjadi istri seorang lelaki bernama Thomas Yudana. Karena sejak saat Sisi berusia 6 tahun, hidupnya seolah sudah ditentukan oleh perkataan Thomas!
Hingga telah menjadi rahasia umum, bahwa Sisi adalah milik Thomas. Akan tetapi, Sisi harus mengubah hal itu sesegera mungkin– agar dirinya bisa hidup terlahir kembali, dengan lebih baik– demi Raka.
Saat ini posisi mereka sudah berada di dekat Vanda. Awalnya Vanda amat kesal melihat Sisi. Namun, saat Sisi berkata, "Kakak perempuanku, Tuan Muda Thomas Yudana sedang mencarimu!"
Spontan Sisi melihat bibir Vanda yang tersenyum tipis. Mendengar perkataan Sisi, semua orang di sekitar mereka menoleh. Selanjutnya Sisi tersenyum sambil melingkarkan tangannya di lengan Vanda.
"Kakak Thomas datang mencarimu, bahkan saat dia baru saja tiba di pesta," ujar Sisi lembut.
Vanda tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya. Dia menatap Thomas dengan penuh cinta. Sementara itu Thomas mengerutkan kening pada Sisi. Dan Sisi tidak menatap Thomas sedikit pun!
"Kakak perempuanku yang baik, aku pikir, aku sedang sakit kepala?" kata Sisi untuk meyakinkan Vanda, bahwa dia sedang tidak berpura-pura, meskipun kenyataannya adalah demikian.
Selanjutnya Vanda berkata dengan nada paling cemas yang Sisi pernah dengar, padahal Sisi jelas-jelas tahu, bahwa kakak tiri perempuannya itu, tidak pernah mengkhawatirkan tentang apapun yang terjadi pada dirinya!
Vanda berkata, "Kalau begitu, sebaiknya kamu pergi ke kamarmu untuk istirahat. Sisi itu pasti karena kamu sudah menghabiskan malam dengan bermain game, kan?"
Vanda menepuk pundak Sisi dan dengan ada yang mengesankan, seperti sedang memberitahu semua orang di pesta, bahwa Sisi adalah gadis tak berguna– yang selalu menghabiskan waktunya untuk bermain video game.
"Adik perempuan saya ini sudah dewasa. Namun, tingkahnya masih seperti anak kecil. Dia masih saja menghabiskan waktu semalaman untuk bermain video game. Saya rasa Sisi tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Sisi selalu membuat saya dan Ibu merasa khawatir," jelas Vanda.
Dalam hati Sisi mencibir akan tingkah laku Vanda. Karena di dalam kesempatan seperti itu pun– di mana jelas-jelas Sisi memberikan Thomas untuk kakak tirinya– Vanda tetap saja mengejek Sisi. Dengan tanpa sungkan menginjak harga diri Sisi, untuk menaikkan derajat dan martabat dirinya dan Ibu Maria.
Sisi lalu melangkah pergi tanpa melirik sedikit pun. Sementara itu, Thomas ingin mengikuti Sisi, tapi Vanda menahan lengannya.
"Tuan Muda Thomas, ayo akan kutunjukkan taman bunga keluarga Latuconsina. Bunga-bunga sudah bermekaran di sana!" kata Vanda dengan nada bicara yang manja.
Sudah diketahui oleh semua orang bahwa Tuan Muda Thomas tidak akan pernah menolak permintaan seorang gadis. Karena dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Yudana, sebagai pria yang sempurna. Sebuah filosofi hidup, tentang menghargai perempuan.
Sisi hanya geleng-geleng kepala. Setelah mengambil langkah, yang seharusnya 7 tahun yang lalu dia lakukan. Sisi masih harus beradaptasi lagi. Terlahir kembali ke masa 10 tahun yang lalu!
Sisi paham, bahwa dirinya tidak bisa berada di sekitar mereka selama lebih dari 5 menit atau Sisi tidak akan bisa menahan dirinya, membunuh seseorang yang tidak lain adalah mantan suaminya, Thomas!