Chereads / Perjanjian tiga bulan / Chapter 2 - Bab 2 Jebakan

Chapter 2 - Bab 2 Jebakan

Devan tengah menghadiri suatu acara, yaitu reuni bersama teman SMA nya, namun sepertinya Devan kurang tertarik dengan acara reuni kali ini, karena banyak yang menanyakan tentang pernikahan, atau ada juga wanita yang dengan terang-terangan mendekati Devan. Devan sendiri memilih untuk duduk di kursi pojok yang cukup sepi, disana juga ada 2 sahabatnya yang tengah duduk sambil menyesap minumannya dan mengepulkan asap yang keluar dari bibir mereka.

"Kenapa loe kusem amat tuh muka," tanya Nando salah satu sahabat Devan.

"Paling masalah perjodohan lagi," sahut Alby.

Devan pun menghela napas nya lelah, "kakek gue tambah kacau, dia jodohin gue sama cucu temennya yang berasal dari kampung," jawab Devan kesal.

Sontak saja jawaban Devan malah membuat kedua temannya tertawa terbahak-bahak.

"Devan … Devan … loe itu masih muda, baru 26 tahun, apa sih yang kakek loe takutin, sampe dia ngebet banget loe nikah," ujar Nando setelah meredakan tawanya.

"Gue juga gak tahu," jawab Devan seraya mengedikkan bahunya acuh.

"Emang loe nggak bisa nolak permintaan kakek loe?" tanya Alby.

"Enggak bisa, kakek mengancam akan mencabut semua fasilitas, dan gue bakalan dicabut dari ahli waris," jawab Devan.

"Kejam banget kakek loe," ucap Alby seraya bergidik ngeri.

"Udahlah Dev, nggak usah mikirin perjodohan dulu, mending sekarang loe nikmatin deh acaranya," ucap Nando memberikan saran.

Mereka pun akhirnya mengganti topik pembicaraan menjadi seputar pekerjaan, Devan adalah seorang pebisnis muda yang sukses, di usianya yang masih cukup muda yaitu 26 tahun, Devan sudah menjadi pebisnis yang cukup terkenal, karena bisa memajukan perusahaan hingga berkembang semakin pesat.

Devan hanya tinggal memiliki ibu, karena ayahnya sudah meninggal saat Devan berusia 18 tahun, dan diusianya yang masih menginjak remaja itulah Devan dididik sedemikian rupa agar bisa menguasi ilmu bisnis, kakeknya sendiri yang tak lain bernama Ilham lah yang mendidik Devan, hingga Devsn bisa sesukses sekarang ini.

Devan baru saja pulang dari acara reuninya, padahal malam sudah cukup larut, Devan juga sebenarnya tahu kalau hari ini wanita yang akan dijodohkan dengannya akan datang, namun nampaknya Devan tak tertarik sama sekali, Devan langsung melangkah menuju kamarnya karena dia merasa badannya mulai letih, tadi di kantor Devan sempat mandi lebih dulu karena badannya terasa lengket setelah seharian bekerja, belum lagi dia juga harus datang keacara reuni. Akrinya sampailah Devan di kamarnya, kamar yang menurutnya tempat paling privasi bagi Devan, itulah sebabnya Devan melarang orang lain untuk masuk kedalam kamarnya,bahkan bagi asisten rumah tangga yang ingin membersihkan kamarnya pun harus diawasi oleh Devan langsung.

Devan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, setelah lebih dulu Devan melepaskan kemeja dan jasnya, kini Devan hanya mengenakan kaos oblong serta boxer yang panjangnya hanya diatas lutut, karena lampu yang redup, Devan tidak menyadari kalau ada orang lain yang tengah tertidur di kamarnya. Devan memejamkan mata yang sudah cukup lelah, mencoba mengistirahatkan badan nya, namun Devan mencium aroma yang sangat dia kenal, aroma yang sama dengan wanita yang telah menolongnya beberapa tahun lalu, aroma tersebut membuat Devan semakin tenang, hingga tanpa sadar Devan memeluk Anyelir yang tengah tertidur pulas di sampingnya, karena Devan memang sudah sangat lelah dia pun tertidur dengan lelap, tak dapat dipungkiri hanya mencium aroma tubuh itu saja, Devan langsung merasa tenang.

Olivia keluar dari kamarnya, tapi sebelum itu dia sempat mengecek penampilannya lewat pantulan cermin, Olivia harus terlihat sempurna dan menarik dihadapan Devan, kenapa? tentu saja karena Olivia menyukai Devan, Olivia memang hanya adik sepupu Devan, alasan Olivia tinggal di rumah Devan adalah, karena Olivia ingin menemani Farah, kedua orangtua Olivia berada di Amerika, mereka tengah mengelola bisnis di sana.

Sebenarnya sudah lama Olivia memendam perasaannya kepada Devan, namun Olivia belum berani mengungkapkan perasaannya, Devan juga begitu baik kepada Olivia, karena Devan sendiri sudah menganggap Olivia selayaknya adik kandung sendiri.

Olivia menatap pintu kamar Devan yang masih tertutup rapat, merasa penasaran dia pun mendekatkan telinganya kearah tangga.

"Kenapa nggak ada suara rebut-ribut sama sekali?" batin Olivia, dia pun mencoba mengetuk pintu kamar Devan.

Suara ketukan pintu membangunkan dua orang yang masih bergelung di bawah selimut, hingga akhirnya keduanya saling menatap, karena posisi mereka berdua adalah saling memeluk. Devan dan Anyelir membelalakkan matanya, Anyelir juga berteriak karena terkejut ada lelaki yang berada satu ranjang dengannya.

"siapa kamu?" tanya Anyelir seraya menutup tubuhnya dengan selimut, padahal bajunya juga masih lengkap, karena semalam mereka tidak melakukan apapun.

"Hei, harusnya aku yang tanya, siapa kamu? dan kenapa kamu ada di kamar ku?" tanya Devan sengit.

"Apa? Ini kamar kamu?" tanya Anyelir, dia pun mencoba mengingat kembali ketika dia masuk kedalam kamar Devan.

"Pantas saja kamar ini banyak peralatan lelaki, belum lagi cat dikamar ini, aaarrgghh bodoh kamu Anyelir, harusnya kamu tidak mudah percaya dengan wanita itu, dia pasti sengaja menjebak ku," batin Anyelir merutuki dirinya sendiri.

"Hei, aku tanya kenapa kamu ada disini?" tanya Devan lagi dengan tidak sabaran.

"Ini karena Olivia sendiri yang menyuruh ku datang kemari, " jawab Anyelir berani.

Devan tertawa meledek, "kamu pikir aku percaya? Untuk apa Olivia melakukan hal itu hah?" raut wajahnya berubah sengit.

"Ya mana aku tahu," jawab Anyelir malas.

"Dasar pembohong," seru Devan.

Anyelir menatap mata Devan penuh kebencian, dia sangat kesal karena dicap pembohong oleh Devan, "sudah cepat katakan dimana kamar ku," ujar Anyelir tak kesal.

"Disamping kamar ini, sekarang juga keluar dari kamar ku, dan jangan pernah lagi masuk kedalam kamar ku tanpa seizinku," ucap Devan penuh penekanan

"Tanpa kamu minta pun aku sudah tahu," jawab Anyelir, dia pun segera keluar dari kamar Devan dengan membawa koper nya keluar,tak lupa juga Anyelir mengambil barang-barang dan pakaian kotornya yang ada di kamar mandi, saat keluar dari kamar, Anyelir melihat sepupu Devan yang tak lain Olivia tengah berdiri tak jauh dari pintu, Anyelir tersenyum smirk, dia punya rencana untuk membalas perbuatan Olivia.

Anyelir berhenti tepat didepan Olivia, "terimakasih ya Olivia, berkat kamu semalam aku tidur dengan nyenyak, karena Devan memelukku sepanjang malam, dan aku rasa, aku dan Devan akan segera menikah, karena hubungan kami benar-benar baik, Devan juga menerima perjodohan ini, sekali lagi terimakasih ya," setelah mengatakan itu, Anyelir meninggalkan Olivia yang tengah ersulut emosi karena cemburu.

Kamar Devan memang kedap suara, jadi tentu saja Olivia tidak mendengar suara keributan antara Devan dan juga Anyelir, tentu Olivia percaya dengan ucapan Anyelir, Anyelir sendiri langsung pergi meninggalkan Olivia yang tengah mengepalkan tangannya kuat karena emosi.