Chereads / Perjanjian tiga bulan / Chapter 3 - Menjadi Sekretaris

Chapter 3 - Menjadi Sekretaris

Olivia mengepalkan tangannya erat, dia sangat marah ketika ketika Anyelir mengatakan bahwa Devan tidur seraya memeluk Anyelir, Olivia menatap pintu kamar Anyelir yang sudah tertutup dengan tatapan penuh kebencian.

"Akan aku pastikan pernikahan kalian tidak akan pernah terjadi," batin Olivia.

Anyelir langsung masuk kedalam kamarnya, dia pun menghempaskan tubuhnya diatas ranjang, Anyelir masih tak percaya kalau semalam dia dan Devan tidur satu ranjang, bahkan mereka tidur dengan memeluk satu sama lain.

"Ini gara-gara Olivia, Devan pasti berpikir kalau aku tengah menggodanya," ucap Anyelir seraya mengacak rambutnya frustasi.

Tak lama ponsel Anyelir berdering dan tertera nama kakek nya, Anyelir pun tersenyum dia berharap kakek nya akan memberikan kabar kalau perjodohanny dibatalkan, tanpa menunggu lama dia pun segera menggeser tombol hijau di layar ponsel nya.

"Hallo kakek," ucap Anyelir.

"Selamat pagi cucu ku tersayang," sapaan itu terucap begitu manis dari bibir Malik, namun tidak bagi Anyelir yang mendengarkan, dalam hati Anyelir berkata kalau kakek nya pasti akan meminta sesuatu lagi.

"Ada apa kakek?" tanya Anyelir dengan lesu.

"Bagaimana kabar kamu Nak?" tanya Malik penuh perhatian, sejujurnya Malik sangat merindukan cucu satu-satunya itu.

"Kabarku tidak baik, pokoknya aku ingin cepat pulang," keluh Anyelir.

Terdengar suara gelak tawa dari Malik, dan itu membuat Anyelir semakin kesal.

"Boleh kalau kamu mau pulang sekarang nak, tapi itu berarti taruhan 3 bulan batal," jawab Malik, tentu saja Anyelir merasa senang, namun senyum Anyelir langsung sirna ketika mendengar jawaban Malik selanjutnya.

"Taruhan 3 bulan batal dan kamu langsung menjadi istri Devan," lanjut Malik bersuara.

Anyelir menghembuskan napasnya kesal, "baiklah aku tetap akan melanjutkan taruhan 3 bulan ini, dan kalau ini gagal, kakek harus janji akan berhenti menjodohkan aku lagi," ucap Anyelir.

"Oke," jawab Malik enteng.

"Jangan lupa Anyelir, selain kamu tinggal disana, kamu juga harus menjadi sekretaris Devan," ucap Malik mengingatkan.

"Iya kakek," jawab Anyelir dengan malas.

Setelah itu Anyelir pun menceritakasn sedikit perjalanannya dan juga bagaimana sikap Farah selaku ibu dari Devan menyambut Anyelir, Malik hanya mengatakan sabar, karena Farah belum mengenal Anyelir, yang harus Anyelir tunjukkan adalah sikap sopan dan santun, agar Farah juga yakin kalau Anyelir bukanlah calon menantu yang buruk. Namun sepertinya Anyelir kurang setuju, dia malah menginginkan perjodohan ini batal, jadi dia tidak mau repot-repot membuat Farah menyukainya.

Anyelir merasa perutnya sangat lapar, karena semalam dia melewatkan jam makan malam, dia pun berniat turun untuk ke meja makan, namun baru saja Anyelir membuka pintu dia sudah melihat seseorang berdiri didepan pintu kamarnya seraya membawa nampan berisi makanan.

"Selamat pagi nona," sapa wanita tersebut, yang rupanya seorang pelayan dirumah ini.

"Eemm pagi," jawab Anyelir seraya tersenyum canggung, karena perutnya berbunyi cukup keras.

Pelayan itupun tersenyum hormat pada Anyelir, "ini sarapan nona, saya mendapatkan amanat dari tuan Ilham supaya mengantarkan makanan pada Nona, karena mungkin Nona akan gugup kalau harus turun dan bergabung ke meja makan," ucap pelayan tadi menjelaskan.

Anyelir tersenyum, dalam hatinya berkata, "rupanya masih ada yang mengerti kondisi ku."

Pelayan tadi pun memberikan nampan berisi sarapan kepada Anyelir, setelah pelayan pergi Anyelir langsung masuk kedalam kamar dan menatap menu sarapannya, perutnya sudah sangat keroncongan meminta untuk diisi, tak menunggu lama Anyelir pun langsung menyantap sarapannya hingga tandas.

Anyelir sudah bersiap dengan pakaian kantornya, Anyelir memoleskan sedikit makeup di wajahnya agar terlihat lebih fresh, ditambah dengan lipstick dengan warna nude yang membuat wajah Anyelir semakin cantik, setelah dirasa cukup Anyelir pun segera turun ke lantai bawah. Di lantai bawah, Anyelir melihat Farah dan juga Olivia yang tengah sarapan, namun anehnya Anyelir tak melihat Devan.

"Mau kemana kamu?" tanya Farah seraya memicingkan matanya, sorot matanya tak lepas mengabsen penampilan Anyelir yang nampak berbeda.

"Mau kerja bu, eeeemm maaf Bu saya harus segera pergi, permisi." Anyelir langsung keluar dari rumah Devan, sedangkan Farah masih belum lepas menatap punggung Anyelir yang mulai menjauh, dan itu membuat Olivia tak suka.

"Mau dia memakai pakaian apapun ya tante, tetap aja dia itu dari kampung, dan nggak sepadan sama kak Devan," ucap Olivia mengompori.

"Iya Olivia kamu benar, ya sudah yuk kita kita lanjutkan makannya." Mereka berdua pun kemudian melanjutkan sarapan, dengan senyum kemenangan menghiasi bibir Indah Olivia, karena dia sudah merasa menang bisa mempengaruhi Farah, Olivia sangat yakin, tanpa restu dari Farah, pernikahan Devan dan juga Anyelir tak akan pernah terjadi.

Saat Anyelir keluar dari rumah Devan, seorang supir membukakan pintu mobil untuknya, Anyelir duduk dikursi penumpang, dan tak menyadari kalau sudah ada Devan disampingnya, Ayelir begitu terkejut ketika dia melihat Devan yang tengah duduk dengan tenang di sampingnya.

Sebelum Devan membuka suara, Anyelir lebih dulu berucap, "kakek Ilham memintaku untu menjadi sekretaris kamu selama 3 bulan, dan kalau aku menolak maka mereka akan menganggap ku setuju dengan perjodohan ini," jelas Anyelir.

"Jadi kau bawahanku?" tanya Devan dengan senyuman remehnya.

"Sekretaris, dan itupun hanya sementara, ingat cuman 3 bulan," ucap Anyelir penuh penekanan.

Senyum Devan luntur, dia menatap Anyelir dengan penuh intimidasi, "aku tidak perduli apapun jawaban kamu, tapi dengarkan ini baik-baik," Devan semakin memajukan tubuhnya pada Anyelir, membuat Anyelir beringsut mundur.

"Jangan pernah membuat ulah, apa lagi mengacaukan pekerjaan ku, mengerti?" ucapan Devan penuh pelan namun penuh penekanan, Anyelir menelan salivanya susah payah, dia pun tak dapat buka suara, hanya anggukan kepala yang bisa menjadi jawaban Anyelir.

Devan tersenyum smirk melihat kegugupan Anyelir, dia pun langsung memundurkan tubuhnya menjauh dari Anyelir, membuat gadis itu menghela napas lega.

"Kamu pikir aku mau menyentuhmu?" tanya Devan dengan remeh.

"Dan apa kamu pikir aku juga mau kamu sentuh?" Anyelir balik bertanya.

"Hei bicara yang sopan, aku ini atasan kamu, panggil aku Tuan Devan," titah Devan seraya bersedekap dada.

Anyelir membulatkan matanya mendengar perintah dari Devan, namun sebelum Anyelir membuka suara Devan lagi-lagi mengeluarkan jurusnya, yaitu mengancam.

"Kau harus patuh, atau kalau tidak aku akan meminta kakek memperpanjang masa kamu menjadi sekretaris ku, dengan alasan supaya aku dan kamu bisa saling mengenal, aku yakin kakek akan setuju," ucap Devan seraya tersenyum penuh kemenangan.

Anyelir tak bisa berkutik, dia hanya diam dan mengangguk, dalam hatinya dia merutuki dirinya sendiri yang harus bersikap sial karena dijodohkan dengan seorang lelaki sang sombong.

Sedangkan kini di kantor Devan, semua karyawan tengah hangat membicarakan sang atasan yang akan dijodohkan dengan seorang gadis kampung, mereka semua tak menyangka kalau kakek dari atasan mereka akan menjodohkan cucunya dari keluarga biasa.

"Gue gak bisa bayangin deh, gimana ya kira-kira penampilan calon istri pak Devan itu?" tanya salah satu karyawan.

"Ya kalian tahu kan orang kampung tuh kaya apa? Kampungan banget lah, nggak selevel sama pak Devan yang ganteng itu," jawab salah satu karyawan lagi.

Saat mereka tengah bergosip ria, tiba-tiba Devan datang, Devan bejalan dengan seorang wanita cantik di sampingnya,dan juga berpenampilan menarik, belum lagi cara berjalannya yang anggun membuat para karyawan tercengang.