Chereads / Perjanjian tiga bulan / Chapter 5 - Diluar dugaan

Chapter 5 - Diluar dugaan

Mendengar penjelasan dari Angga membuat Anyelir mengerti kalau sebenarnya Angga hanya butuh perhatian, dan Angga perlu psikiater untuk menghilangkan rasa traumanya, dan soal tempramentalnya itu, Anyelir anggap itu semua Angga lakukan hanya untuk membentengi dirinya sendiri, meskipun yang Angga lakukan sebenarnya salah. Anyelir juga merasa iba dengan apa yang menimpa Angga, Anyelir berharap dengan dirinya dekat dengan Angga dia bisa sedikit demi sedikit membantu Angga dan mengurangi beban nya.

"Bagaimana kalau sekarang kita jadi teman?" tanya Anyelir meminta persetujuan.

"Mau kak," jawab Angga dengan bersemangat.

"Jadi, sekarang kita tem,an ya?" ucap Anyelir, Angga tersenyum sumringah karena kini dia sudah berteman dengan Anyelir, setelah itu Anyelir mengajak Angga untuk memulai syuting.

Selama proses syuting, Anyelir terus mengawasi jalannya psoses pembuatan iklan, karena Angga hanya akan menurut jika Anyelir yang berbicara, dan kalau Angga sudah mulai tidak bisa bekerja sama dengan baik, maka Anyelir akan mendelik ke arahnya, hal itu membuat Angga ketakutan dan langsung menurut.

Hal itu tentu saja menjadi perhatian para Karyawan dan kru yang terlibat dalam proses syuting iklan hari ini, karena biasanya Angga selalu saja membuat onar, dan ada saja yang Angga kritik, hingga akhirnya membuat Angga mogok syuting, namun hari ini nampak berbeda, Angga sangat bekerjasama dengan baik.

Proses Syuting pun berjalan dengan sangat lancar, itu semua juga berkat Anyelir yang bisa membuat Angga patuh dengannya, dan Angga pun bisa bekerjasama dengan baik. Akhirnya proses syuting yang cukup melelahkan pun selesai, Angga langsung menghampiri Anyelir yang tengah melihat hasil dari syuting iklan hari ini.

"Kak ayo kita pergi keluar, aku traktir kakak makan, mau?" tanya Angga menawarkan kepada Anyelir, sontak para kru dan karyawan yang berada di tempat pun menolek sekilas kea rah mereka berdua, dan mencuri dengar obrolan mereka.

"Tidak bisa, aku sedang sibuk karena ini masih jam kerja," tolak Anyelir.

Semua karyawan yang mendengar penolakan dari Anyelir atas ajakan sang actor pun mulai berbisik, mereka menduga-duga kalau Angga akan pergi dengan penuh amarah, karena Angga paling tidak bisa menerima penolakan.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu sampai kakak pulang kerja," semua karyawan yang mendengar kalau Angga akan menunggu Anyelir sampai pulang kerja pun terkejut, karena Angga paling benci menunggu, namun demi Anyelir dia rela menunggu bahkan sampai pulang kerja.

"Terserah, ya sudah aku harus kembali kerja," Anyelir pun melangkah minggalkan Angga di lobby kantor, sedangkan Anyelir kembali menuju department sekretaris untuk kembali melanjutkan pekerjaanya.

Jam pulang kerja sudah tiba, ponsel Anyelir dan Devan sama-sama mendapatkan notifikaasi pesan masuk, yang ternyata dari Ilham kakek Devan, Ilham mengatakan kalau dia sudah membooking restoran untuk mereka berdua, suapaya mereka berdua bisa meluangkan waktu dengan makan bersama, Ilham berharap dengan ini hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.

Anyelir pun segera menuju lobi, mungkin saja Angga masih berada disana untuk menunggunya, dan ternyata benar, Angga masih setia munggu Anyelir.

"Angga," sapa Anyelir.

"Hai kak, sudah jam pulang?" tanya Angga.

"Sudah, oh iya aku mau ajak kamu untuk makan bersama," ucap Anyelir.

"Oh iya? Aku mau kak," jawab Angga dengan penuh semangat.

"Baiklah, tapi tunggu sebentar ya, kita tunggu satu orang lagi," ujar Anyelir, yang dia maksud adalah Devan.

"Siapa kak?" tanya Angga penasaran.

"Sudah, nanti juga kamu tahu, kita tunggu saja," ujar Anyelir, dan tidak lama Devan pun datang menghampiri Anyelir, sontak hal itu membuat Angga terkejut, Angga tahu siapa Devan, yaitu CEO di peurusahaan ini.

"Kamu sudah mendapat pesan dari kakek?" tanya Devan.

"Sudah, aku juga mengajak Angga, bolehkan?" tanya Anyelir.

Devan sudah mendengar bagaimana jalannya proses syuting hari ini, bahkan Devan juga cukup terkejut ketika mendengar kalau Angga selalu menurut dengan apa yang Anyelir katakan, awalnya Devan tak percaya, namun setelah melihat secara langsung bagaimana keakraban keduanya, barulah Devan percaya.

"Boleh," jawab Devan.

Mereka bertiga pun menaiki mobil milik Devan, sedangkan mobil Angga sudah dibawa oleh sopir pribadinya, selama perjalanan Angga terus saja mengajak Anyelir berbincang, dan tentu saja Anyelir ikut antusias mengobrol banyak hal dengan Angga. Akhirnya mereka pun sampai di restoran, karena jarak kantor dan restoran tak terlalu jauh,jadi mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai.

Saat tiba di restoran, Angga menarikkan kursi untuk Anyelir, bahkan saat makanan pesanan mereka datang Angga tidak sungkan untuk mengambilkan lauk pauk untuk Anyelir, semua itu tak luput dari penglihatan Devan, namun lelaki tampan itu masih diam seribu bahasa.

"Kak Anyelir dan kak Devan punya hubungan special?" tanya Angga, sebanarnya Angga ingin menanyakan hal ini sejak tadi, namun dia merasa tak enak, Anga merasa kalau Anyelir dan Devan memiliki hubungan yang lebih dari sekedar atasan dan bawahan, terbukti dengan makan bersama ini.

Anyelir menggeleng pelan, "kami tidak punya hubungan special kok, kami ini cuma di jodohkan," jawab Anyelir to the point.

"Di jodohkan?" tanya Angga memastikan.

"Iya, aku dan Devan di jodohkan oleh kakek kami, dan kami di beri waktu 3 bulan untuk saling mengenal, jika dalam waktu 3 bulan kami tidak memiliki perasaan, maka perjodohan ini dianggap batal," jawab Anyelir seraya tersenyum.

"Oh begitu kak," jawab Angga paham seraya menganggukan kepalanya.

"Syukurlah kalau mereka hanya di jodohkan,dan itu pun mereka mempunyai waktu tiga bulan untuk menumbuhkan perasaan masing-masing, kalau dilihat dari Devan sih aku yakin mereka tidak akan bisa melanjutkan perjodohan ini, karena Devan kan terkenal dingin dengan wanita, lihat saja sejak tadi, dia hanya diam ketika aku memberikan perhatian kepada kak Anyelir, itu berarti kak Devan tidak menyukai kak Anyelir kan?" batin Angga lega.

Akhirnya makan bersama pun selesai, mereka pun memutuskan untuk pulang, di depan pintu masuk Angga pun berpamitan kepada Anyelir dan juga Devan.

"Kak Anyelir, terimakasih ya untuk hari ini, aku sangat senang sekali, kapan-kapan bolehkan aku ajak kak Anyelir pergi jalan-jalan?" tanya Angga.

"Boleh, tapi kalau aku tidak sibuk yaa," jawab Anyelir.

"Yes…" Angga mengekspresikan rasa senangnya, hal itu membuat Anyelir tersenyum, dan tanpa sadar dia mengelus kepala Angga dengan sayang, jujur saja ketika melihat Angga, Anyelir seperti menganggap adik nya sendiri, di tambah lagi dengan sifat Angga yang terkadang manja.

Ketika tangan Anyelir terulur mengelus kepala Angga, diam-diam Devan melihatnya dengan tatapan memicing. Angga sendiri sudah masuk kedalam mobil dan tersisalah Devan dan juka Anyelir.

"Jadi ini alasan kamu, kenapa kamu langgsung menolak perjodohan ini, rupanya kamu sudah memiliki pria pilihan kamu sendiri ya?" ucap Devan dengan tatapan memicing.