Chereads / Perjanjian tiga bulan / Chapter 7 - Mana mungkin?

Chapter 7 - Mana mungkin?

Kini Anyelir tengah bersama Devan, menyapa beberapa tamu undangan yang datang ke acara anniversary perusahaan, dan datanglah Kirana bersama teman-temannya menghampiri Devan dan Anyelir.

"Hai Devan," suara lembut Kirana menyapa pendengaran Anyelir dan juga Devan, dia pun memeluk Devan dengan erat, seolah memperlihatkan pada Anyelir kalau Kirana memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Devan.

"Kamu apa kabar Devan?" tanya Kirana dengan suara halus, membuat semua orang yang melihatnya pasti mengira kalau Kirana gadis yang sopan, anggun dan bermoral.

"Aku baik Kirana, oh iya terimakasih ya kamu sudah mau datang ke acaraku," ujar Devan.

"Jangan berterimakasih Devan, aku pasti dengan senang hati datang ke acara penting kamu," ujar Kirana seraya tersenyum manis.

Kirana beralih menatap Anyelir, "Devan ini siapa?" tanya Kirana seolah dia belum bertemu dengan Anyelir sebelumnya.

"Ini Anyelir," ucap Devan.

Kirana pun mengulurkan tangannya, "Hai, aku Kirana sahabat Devan dari Kecil," ucap Kirana memperkenalkan diri, dia bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa ketika mereka berdua bertemu di toilet tadi. Sikap Kirana yang bermuka dua membuat Anyelir muak, bukannya Anyelir balik mengulurkan tangan, dia malah nampak tak menggubris Kirana, Devan nampak tak suka dengan sikap Anyelir, dia pun menyenggol lengan Kirana agar bisa bersikap lebih baik.

Kirana menarik tangannya kembali dan tersenyum kearah Devan, "Dev, boleh aku memainkan piano, sebagai hadiah untuk perusahaan kamu," ujar Kirana.

"Tentu saja boleh," jawab Devan cepat, dia sangat tahu kalau sahabat kecilnya itu cukup mahir dalam bermain piano, hingga menghasilkan nada-nada yang indah.

Tanpa ragu Kirana pun melangkah menuju arah piano, dia tersenyum kearah tamu karena kini Kirana mulai menjadi pusat perhatian, Kirana pun menarik kursi dan duduk menyamankan posisi duduknya lebih dulu, jari-jemari lentiknya mulai menekan tuts piano, nada-nada yang indah mulai menggema mengisi seluruh ruangan, para tamu undangan pun nampak takjub dengan permainan piano Kirana.

Kirana membungkukkan sedikit tubuhnya setelah dia selesai memainkan piano, namun kemudia dia menatap Anyelir yang tengah duduk di samping Devan.

"Para tamu undangan sekalian, izinkan saya memperkenalkan teman saya Anyelir, dan jika berkenan, saudara Anyelir bolehkah anda memainkan satu buah lagu untuk kami?" tanya Kirana seraya mentap kea rah Anyelir, mata para tamu undangan mengikuti arah pandangan Kirana, membuat Anyelir mau tidak mau melangkah menuju tempat berdirinya Kirana.

"Semoga berhasil, dan aku harap kamu tidak mempermalukan diri mu sendiri," bisik Kirana tepat di telinga Anyelir.

Kirana pun melangkah meninggalkan Anyelir yang tengah terpaku di tempatnya, perlahan Anyelir duduk memposisikan diri untuk memainkan piano, jari-jemarinya mulai dia taruh di atas tuts.

Kirana tersenyum smirk melihat Anyelir yang sudah duduk menghadap piano, "Aku yakin gadis kampung seperti dia manabisa bermain Piano," batin Kirana remeh, dia sangat ingin melihat Anyelir mempermalukan dirinya sendiri, apa lagi mala mini adalah malam yang cukup penting.

Olivia dan Farah, yang melihat Anyelir sudah duduk di kursi dan hendak memainkan piano pun sudah mulai was-was, mereka yakin kalau permainan Anyelir pasti akan buruk, dan yang mereka takutkan adalah, nantinya Anyelir malah akan mengacaukan acara ini.

"Apa-apaan sih dia, tante yakin ya Olivia kalau Anyelir hanya akan mempermalukan dirinya sendiri," bisik Farah pada Anyelir.

"Iya tante, itu juga yang aku takutkan, gossip tentang kak Devan yang akan di jodohkan dengan gadis kampung saja sudah membuat malu, apa lagi ini, jika mereka semua tahu Anyelir adalah wanita itu, dan belum lagi tentang permainan pianonya yang buruk itu, mau di taruh dimana muka kak Devan tante," bisik Olivia semakin memperkeruh keadaan.

"Kamu benar Olivia, tante juga yakin, berita ini akan di muat dalam surat kabar, tante bisa malu kalau semua teman-teman tante tahu," ujar Farah was-was.

Tanpa ragu Anyelir pun mulai menekan tuts piano, jari-jemari nya bergerak lincah dari satu tuts ke tuts lain, Kirana mendelik tak percaya, karena dugaannya salah, bahkan Kirana teramat malu karena Anyelir juga memainkan nada yang sama dengan nada yang dimainkan oleh Kirana, bahkan Kirana akui, Anyelir memainkan nada itu lebih baik dari nya.

Devan tertegun kala dia melihat dan mendengar permainan piano Anyelir yang jauh lebih baik dari Kirana, Anyelir memainkan piano itu dengan penuh percaya diri, aura yang Anyelir pancarkan benar-benar membuat seorang Devandra tak maampu mengalihkan pandangannya barang sekejap.

"Cantik," batin Devan, tanpa sadar dia tersenyum melihat Anyelir.

Diam-diam rupanya Kirana memperhatikan ekspresi Devan yang menatap Anyelir dengan tatapan berbeda.

"Sial, aku benar-benar malu sekarang, bagaimana mungkin dia bisa memainkan piano dengan nada sebagus itu," batin Kirana kesal.

"Dan tatapan itu, tatapan yang jauh berbeda dengan tatapan Devan kepadaku," batin Kirana, nampak cemburu melihat Devan yang tak mengalihkan pandangannya dari Anyelir.

Disisi lain, Olivia dan juga Farah nampak terkejut dengan permainan piano Anyelir, mereka berdua tak menyangka kalau ternyata Anyelir sangat mahir dalam bermain piano.

"Tante jadi curiga, jangan-jangan Anyelir bukan berasal dari keluarga biasa," ujar Farah.

"Aduh tante, mana mungkin, dia itu berasal dari kampung, jadi udah pasti dia itu berasal dari keluarga miskin yang nantinya cuman numpang hidup sama tante, belum lagi keluarga Anyelir yang kita nggak tahu seperti apa, aku malah curiga kalau Anyelir punya niatan buruk sama kak Devan," Olivia mencoba menghasut Farah.

"Mempunya niatan buruk? maksud kamu Oliv?" tanya Farah tak paham.

"Ya bisa aja dong tante, kalau Anyelir itu berniat mengeruk semua harta kekayaan tante, dan tante harus hati-hati, dia itu berasal dari desa, yang pastinya masih percaya hal mistis," ujar Olivia semakin mengarang cerita dan membuat Farah semakin risau.

"Maksud kamu?" tanya Farah meminta penjelasan.

"Pelet tante, itu loh yang nantinya orang yang tidak suka malah jadi suka mendadak, aku takut itu terjadi pada kak Devan tante," bisik Olivia.

Raut wajah Farah berubah risau, dia pun mengkahawatirkan kondisi putra semata wayangnya itu, nampaknya Farah benara-benar percaya dengan tipu daya Olivia, melihat ekspresi Farah yang sudah mulai masuk kedalam hasutannya, Olivia pun tersenyum penuh kemenangan.

"Aku pastikan pernikahan kalian tidak akan terjadi, dan kak Devan hanya akan menjadi milikku," batin Olivia.

Suara riuh tepuk tangan terdengar lebih ramai di banding dengan Kirana tadi. Anyelir melangkah menuju tempatnya dengan Devan semula, dia pun mendekatkan dirinya pada telinga Kirana.

"Terimakasih ya, berkat kamu aku jadi bisa menunjukkan bakat terpendamku," bisik Anyelir seraya tersenyum penuh kemenangan, sedangkan tangan Kirana, sudah mengepal erat di bawah meja, dia mencoba menahan emosinya kepada Anyelir.