Saat Anyelir baru saja duduk, tiba-tiba ada seorang lelaki yang mendatangi mejanya dan juga Devan, Anyelir kenal betul siapa dia, orang kepercayaan kakek nya, Anyelir nampak was-was kalau kepercayaan kakek nya akan membongkar jati diri Anyelir yang sebenarnya.
"Malam tuan Devan."
"Malam, maaf sebelumnya anda siapa?" tanya Devan, pasalnya dia nampak tak tahu siapa orang yang menyapa nya ini.
"Saya Dani, utusan dari tuan Malik Bakoro," jawab Dani.
"Oh tuan Malik? Lalu dimana beliau berada?" tanya Devan dengan raut wajah senang.
"Itulah maksud kedatangan saya tuan, sebelumnya saya meminta maaf atas nama tuan Malik, tuan Malik berhalangan hadir memenuhi undangan tuan Devan, dikarenakan beliau sedang sakit," jawab Dani menjelaskan.
Sontak Anyelir nampak terkejut mendengar jawaban tangan kanan kakeknya itu, namun dia berusaha menutupi rasa terkejut dan khawatirnya itu, karena takut orang-orang mengetahui rahasianya. Semua orang tahu, siapa itu Malik Baskoro dia adalah pemilik perusahan besar dan mendominasi pasar komersial. Namun, setelah Malik menyatakan pensiun, tak pernah lagi terdengar kabar seputar dirinya, namun beberapa kali kabar berhembus, bahwa Malik pernah membawa cucu perempuan satu-satunya itu keliling dunia. Namun selama ini, Malik selalu merahasiakan identitas cucunya itu, hingga sampai saat ini pun tidak ada yang tahu seperti apa rupa cucu Malik, ataupun cucu yang digadang-gadang akan menjadi pewaris tunggal dari harta kekayaan Malik.
Nampaknya Anyelir cukup beruntung, karena Dani yang menjadi tangan kanan kakeknya itu tidak membongkar identitas Anyelir yang sebenarnya, namun tetap saja Anyelir merasa khawatir dengan kondisi kakeknya itu, perasaan Anyelir menjadi tidak karuan, dia ingin sekali pulang ke rumahnya dan memastikan kondisi kakeknya itu.
"Eeem Pak Dani, aku cukup mengenal cucu dari tuan Malik loh," ujar Kirana berbicara kepada Dani.
"Benarkah Nona?" tanya Dani memastikan.
"Benar Pak Dani, bahkan saya juga pernah berbincang dengan cucu tuan Malik," ujar Kirana dengan percaya diri.
"Bagaimana kabar cucu tuan Malik?" tanya Kirana.
"Keadaan nona muda baik nona," jawab Dani.
"Wah saya sudah lama tidak bertemu dengannya, nanti kapan-kapan saya akan mengunjungi lagi," ujar Kirana seolah menunjukkan kalau dia mempunyai koneksi dengan orang-orang penting.
Anyelir yang mendengar ucapan Kirana, sontak menahan tawanya, melihat Anyelir yang menahan tawa membuat Kirana sedikit panic karena khawatir.
"Kenapa Anyelir menahan tawa seperti itu? Jangan-jangan dia tahu kalau aku tidak pernah bertemu dengan cucu tuan Malik," batin Anyelir risau.
"Ah tapi tidak mungkin, dia kan cuman gadis desa, mana mungkin dia tahu, tuan Malik siapa saja belum tentu dia tahu," batin Kirana lagi.
"Pak Dani, apa tuan Malik mengalami sakit yang cukup serius?" tanya Devan dengan penuh perhatian.
"Tidak tuan, mungkin karena penyakit tua," jawab Dani, Anyelir yang mendengar jawaban Dani pun menjadi sedikit lega, namun tetap saja dia ingin cepat menghubungi kakeknya untuk mengetahui kondisi kakek nya itu. Namun melihat keadaan pesta yang cukup ramai, nampaknya tidak cukup aman kalau dia menghubungi kakeknya di sini, tempat yang aman hanya di kediaman Devan, di kamarnya, karena semua kamar di rumah Devan menggunakan kedap suara, jadi jika Anyelir menghubungi kakek nya dipastikan aman.
"Syukurlah kalau begitu, saya berharap tuan Malik bisa segera pulih seperti sedia kala," ucap Devan tulus.
"Terimakasih atas doanya tuan," jawab Dani.
Kemudian seseorang datang dan memberikan sesuatu kepada Dani, yang berbentuk kado berukuran sedang, Dani mengarahkan kado tersebut kepada Devan.
"Tolong di terima Tuan, ini ada titipan dari tuan Malik," ujar Dani.
"Pak Dani, seharusnya tidak perlu repot-repot," ujar Devan tak enak hati.
"Tidak repot kok tuan Devan, dan Tuan Malik juga menitipkan pesan kepada saya, beliau mengucapkan selamat ulang tahun untuk perusahan tuan Devan, semoga perusahan tuan semakin berkembang dengan pesat," ujar Dani menyampaikam pesan dari Malik.
"Aaammiinn,tolong sampaikan ucapan terimakasih saya atas doa-doa terbaiknya, dan juga kado yang tuan Malik berikan."
"Pasti tuan, akan saya sampaikan."
"Oh iya, ngomong-ngomong saya tidak melihat tuan Ilham," ujar Dani bertanya.
"Iya pak Dani, kebetulan kakek sedang berada di luar kota, jadi beliau berhalangan hadir," jawab Devan.
"Oh begitu rupanya, baiklah kalau begitu saya titip salam saja untuk tuan Ilham."
"Baik Pak Dani, nanti pasti saya sampaikan." Setelah itu obrolan mereka pun berlanjut seputar pekerjaan, Devan juga sempat menanyakan tentang alamat rumah Malik, karena sewaktu Devan mengirimkan undangan, dia mengirim ke alamat perusahaan Malik, dan juga lewat e-mail, bahkan Devan juga meminta bantuan pada kakeknya untuk bisa mengundang Malik secara langsung, karena selama ini tak pernah ada yang tahu pasti dimana tempat tinggal Malik sekarang.
Namun agaknya, Dani nampak enggan untuk memberitahu dengan jelas alamat tinggal Malik, dan Devan cukup paham, mungkin di usia senjanya saat ini, Malik ingin kehidupan yang tenang dan jauh dari seputar gossip.Tak lama Devan pun berpamitan karena masih ada beberapa pekerjaan.
"Bukannya Kirana kenal dengan cucu tuan Malik? Dan dia juga pernah berkunjung kan? Mungkin Kirana tahu dimana tempat tinggal tuan Malik," tiba-tiba Anyelir berucap seperti itu, dia ingin menjebak Kirana.
"Oh iya benar apa kata Anyelir, kamu tahu alamat tuan Malik kan Kirana?" tanya Devan, Anyelir pun tersenyum penuh kemenangan, melihat raut wajah ekspresi dari Kirana.
Sontak Kirana pun gelagapan, dia takut jika kebohongannya terbongkar, padahal Kiramna sendiri tidak pernah tahu seperti apa wajah cucu tuan Malik itu, apa lagi alamatnya?
"Eem aku tidak tahu, karena kalau kami bertemu itu pasti kita bertemu di luar, jadi aku tidak tahu alamat pasti cucu tuan Malik," jawab Kirana, dia nampak tenang karena akhirnya menemukan jawaban yang tepat.
"Oh begitu rupanya," Devan pun kembali lesu.
Diam-diam Anyelir tersenyum dalam hati, dia tertawa dengan tingkah Kirana itu, dari luar memang Kirana bisa dikatakan wanita yang sempurna, anggun dan bermoral karena mempunya attitude yang baik, namun itu berlaku jika dihadapan Devan dan orang banyak, karena bagi Anyelir, Kirana hanya wanita yang memakain topeng, sifat aslinya akan terlihat jika dia hanya sendirian atau bersama dengan orang yang tidak dia sukai.
Sedari tadi Anyelir merasakan kalau tatapan Devan terus tertuju padanya,Kanaya sudah bisa menebak, apa yang Devan pikirkan, yaitu tentang permainan pianonya tadi.Akhirnya acara sudah hampir selesai, Anyelir sudah sangat gelisah memikirkan kakeknya, dia ingin segera pulang dan menghubungi kakeknya agar bisa berbicara secara langsung, namun ketika Anyelir melihat kearah Devan, dia masih sibuk berbicara dengan beberapa kolega.
"Apa sebaiknya aku pulang sendiri saja?" batin Anyelir bertanya. Namun dia nampak ragu, di jam segini memang masih ada taksi? Namun kecemasannya pada kondisi kakeknya mengalahkan akal sehat, dia pun memilih keluar dari tempat acara untuk pulang, saat Anyelir tengah berjalan tiba-tiba saja seseorang menghadang jalannya.