Setelah melakukan perjalanan panjang menuju Timur akhirnya rombongan kerajaan Hwon telah berada sampai di kerajaan Dam. Matahari telah berada di kaki langit ketika mereka sampai di istana. Mereka turun dan menghilangkan serigala putih ketika masih berada di dalam hutan agar gerak-gerik mereka tidak terbaca dan menarik perhatian pasukan Cheol. Mereka berenam saat ini sedang mengamati keadaan di sekitar istana Dam dari balik bebatuan besar yang berada di puncak bukit di dekat istana.
Istana itu tidak lagi nampak indah dan menawan seperti sebelumnya, tanaman yang dahulu menghiasinya telah rusak dan mati mengering akibat ulah pasukan Cheol. Pasukan monster menjijikkan itu ada di setiap sudut istana dan berkeliling menjaganya. Ada yang menjaga gerbang masuk di luar dan ada yang sedang sibuk berkeliling di atas menara mengamati keadaan sekitar.
"Baiklah, kita harus berpisah menjadi dua kelompok, kelompok pertama bertugas untuk mengalihkan perhatian pasukan Cheol dan yang lainnya bertanggung-jawab untuk menghancurkan menara" ucap pangeran Woon memberikan komando kepada anggota lainnya.
"menurutku pangeran dan putri Dan Oh adalah orang yang cocok untuk menghancurkan menara benteng dengan kekuatan kristal yang dimiliki oleh keduanya" usul Ryu yang disambut oleh anggukan Siera, Gwi dan juga Key.
Sementara itu Dan Oh memprotes pengawal muda itu yang terus saja memanggilnya dengan panggilan putri Dan Oh semenjak dia mengetahui bahwa gadis Bumi tersebut adalah keturunan kerajaan Yeon. Ryu tahu gadis itu tidak menyukai panggilan tersebut namun dia sengaja melakukannya untuk mengusili Dan Oh.
"me.. menurutmu demikian?" ucap sang pangeran pelan.
Membayangkan bahwa dia akan ditinggal berdua saja dengan Dan Oh membuat Woon merasa gugup dan canggung. Semenjak kejadian yang terjadi di hutan hantu beberapa hari yang lalu, dia belum berkomunimasi sama sekali dengan gadis mungil itu. Woon menatap kaku ke arah Dan Oh sementara gadis itu nampak serius setelah memikirkan usulan dari Ryu dengan lebih berhati-hati.
"benar, kami berempat akan menjadi umpan dan mengulurkan waktu. Lagipula mungkin pangeran akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menemukan jalan di istana ini" kata Ryu menambahi mengingat bahwa dulu Woon pernah mengunjungi kerajaan ini untuk membahas kerjasama antar negara di antara dua kerajaan.
"kami akan melakukan yang terbaik untuk mengukur waktu Woon, berhati-hatilah" ucap Siera dengan nada tegas dan sorot mata yang menggelora.
"baiklah... Setelah menara itu runtuh, kita akan berkumpul kembali di tempat ini. Aku dan Eun Dan Oh akan mengambil jalan dari saluran air yang ada disana" ucap sang pangeran sambil menunjuk ke arah saluran air yang kering dan nampak tandus. Saluran air itu terletak sedikit jauh dari gerbang utama dan tertutupi oleh jeruji besi yang telah nampak keropos dan berkarya.
"Baik!" ucap Siera, Ryu, Key dan juga Gwi secara bersamaan sementara Dan Oh hanya mengangguk dengan mantap.
"jaga diri kalian masing-masing, mari kita mulai misi kita sekarang!" sang pangeran telah memberikan aba-aba kepada pasukannya untuk bersiaga dan menuju ke tempat mereka masing-masing.
Siera, Ryu, Gwi dan Key segera berdiri dari tempatnya kemudian dengan sedikit berlari menuruni lereng bukit yang cukup curam. Mereka berlari menuju gerbang utama sambil menenteng senjata masing-masing dan telah siap untuk menyerang pasukan Cheol.
"hei jelek, apa kabar?" sapa Ryu kepada dua monster Cheol yang ada di depan gerbang. Keduanya nampak geram dengan panggilan menghina yang dilontarkan sang pengawal muda tersebut. Mereka memandang Ryu dengan gigi yang gemertak dan mata menyala yang terbuka lebar.
Kedua monster Cheol itu hendak berlari menyerang Ryu dengan tombak panjang yang mereka pegang. Lelaki itu telah siap untuk menghadapi keduanya sambil mengangkat tinggi kapaknya di udara dan menyilangkan keduanya.
"sksksksksksk sraaakk" tiba-tiba ada bumerang raksasa yang muncul dari arah belakang lelaki ceria tersebut dan memotong badan kedua monster Cheol secara horizontal. Tubuh mereka jatuh tepat satu meter dihadapan Ryu. Lelaki kekar bertubuh tinggi itu menoleh ke belakang dan menemukan Key sedang tersenyum di belakangnya. Wanita itu merasa senang sebab telah mampu mendahului Ryu untuk memulai serangan pembukaan mereka.
"komandan!! Mereka adalah bagianku..." ucap Ryu kesal dengan wajah serius kepada seniornya. Key hanya mengangkat kedua bahunya dan berjalan melewati Ryu dengan santai seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka.
"sudahlah, kau harus belajar untuk bersikap sebagai seorang lelaki sejati yang mau mengalah kepada wanita. Lagipula masih ada banyak Cheol di dalam" ucap Gwi berjalan melewati Ryu dan mendekati gerbang utama diikuti oleh Siera di belakangnya.
"Brakk!!!" sang manusia serigala dengan keras menendang pintu gerbang yang terbuat dari kayu kokoh dan logam sehingga dua pintu yang tertutup rapat itu mampu terbuka dengan lebar. Bukanlah hal yang sulit bagi Gwi untuk menghancurkan gerbang kokoh tersebut dengan menggunakan kekuatan fisiknya yang luar biasa kuat.
Pasukan Cheol yang ada di sekitar gerbang langsung terkejut dan secara otomatis menoleh ke arah gerbang yang telah dihancurkan oleh Gwi. Siera segera membuka serangannya dengan melemparkan lempengan logamnya ke arah sembilan monster Cheol yang sedang berlari menyerang ke arah mereka. Serangan sang putri mampu dengan cepat memotong leher monster-monster tersebut dalam sekali tebasan dan membuat badan menjijikkan dari makhluk itu tergeletak di tanah.
Sementara itu Key juga memulai serangannya dan melemparkannya bumerangnya dengan kuat. Setiap bangsa Cheol yang terkena serangan Key langsung terpental jauh dan menabrak beberapa dinding kokoh di sekitar gerbang masuk. Gwi menyerang pasukan Cheol dengan tinju dan cakarnya. Lelaki itu memang sangat kuat dan ahli bela diri. Dengan kuku tajam yang dimilikinya sebagai manusia serigala, Gwi mampu menyobek dan memotong bagian tubuh Cheol yang datang menyerangnya.
Ryu yang merasa tertinggal dan kehilangan beberapa poin serangan dari ee an-temannya segera menyerang sambil menggerakkan kedua kapaknya hingga membuat kedua benda itu nampak seperti sedang bergerak di udara dan menghantam tubuh pasukan Cheol di sekelilingnya dengan begitu tangkas dan lincah.
"kita di serang!!" teriak bangsa Cheol yang ada di dalam istana.
Tidak lama kemudian muncul ratusan bangsa Cheol dari dalam istana dan menurun tangga dengan cepat. Mereka berlari begerombol dengan senjata logam yang nampak berkilauan ujungnya karena bagian tajamnya terkena cahaya matahari sore.
"wuuuh.... Mereka sangat banyak" ucap Ryu dengan bersemangat kepada Gwi yang berdiri tak begitu jauh darinya.
"kau siap?" tanya Gwi sambil menunjukkan senyuman yang menantang.
"siapa takut?" ucap Ryu bersemangat menanggapi sambil tersenyum lebar. Keduanya sedang berkompetisi untuk melakukan lomba dalam mengalahkan monster Cheol dengan jumlah yang lebih banyak.
Woon dan Dan Oh sedang mengamati kekacauan istana dari luar karena serangan yang dilancarkan oleh rekan mereka. Keduanya melihat bahwa pasukan Cheol yang sebelumnya menjaga menara hitam telah banyak yang pergi dan bergabung dengan kawanannya untuk ikut dalam pertarungan di dekat gerbang utama melawan gerombolan manusia yang menyerang istana. Sang pangeran dan gadis Bumi itu saling berpandangan dan mengangguk dengan mantap.
"Ayo!!" ajak pangeran Woon sambil berdiri dari tempat persembunyiannya.
Dan Oh segera ikut berdiri dan keduanya kemudian berlari menurun lereng bukit menuju saluran air kering sesuai yang telah direncanakan. Ada sisa-sisa cairan di sekitar saluran air tersebut. Cairan itu nampak hitam mengenal dan juga berlendir. Dengan penuh kehati-hatian tanpa ingin menarik perhatian, mereka berjalan mendekati jeruji besi di saluran air itu. Woon memegang jeruji tersebut dengan kedua tangannya kemudian menariknya keras sehingga jeruji yang mulai keropos itu mampu diangkat dan terpisah dari bagian dinding di sekitarnya.
Woon dan Dan Oh memasuki istana kemudian menaiki tangga menuju menara hitam. Mereka berdua menoleh ke bawah dan memastikan keadaan teman-temannya. Jumlah pasukan mereka jelas tidak berimbang dengan perbandingan empat melawan ratusan. Namun keadaan itu masih dapat diatasi dengan baik oleh anggota rombongan kerajaan Hwon di bawah.
Sang pangeran didampingi oleh Dan Oh terus menaiki tangga yang tinggi dan panjang kemudian bertemu dengan beberapa pasukan Cheol yang hendak turun dan bergabung dengan pertarungan yang sedang terjadi di bawah. Dengan sigap, Woon menyabetkan kedua pedangnya sementara Dan Oh meluncurkan anak panahnya kemudian mengayunkan ujung runcing busurnya yang dia gunakan untuk menusuk dan menyobeknya kulit monster Cheol yang tebal dan keras.
Setelah menghadapi gangguan yang mereka temui di anak tangga, akhirnya Woon dan Dan Oh sampai di kaki menara. Ada sekitar dua puluh bangsa Cheol yang tersisa dan sedang berada di menara yang terbuat dari logam hitam dengan diameter lima meter dan tinggi tiga puluh meter itu. Dan Oh langsung mengambil dua anak panah sekaligus dari balik punggungnya dan membidikkannya kepada dua bangsa Cheol di kaki menara. Anak panahnya tepat mengenai dada kedua monster itu.
Sadar dengan serangan yang terjadi, bangsa Cheol lainnya segera menoleh dan memberikan serangan balasan kepada Dan Oh dan Woon. Sang pangeran berlari ke arah bangsa Cheol itu sambil membawa kedua pedangnya di kedua tangannya dan dengan gerakan tangkas menyabetkan senjata tersebut pada bangsa Cheol yang ada di hadapannya.
Setelah menumbangkan dua bangsa Cheol, Woon kembali menusuk kan pedangnya kepada monster yang lainnya. Sementara itu, Dan Oh kembali mengambil anak panah dari punggungnya dan menyerang monster yang tersisa. Kemudian gadis itu berlari ke arah Woon dan menusuk satu Cheol terakhir dengan ujung busurnya. Dan Oh menendang kuat badan monster tersebut sehingga membuatnya sedikit tersungkur ke belakang. Lalu dengan cepat gadis itu menusuk dada Cheol dari depan sehingga menembus dadanya sampai ke belakang. Dan Oh dan Woon akhirnya mampu sedikit menghela nafas setelah pertarungan singkat yang mereka lakukan.
Keduanya memandang menara tinggi di hadapannya dari bagian bawah sampai atas. Menara itu di bangun dari logam hitam yang sangat kuat dengan bagian rongga di tengahnya. Tebal logam pembungkus badan menara itu sendiri mencapai lima belas centi meter. Ada sebuah wadah yang terbuat dari logam tipis dan kuat di dalam menara dan di letakkan dibagian dasar menara tersebut.
Wadah itulah yang akan digunakan untuk meletakkan kristal elemen yang ada di tangan Binju saat ini. Ketika kristal elemen di letakkan di wadahnya, maka kristal itu akan menyerap semua sumber kekuatan pada inti elemen di daerah kerajaan tersebut kemudian memgalirkannya keluar lewat atas menara yang tinggi menjulang dan pada akhirnya akan diarahkan kepada Binju untuk menggunakan kekuatan tersebut secara maksimal.
"Bagaimana kita akan menghancurkan menara ini?" tanya Dan Oh bingung sambil menerka-nerka ketebalan logam yang ada di hadapannya.
"akan sangat memakan waktu jika kita berusaha memotong logam ini" ucap sang pangeran sambil memegang logam pembangun menara kokoh tersebut.
"Lalu bagaimana? Kita tidak punya banyak waktu" tambah Dan Oh yang nampak mulai gusar karena tidak mampu memikirkan cara dengan cepat untuk menghancurkan menara tersebut.
"aku rasa kita harus memberikan serangan klimaks dari atas dan langsung menuju pusat" tambah sang pangeran sambil memandang puncak menara.
Tidak ada apapun di dinding menara yang bisa mereka gunakan untuk memanjat ke atas bangunan tinggi itu. Bagaimana mungkin mereka memanjat ke ketinggian tiga puluh meter dengan tangan kosong. Woon menghela nafas panjang. Mereka tidak memiliki banyak waktu, namun sekali lagi mereka harus menghadapi kesulitan untuk menghancurkan menara ini.