Binju berjalan cepat menuju lahan kosong dan tersenyum dengan puas. Dia mengangkat tangannya di udara dan mencoba menjatuhkan sebuah apel dari pohonnya dengan sihir yang baru dia terima. Apel itu sungguh bergoyang-goyang dan nampak akan sekedar jatuh. Binju mulai tertawa bahagia. Namun seketika apel itu terdiam dan kembali ke tempatnya. Sihir itu tidak mampu dia gunakan. Binju merasa geram, dia mengambil pisau kecil di sakunya dan melemparkannya ke apel tersebut, membuat buah itu terbelah menjadi dua dan jatuh ke tanah.
"Sial. Ini semua tidak cukup" gumamnya nampak begitu marah.
Sejak itu Binju selalu mengunjungi Pysche dan meminta gadis itu mentransferkan sihir putihnya. Pysche tidak pernah memiliki pemikiran buruk tentang permintaan ayahnya. Yang dia tahu, Binju adalah satu-satunya manusia yang melindunginya saat orang lain mencelakainya. Dia adalah satu-satunya manusia yang menyayanginya saat orang lain memanfaatkan kekuatannya. Pysche benar-benar telah menyayangi Binju layaknya seorang anak yang sesungguhnya. Dan Binju telah mampu menipu gadis itu dengan semua sandiwaranya.
Yah.... Binju tidak pernah berfikir untuk benar-benar menjalin hubungan dengan gadis itu. Dia hanya tertarik dengan sihir putihnya. Ketika dia mendengar berita tentang kelompok sirkus yang memiliki anggota pengendali sihir putih, Binju langsung mencarinya. Dia selalu ingin mengembangkan kekuatan sihir untuk mengambil kekuatan dan kekuasaan negeri Hwon. Pertemuannya dengan Pysche adalah keberuntungan baginya. Dia merasa telah mendapatkan jalan untuk mencari sumber kekuatan yang tidak terkalahkan.
Binju yang cerdas namun picik berpura-pura memperlakukan gadis itu dengan penuh cinta. Tapi tujuannya hanyalah satu, dia ingin merebut semua kekuatan sihir putih Pysche dengan segala macam cara. Itulah alasan kenapa dia mengurung Pysche di sebuah rumah yang jauh dari kehidupan bermasyarakat agar Pysche tak tertarik dengan manusia lainnya. Dia memperlakukan Pysche dengan baik dan memenuhi semua kebutuhannya hanya untuk membuatkan sebuah penjara indah untuk gadis itu.
Setiap kali Binju mendapatkan transfer kekuatan sihir putih dari Pysche dia akan selalu mencoba menggunakannya, tapi dia selalu gagal. Hal ini membuatnya begitu marah dan frustrasi namun dia tidak akan menyerah. Dia akan menemukan cara apapun agar bisa memiliki kekuatan itu.
Suatu hari pangeran Woon dan sahabatnya Ryu sedang melakukan perburuan di sebuah hutan yang cukup jauh dari istananya. Mereka berburu untuk melatih kemampuan mereka dalam memanah. Woon telah menemukan targetnya, ada sebuah burung indah yang terbang dengan elok di angkasa. Sang pangeran telah mengunci targetnya. Dia pun menembakkan anak panahnya yang melesat sempurna mengenai targetnya.
"dapat!" ucap sang pangeran dengan bersemangat. Dia segera berlari ke arah targetnya yang jatuh di kejauhan dengan senyuman yang mengembang.
Woon terus memasuki hutan untuk mencari burung yang telah terjatuh tersebut. Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk berkeliling akhirnya dia pun mampu menemukan burung itu. Namun burung itu tidak terkapar di tanah. Ada seorang gadis yang meletakkan burung itu di atas pangkuannya. Dia memegang anak panah yang menembus sayap sang burung. Seketika ada cahaya putih yang memenuhi anak panah dan burung tersebut. Gadis itu dengan mudah mencabut anak panah Woon dan saat itu pula luka sang burung telah sembuh.
Pysche tersenyum dengan bahagia melihat burung itu telah kembali sehat. Dia mengangkat tinggi burung itu di udara dan menerbangkannya kembali ke angkasa. Burung itu nampak sehat dan gesit seperti sedia kala.
Di sisi lain Woon nampak terpesona dengan pemandangan yang dilihatnya. Dia tidak hanya terkagum-kagum menyaksikan gadis tersebut telah menyembuhkan burung itu dengan sempurna, namun dia juga terpesona dengan kecantikan gadis berambut silver dan bermata hijau itu. Woon terus melangkah maju, namun ketika dia tidak sengaja menginjak sebuah ranting kering, dia telah menarik perhatian Pysche yang kemudian memandang ke arahnya.
Mereka berdua nampak terpaku di tempatnya. Merasa telah tertangkap basah melakukan hal yang salah. Woon merasa kikuk dan gugup karena ketahuan memandangi gadis cantik itu, sementara Pysche telah tertangkap saat sedang menggunakan sihir putihnya. Pysche adalah orang pertama yang mengakhiri kontak mata mereka berdua. Gadis itu segera berdiri dari tempat duduknya dan berlari sekencang mungkin dari pria yang tidak diketahui namanya itu.
"tunggu!" panggil sang pangeran mencoba menghentikan Pysche yang kabur darinya. Namun gadis itu tak mempedulikannya. Woon hendak menyusul gadis itu sebelum langkahnya terhenti karena ada yang memanggilnya.
"yang mulia!" Ryu muncul di belakangnya. Dia mengangkat sebuah anak kijang di tangan kanannya dengan senyuman yang merekah lebar.
"nampaknya kali ini aku yang menang" ucap Ryu tersenyum bahagia ketika melihat sang pangeran berdiri dengan tangan kosong. Woon memandang ke arah Ryu sambil tersenyum pahit. Dia kembali mengarahkan pandangannya ke tempat terakhir Pysche menampakkan diri dengan tatapan yang tak mampu ditebak.
"sudah hampir gelap. Mari kita kembali ke istana." ucap sang pengawal kemudian. Woon nampak masih ragu namun pada akhirnya dia mengangguk dan menyetujui perkataan Ryu.
Keesokan harinya Woon kembali ke hutan tempat dimana dia menemukan gadis yang telah secara ajaib menyembuhkan seekor burung yang terluka parah. Woon begitu penasaran dengan gadis itu. Dia tidak yakin jika yang dilihatnya adalah sekedar khayalannya saja atau sungguh kenyataan yang terjadi di depan matanya.
Sang pangeran pun memutuskan untuk menelusuri jalan yang dilewati gadis tersebut untuk menemukannya. Setelah berjalan sekian lama melewati jalan hutan yang rimbun, Woon akhirnya menemukan sebuah bangunan rumah yang terasing dan berdiri kokoh di tengah-tengah hutan. Meskipun demikian rumah itu nampak terawat rapi dan memiliki kebun sayuran dan buah-buahan yang melimpah. Ada pula taman berbunga yang luas di sekitarnya. Woon berjalan semakin mendekat dan mampu mendengar lantunan irama yang terdengar merdu. Dia mengikuti sumber suara itu dan menemukan ada seorang gadis yang sedang memangkas daun-daun kering dari tanaman bunga mawar yang nampak rimbun.
"emm.... Hai" Woon memanggil gadis itu dengan ragu sambil menggosok tengkuk lehernya.
Suara lelaki yang terdengar asing di telinga Pysche itu membuat gadis tersebut langsung membeku di tempatnya. Dia menoleh dan menemukan sosok laki-laki familiar sedang berdiri di luar pagar rumahnya. Lelaki itu nampak kikuk dan tersenyum dengan kaku ke arahnya. Pysche tak paham mengapa dan bagaimana lelaki ini mampu mendatangi rumahnya. Dia hanya mampu berdiri terpaku memandang lelaki itu dengan mata bulatnya.
Dari kejauhan Binju yang hendak mendatangi Pysche terhenti di jalannya. Itu adalah pertama kalinya dia melihat Pysche berinteraksi bersama manusia lain setelah kejadian yang menimpanya di rombongan sirkus. Binju menyipitkan matanya dan memandang ke arah laki-laki yang sedang berdiri di depan rumahnya.
"Woon?" gumam Binju bingung. Dia mengamati dengan seksama interaksi di antara keduanya.
Setelah berdiam diri cukup lama Pysche akhirnya mampu mengumpulkan kesadarannya. Dia segera berlari ke dalam rumah dan mengunci pintunya dengan rapat. Dia juga menutup semua jendela rumahnya rapat-rapat dan juga tirai rumahnya. Dia tak menginginkan adanya sedikit pun celah yang memungkinkan lelaki itu untuk melihat apalagi masuk ke dalam rumahnya.
"aku bukan orang jahat" gumam Woon sambil menggaruk rambutnya. Menerima perlakuan Pysche yang cukup ekstrim membuat lelaki itu merasa seperti seorang kriminal. Padahal dia hanya ingin sekedar menyapa dan mengobrol dengan gadis itu.
Woon pun memutuskan untuk pergi, ketika dia mendekati jalan di tempat Binju berdiri, pria paruh baya itu segera menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat oleh Woon. Dia memandang punggung sang pangeran dan memunculkan senyuman tipis di wajahnya.
Selepas kepergian Woon, Binju segera menghampiri rumah Pysche. Dia mengetuk pintu kayu itu dan memanggil keluar putri angkatnya. Mereka berdua segera duduk di kursi bersama setelah Pysche menyediakan dan makanan untuk ayah angkatnya.
"apa yang dilakukan pria tadi kesini Pysche? Kau mengenalnya?" tanya Binju dengan suara datar.
"aku tidak tahu ayah, aku tidak mengenalnya..." ucap Pysche gugup sambil menundukkan kepalanya. Binju meminum minuman hangatnya dan menikmatinya dalam kediaman sesaat sebelum melanjutkan obrolan dengan gadis cantik itu. Kediaman Binju membuat Pysche merasa semakin gugup.
" lalu bagaimana lelaki itu bisa datang kemari?" tanya Binju kemudian. Pysche terdiam. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya kepada Binju. Namun dia jelas tidak bisa terus menyembunyikan semuanya kepada ayah angkatnya itu. Perlahan dengan penuh rasa takut dan gugup Pysche menceritakan kejadian dari pertemuan pertamanya bersama sang pangeran.
"Dia melihatmu menggunakan sihir?" pupil mata Binju terbuka lebar saat menanyakan pertanyaan itu.
"Maafkan aku ayah!" Pysche langsung berlutut di lantai dan menundukkan kepalanya semakin rendah.
"Hmm...." Binju berfikir sejenak.
"Kau tahu siapa identitas asli lelaki itu?" Pria itu memandang Pysche dengan raut wajah yang serius. Gadis tersebut hanya mampu memandanginya diam sambil menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Dia adalah pangeran negeri Hwon, Raja di masa depan. Dialah yang menjadi alasan mengapa aku kehilangan hal yang sangat berharga dalam hidupku" Binju memijat pelipis matanya dan nampak gelisah. Pysche langsung mendatangi ayahnya dan memegang lutut sang ayah dengan lembut.
"Maafkan aku ayah...." ucap Pysche nampak menyesal. Mata gadis itu nampak merah dan berkaca-kaca.
"Tidak... Itu bukan salahmu.... Tapi aku rasa mulai hari ini kau tidak bisa tinggal di tempat ini lagi..." ucap Binju mengangkat pipi sang putri sambil tersenyum. Pysche hanya mengangguk menyetujui keputusan apapun yang diambil ayahnya untuk dirinya. Dia tidak akan pernah melawan keinginan ayah angkatnya yang telah merawat dan menyayanginya dengan sepenuh hati.
Keesokan harinya pangeran Woon kembali mengunjungi rumah Pysche di hutan. Dia berjalan mengelilingi rumah itu dan tidak menemukan Pysche dimana saja. Dia hendak mengetuk pintu rumahnya namun menemukan bahwa pintu itu ternyata sedikit terbuka.
"permisi..." ucap Woon dengan suara tinggi mencoba meminta ijin untuk memasuki bangunan tersebut tapi tidak ada jawaban apapun.
Sang pangeran pun memasuki rumah dengan berhati-hati dengan harapan akan menemukan sang pemilik rumah di dalam. Namun tidak ada hal lain yang dia temukan kecuali kekosongan di rumah itu. Sang gadis telah pergi, dia tidak bisa menahan rasa kecewanya tentang hal itu.
Dua hari kemudian direksi kerajaan negeri Hwon beserta anggota keluarga kerajaan sedang berkumpul di aula kerajaan. Binju menginfokan bahwa dia ingin memperkenalkan putri angkatnya kepada anggota penting di istana. Binju tidak pernah menikah, dan tidak nampak seperti orang yang ingin berkeluarga. Pengumumannya yang ingin memperkenalkan putrinya tentu membuat semua orang merasa bingung dan penasaran. Tidak ada yang tahu alasan Binju menjadikan orang lain sebagai putri angkatnya.
Saat itu masuklah seorang gadis berambut silver yang nampak bercahaya terkena sinar matahari yang masuk melalui jendela besar di sekeliling aula. Matanya yang hijau nan indah nampak mempesona siapapun yang melihatnya. Dia mengenakan gaun indah dan elegan yang membuatnya nampak tidak berbeda dengan gadis bangsawan manapun. Tidak ada seorangpun yang mampu menyangkal kecantikan gadis itu.
Woon yang hadir di tempat itu nampak tercekat melihat gadis yang baru saja memasuki ruang aula tersebut. Dia adalah gadis yang telah dia cari keberadaannya selama beberapa hari ini. Sang pangeran tidak menduga bahwa dia akan bertemu lagi dengan gadis tersebut di istananya sendiri. Dia pun tidak pernah menduga bahwa gadis itu akan muncul di hadapannya sebagai sepupu angkatnya. Gadis itu melihat ke arah Woon dan keduanya melakukan kontak mata yang intens.