Ada sebuah hutan biru tersembunyi yang tidak banyak diketahui oleh manusia di Planet Mirac. Di dalam hutan itu hidup berbagai macam makhluk hidup legenda yang menjalani kehidupan berdampingan dengan damai. Hutan itu disebut sebagai hutan biru karena sebagian besar tanaman yang hidup di dalamnya menghasilkan pendar cahaya biru yang bersinar terang. Di dalam hutan tersebut terdapat sebuah bunga raksasa di atas tanah bukit yang menyerupai kuncup bunga magnolia. Kelopaknya berwarna biru muda dan bercahaya sementara bagian atasnya terdapat dua putik besar yang bergoyang dan menangkap sinar-sinar lingkaran putih yang berasal dari berbagai macam arah. Nampaknya bunga itu menyerap semua sinar putih yang dapat menghampirinya.
Di sisi lain di sekitar bunga ada beberapa makhluk mungil yang berbentuk seperti tupai namun mereka memiliki warna bulu hijau muda daun. Tak hanya itu, sangat sulit untuk mengklasifikan mereka ke dalam golongan hewan atau tumbuhan karena di atas kepala mereka tumbuh beberapa batang tumbuhan dengan dedaunan transparan dan memiliki pendar cahaya biru. Makhluk-makhluk imut itu adalah O'simlik Qisqichbaqasi. Makhluk kecil itu memiliki mata bulat besar yang melengkapi kelucuan penampilannya. Mereka sedang berlarian dan meloncat-loncat di sekitar bunga raksasa yang nampak seperti magnolia tersebut.
Di sisi lain, ada beberapa makhluk putih yang beterbangan di langit-langit bukit dengan bersemangat. Sekujur tubuhnya memiliki bulu putih halus dan memiliki sayap lebar. Mereka nampak seperti kelelawar albino dan memiliki ukuran tubuh sebesar telapak tangan orang dewasa. Nama makhluk itu adalah Oq yaroqcha. Di atas kepala mereka ada dua antena berbentuk daun lebar putih yang senada dengan bulu mereka. Namun di ujung daun tersebut ada cahaya biru terang menyala yang menerangi penglihatan makhluk tersebut.
Pada saat itu, tiba-tiba kelopak bunga raksasa di atas bukit hutan biru terbuka dengan lebar. Saat seluruh kelopak itu membuka ada seorang gadis kecil berambut silver yang muncul di dalamnya. Gadis itu seperti seorang anak berumur empat tahun. Dia sedang tertidur dan mendekap lututnya dengan posisi miring. Gadis kecil itu memiliki kulit yang putih bersih dan rambut silver yang bercahaya. Wajahnya sungguh cantik dan memikat semua mata yang melihatnya.
Semua makhluk yang berada di sekitar bukit sontak terdiam dan mengamati gadis mungil yang masih menutup matanya itu. Perlahan gadis tersebut membuka matanya dan menampakkan iris mata yang berwarna hijau menyala. Dia duduk di atas bunga dan mengamati keadaan sekitarnya. Senyum manisnya langsung mengembang dengan sempurna dan membuatnya nampak semakin mempesona. Dia adalah seorang gadis pemilik sihir putih yang dilahirkan dari induk bunga hutan biru.
Induk bunga hutan biru selalu menyerap kekuatan putih yang berasal dari cinta, ketulusan, pengorbanan, kemakmuran, kebaikan serta keseruan suci yang dimiliki oleh seluruh manusia di Planet Mirac. Ketika semua kebaikan berkumpul menjadi satu, maka saat itulah lahir seorang bayi yang akan memiliki sihir putih dari semua kebaikan yang diserap oleh bunga induk tersebut. Itulah awal kelahiran seorang gadis yang akan menyayangi Planet Mirac dengan segenap hatinya, Pysche.
Pysche tidak mengenal apapun melainkan kebaikan dan cinta dalam hati dan pikirannya. Gadis kecil itu tidak memiliki orangtua layaknya manusia pada umumnya. Dia lahir dari sihir putih yang terkumpulkan dalam putik bunga induk hutan biru. Dia tidak mengenal siapapun di dunia ini melainkan namanya sendiri. Yah dia hanya tahu bahwa dia dilahirkan sebagai seorang gadis mungil bernama Pysche.
Gadis kecil itu menghabiskan seluruh hidupnya di dalam hutan biru dan hanya berinteraksi dengan makhluk-makhluk dari hutan tersebut. Dia tidak menginginkan banyak hal, kehidupan sehari-harinya di hutan sudah membuatnya bahagia. Dia terus tumbuh ditemani makhluk indah hutan biru hingga dia telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita.
Tidak ada yang salah dengan hidupnya, hanya saja terkadang dia tidak bisa berhenti berfikir, kenapa dia memiliki bentuk tubuh yang sama sekali berbeda dengan semua makhluk di hutan itu. Semua makhluk di hutan tersebut hidup dengan kelompoknya masing-masing, namun kenapa dia tidak memiliki kehidupan kelompok yang sama dengan mereka.
Suatu hari karena rasa penasarannya, Pysche akhirnya memutuskan untuk pergi menjelajahi daerah luar hutan. Dia mulai ingin tahu kehidupan apa yang ada di luar sana, dia pun pergi sendirian untuk berpetualang.
Ketika dia sudah berada di luar hutan biru, dia mendengar suara-suara aneh di kejauhan. Ada suara orang yang berbicara dan ada yang tertawa. Rasa penasarannya pun membuat Pysche mendekati sumber suara tersebut. Dia bersembunyi di balik pohon untuk mengamati sumber suara yang menarik perhatiannya.
Ada beberapa manusia dewasa yang sedang berkumpul disana. Mereka sedang beristirahat dari perjalanan panjang mereka. Di sekitar kelompok manusia tersebut ada beberapa hewan buas seperti singa, beruang dan beberapa hewan mistis seperti muqaddas kiyik yang diletakkan di dalam sebuah jeruji besi. Ada pula lumba-lumba dan putri duyung yang diletakkan di dalam aquarium raksasa. Nampaknya mereka adalah kelompok sirkus keliling yang menampilkan beberapa hewan langka dalam pertunjukan sirkusnya.
Saat itu salah satu dari mereka mengangkat tangan mereka ke udara untuk meregangkan otot-ototnya. Gerakan itu menarik perhatian Pysche, dari kejauhan dia mengamati bentuk tangan lelaki itu. Gadis remaja itu juga mengangkat tangannya. Dia terpesona mengetahui bahwa mereka memiliki bentuk tangan yang sama. Gadis itu mengembangkan senyumnya, dia bahagia karena telah menemukan makhluk yang sama dengan ciri fisiknya.
Pysche pun memutuskan untuk diam-diam mengikuti kelompok sirkus itu dan mulai mempelajari bahasa mereka, bahasa manusia. Pysche mengikuti manusia tersebut kemanapun mereka pergi. Suatu hari ada hujan badai yang menerjang rombongan sirkus tersebut. Semua anggota sirkus panik dan mencari tempat berlindung, namun sulit bagi mereka untuk mencari tempat perlindungan dengan membawa hewan-hewan sirkus disana. Akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan sejenak makhluk-makhluk itu, lagipula tidak akan ada yang membawa mereka karena rombongan itu berada di tengah hutan. Tidak ada satupun manusia yang akan lewat disana terutama ketika ada badai seperti ini.
Para hewan dan makhluk mistis yang ditinggalkan di tengah hutan dalam keadaan badai itupun merasa panik dan ketakutan. Pysche yang tidak tega melihat para makhluk itu nampak menyedihkan memutuskan untuk mendatangi mereka. Gadis cantik itu mengamati makhluk di dalam jeruji besi itu satu persatu. Mereka nampak memohon pertolongan Pysche. Gadis yang baik hati itu tanpa berfikir panjang pun melepaskan para makhluk tersebut.
Pysche menggunakan sihir putihnya untuk membuka kerangkeng jeruji itu dan membuat semua hewan asal daratan berlari kencang untuk menyelamatkan diri masing-masing. Sementara untuk makhluk-makhluk lautan, Pysche mengirimkan mereka untuk kembali ke laut menggunakan sihir putihnya dan membentuk gelembung perlindungan di sekitar tubuh mereka untuk mampu menembus dan melewati badai lewat udara. Yah sihir putih Pysche adalah sihir perlindungan dan penyelamatan. Sihir yang hanya dia gunakan untuk menyelamatkan dan melindungi makhluk di Planet Mirac.
Pysche nampak senang karena mampu membebaskan makhluk-makhluk malang tersebut. Dia pun tersenyum bahagia melihat jeruji besi yang telah kosong. Namun tiba-tiba saja ada jaring besar yang menerpa tubuhnya. Pysche telah terperangkap di jaring raksasa itu, dia panik dan memandang sekeliling. Rombongan sirkus telah muncul dan nampak marah memandangi gadis tersebut. Mereka melihat hewan-hewan sirkusnya telah lari dan beberapa terbang di udara dengan sihir yang digunakan Pysche. Mereka murka dan ingin membunuh siapapun yang melepaskan hewan-hewan mereka.
Tiba-tiba ada pohon besar yang tersambar petir. Pohon itu roboh dan akan jatuh menimpa rombongan manusia sirkus bersama dengan Pysche. Para manusia itu menjerit dengan rasa horor yang memenuhi hati mereka, mereka pikir mereka akan segera mati tertimpa pohon. Namun keberuntungan masih ada di sisi mereka. Saat itu Pysche mengeluarkan sihir putihnya lagi dan menahan batang pohon besar itu dengan kekuatannya. Dengan perlahan gadis itu menggeser posisi pohon dan menjatuhkannya di tanah kosong.
"Dem..." terdengar suara dentuman pohon tersebut menghantam tanah.
Rombongan manusia sirkus nampak sangat syok dengan hal yang terjadi di hadapannya. Mereka saling bertukar pandang lalu melihat ke arah Pysche yang berada di dalam jaring. Saat itu pula keinginan mereka untuk membunuh gadis itu sirna. Ada seringai yang muncul dan menggantikan ekspresi kemarahan mereka. Mereka menyeret Pysche dan memasukkannya ke dalam jeruji besi. Manusia itu memutuskan untuk menjadikan Pysche menjadi objek sirkus menggantikan makhluk-makhluk lain yang telah dibebaskannya.
Rombongan sirkus itu selalu memasangkan rantai di tangan dan kaki Pysche. Gadis itu dibawa kemanapun mereka pergi. Dia selalu dipaksa untuk menunjukkan sihir putihnya ketika mereka melakukan pertunjukan sirkus. Segera setelah itu sirkus mereka menjadi terkenal dan ramai penonton. Ketenaran mereka yang menyajikan sihir putih mengundang minat seorang pria misterius yang menyenangi dunia sihir.
Suatu hari di tengah penonton, ada seorang pria yang memasang penutup kepala sambil memperhatikan tiap gerak-gerik anggota sirkus dengan seksama. Ketika Pysche keluar dan menunjukkan sihir putihnya pria bermata hitam legam itu merasa terpana. Dia mengamati setiap pertunjukan sihir Pysche dengan hati yang bergembira.
Hari itu, ketika rombongan sirkus kembali melanjutkan perjalanan mereka, pria misterius itu tiba-tiba muncul di hadapan anggota sirkus yang berada di barisan belakang. Dia menggorok lehernya dan membuat anggota sirkus itu mati seketika. Hal itu menarik perhatian lain anggota sirkus yang ada di bagian depan, termasuk Pysche yang berada di dalam kurungan.
Pria misterius itu menatap Pysche untuk sementara waktu sebelum seluruh anggota sirkus yang masih hidup menghampiri dan akan melawannya. Pria misterius itu nampak sangat ahli bela diri, dalam waktu singkat dia mampu membunuh semua anggota sirkus yang tersisa.
Pria tersebut kembali menatap Pysche lalu secara perlahan mendekati jeruji tempat gadis itu di kurung. Perlahan dia membuka tudung kepalanya dan menampakkan wajahnya. Dia adalah seorang lelaki paruh baya yang memiliki rambut hitam legam dan alis mata yang tebal. Hidungnya mancung dan garis tulangnya nampak dengan jelas. Tatapannya tajam dan mampu mengintimidasi siapapun yang melihatnya. Lelaki itu memiliki warna bibir yang gelap dan tulang rahang yang tegas, dia adalah Binju.
Binju membuka jeruji besi Pysche dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis muda itu keluar. Awalnya Pysche ragu untuk menerima bantuannya. Namun kalimat dan cara bicara laki-laki itu mampu meyakinkan gadis tersebut.
"Aku akan membawamu ke tempat yang aman" ucap Binju dengan suara tegas.
Binju membawa Pysche ke sebuah rumah yang jauh dari kerumunan masyarakat. Setiap hari lelaki itu akan mengunjunginya untuk memberi Pysche makan dan pakaian yang layak. Dia meminta gadis itu untuk menganggapnya sebagai seorang ayah. Sejak saat itupun Pysche menjadi anak angkat Binju. Namun Binju selalu berpesan kepada Pysche agar dia tidak pernah menunjukkan kekuatan sihir putihnya di hadapan manusia manapun. Binju khawatir manusia tidak bertanggung jawab akan mengambil keuntungan dari sihirnya.
"Baik ayah... Aku tidak akan menunjukkan kekuatanku kepada siapapun" ucap Pysche menyetujui permintaan ayah angkatnya. Binju tersenyum dan hal itu membuat gadis itu merasa senang. Namun gadis itu tidak tahu arti tersembunyi dari senyuman sang ayah.
"gadis pintar... Ayah akan begitu bangga kepadamu jika kau selalu menurut kepada ayah" ucap Binju mengelus rambut Pysche dengan lembut.
Suatu ketika selama beberapa hari berurutan Binju sama sekali tidak mengunjungi kediaman putri angkatnya. Hal ini membuat Pysche khawatir. Dia takut jika Binju telah melupakan dan mencampakkannya. Dia takut jika sang ayah telah membencinya sehingga tak ingin lagi melihatnya. Setiap hari Pysche memandang keluar jendela dan menantikan kedatangan sang ayah. Namun Binju tak pernah mengunjunginya selama dua pekan penuh.
Akhirnya Binju datang ke rumah itu dengan wajah yang murung. Pysche bahagia melihat ayahnya telah kembali. Namun wajahnya seketika menjadi nampak khawatir setelah melihat muka lusuh sang ayah. Gadis itu mendekati ayahnya dan duduk bersimpuh di hadapan Binju yang duduk di sebuah kursi. Pysche meraih tangan Binju dan menggenggamnya erat.
"ayah.... Apakah ada hal yang mengganggu mu?" tanya Pysche dengan penuh perhatian. Binju menggelengkan kepalanya dan menatap Pysche dengan mata yang tajam. Hal itu membuat Pysche merasa begitu sedih.
"ayah.... Jika ada hal yang mampu Pysche lakukan untuk membuat ayah bahagia, maka katakanlah... Aku akan melakukan semuanya untukmu" ucap Pysche dengan sedih.
"kau tau Pysche... Terkadang aku ingin memiliki sihir putih sepertimu, sehingga aku bisa melindungi hal yang berarti untukku..." ucap Binju dengan sedih memalingkan wajahnya keluar jendela. Gadis itu memandangnya dengan tatapan tidak mengerti. Apakah benar memiliki sihir putihnya mampu membuat Binju merasa bahagia?
" aku rasa aku bisa memberikan sedikit kekuatan ku untukmu ayah... Aku tidak tahu bagaimana caranya memberikan semuanya kepadamu, namun aku mampu mentransferkan sihir putihku untuk menyembuhkan hatimu yang bersedih..." ucap Pysche menunjukkan wajah polosnya dan memiringkan kepalanya. Binju mengalihkan pandangannya kepada gadis itu dan memandangnya tak percaya.
" apakah kau sungguh mampu melakukan hal itu? " tanya Binju dengan ragu. Pysche mengangguk dengan antusias dan hal itu membawa senyuman di wajah Binju.
Gadis itu mulai menggenggam kedua tangan Binju dan mentransferkan sihir putihnya. Ada pendar cahaya putih bersinar yang muncul di tangan Pysche dan masuk ke dalam kulit Binju. Seketika itu pula Binju mampu merasakan adanya aliran tenaga yang memenuhi tubuhnya. Pria itu menyeringai puas tanpa sepengetahuan Pysche. Setelah gadis itu selesai melakukan kegiatannya, Binju segera berdiri dan mengatakan bahwa dia perlu pergi segera. Dia ingat ada hal lain yang perlu dia lakukan saat itu juga. Dia tidak peduli meskipun Pysche menatapnya dengan bingung. Pria itu meninggalkan Pysche yang memaku kebingungan sendirian di rumah yang kosong.