Chapter 21 - Benteng Api

"pangeran Woon, mereka semua akan mengganggu kita... Mereka akan memisahkan kita berdua lagi...." ucap Pysche kembali menangis dan memandang Woon. Hantu itu seolah mengetahui semua hal yang telah terjadi kepada sang pangeran lewat kesedihan yang dirasakannya. Dia memandang sang pangeran dengan mata yang berkaca-kaca.

Tiba-tiba muncul sebuah api yang besar di hadapan gadis bumi dan putri kerajaan Hwon tersebut. Api itu muncul dan mengelilingi Woon dengan hantu wanita itu. Siera yang berada di barisan paling depan dan hampir mampu meraih saudara satu-satunya itu terpental jatuh ketika mengenai api yang dimunculkan oleh Woon sebagai benteng perlindungan dirinya. Sang putri meringis kesakitan memegang tangannya yang terkena luka bakar. Woon telah dibutakan oleh hantu wanita tersebut.

"putri Siera!!" Teriak Gwi panik sambil berlari mendekati sang putri. Manusia serigala itu membantu Siera untuk berdiri dari tempat terjatuhnya.

"Woon...." panggil sang putri dengan suara lirih dan hampir menangis memandang adik kesayangannya yang tidak sadar dengan perbuatannya dan telah melukai kakaknya sendiri. Woon, adiknya yang selalu bersikap hangat dan manis kepadanya telah memasang benteng api di hadapannya agar sang putri tidak mampu mendekatinya. Hal ini membuat sang putri merasakan rasa sakit yang sangat menyesakkan di dalam dadanya.

"aku merindukanmu pangeran.... Aku mencintaimu... Woon..." ucap hantu sosok Pysche pada sang pangeran. Hantu wanita tersebut mendekatkan wajahnya pada wajah Woon kemudian mengecup lembut bibir sang pangeran yang seketika membuat Woon memejamkan matanya. Terhipnotis dengan ciuman dingin yang menyentuh bibirnya.

"tidak!! Yang mulia!" teriak Ryu memanggil sahabat masa kecilnya dengan panik. Pengawal istana muda itu memukul keras benteng api pertahanan yang menutupi pangeran Woon namun tindakannya sia-sia. Kekuatannya tak mampu menembus benteng tersebut. Badan kekarnya pun ikut terpental keras menjauh ke udara sama seperti yang terjadi kepada sang putri.

"Ryu! Kau tidak apa-apa?" ucap Key segera menghampiri juniornya dan membantu lelaki muda itu untuk berdiri. Key menggenggam tangan Ryu yang mengalami luka bakar yang cukup parah karena memukul benteng api tersebut.

"benteng itu sangatlah kuat" ucap Ryu kemudian. Lelaki itu memandang sang pangeran dengan tatapan kesedihan. Woon telah kehilangan dirinya, pangeran itu tidak pernah menyakiti orang-orang yang disayanginya, apalagi sampai melukai kakaknya sendiri. Situasi ini membuat sang pengawal muda sangat mengkhawatirkan sahabatnya tersebut. Dia takut jika jiwa Woon akan benar-benar menghilang selamanya.

Sang pangeran sama sekali tidak menyadari apa yang telah terjadi di sekitarnya. Dia telah terhipnotis oleh sosok Pysche yang sedang mencium bibirnya dengan lembut. Semakin lama mereka berciuman semakin pucat warna kulit Woon, bibirnya yang merah muda mulai berubah menjadi biru. Ada suatu cahaya putih yang muncul dari dalam mulut sang pangeran yang kemudian dihisap masuk oleh hantu berwujud Pysche yang ada di hadapannya.

"tidak boleh... Hantu itu menghisap jiwa Woon!!" teriak sang putri panik saat melihat adik kesayangannya terus bertambah pucat.

Key segera mengangkat bumerangnya dan melemparkannya kuat ke arah nyala api yang mengelilingi Woon, namun sekali lagi bumerang itu terpental dengan keras dan kembali kepada pemiliknya.

"tidak berhasil!! Yang mulia!!" teriak Key keras berusaha menyadarkan sang pangeran dengan suaranya tapi sama sekali tidak ada jawaban dari raja masa depan kerajaan Hwon itu.

Sementara itu Dan Oh hanya mampu berdiam diri di tempatnya memandang sang pangeran yang sama sekali tidak sadar dengan keadaan di sekitarnya karena kemunculan hantu berwujud wanita bernama Pysche itu. Gadis bumi itu merasakan sesak di dalam hatinya yang membuat seluruh tubuhnya membeku di tempat sejak pertama kali melihat sang pangeran mencium lembut sosok hantu itu.

Dia telah memperhatikan dengan seksama bagaimana ekspresi yang nampak pada wajah Woon saat mengecup sosok Pysche di pelukannya. Lelaki itu menunjukkan kecupan lembut yang penuh dengan kasih sayang dengan mata sendu yang syarat akan kerinduan yang mendalam terhadap sosok wanita di hadapannya. Dan Oh dapat merasakan betapa dalam cinta yang dimiliki Woon kepada tunangannya tersebut. Hal ini membuat gadis SMA itu merasakan rasa sakit yang membuat hatinya hancur lebur. Meskipun telah sekian lama berpisah dan tak akan mungkin lagi bersama, cinta Woon kepada Pysche adalah sesuatu yang tidak bisa dilupakan sama sekali oleh pangeran tersebut.

Perlahan Dan Oh mulai melangkahkan kakinya. Dia berjalan ke arah benteng bara api yang mengelilingi Woon dan hendak melewatinya.

"Eun Dan Oh! Bahaya!" Ryu memperingatkannya dengan suara yang panik ketika menyadari bahwa gadis mungil itu sedang berjalan mendekati lingkaran api yang dibuat oleh pangeran Woon.

Dan Oh tidak menghiraukan panggilan Ryu dan terus berjalan maju. Ada cahaya kebiruan yang muncul dan mengelilingi seluruh tubuhnya, dia menggunakan kekuatan elemen air untuk menjadi perisai diri sehingga akhirnya dia mampu menembus lingkaran api itu. Tidak ada satupun luka bakar dalam tubuhnya karena kekuatan elemen air mampu melindunginya.

Gadis SMA itu berjalan dengan tatapan kosong dan memandangi Woon. Dia berjalan menembus tubuh hantu yang menghisap jiwa sang pangeran dengan perlahan. Dan On mendekatkan wajahnya pada Woon dan mengecup bibir sang pangeran untuk menghentikan hantu wanita tersebut dari menghisap jiwa sang pangeran. Dengan perlahan tapi pasti sosok hantu itu mulai menjadi transparan kemudian menghilang bagaikan kabut asap yang terkena angin.

Sepeninggalan hantu itu tinggalah Dan Oh yang saat ini masih mencium lembut bibir Woon. Gadis mungil itu menjauhkan wajahnya dari wajah sang pangeran. Sementara Woon mulai kembali membuka matanya. Warna kulitnya mulai berangsur normal. Cahaya kehidupan di matanya muncul kembali. Ketika pangeran itu membuka matanya dan kembali sadar, dia menemukan Dan Oh sedang memandangnya dengan mata yang berkaca-kaca. Binar semangat dan antusias di mata gadis itu telah hilang digantikan dengan kesedihan yang tak mampu diutarakannya.

"bukan dia Woon.... Itu bukan dirinya..." ucap Dan Oh lirih kepada sang pangeran. Sebulir air mata baru saja menetes di kedua pipinya.

Lelaki itu terkejut dengan hal yang dilihat oleh kedua matanya. Gadis yang selama ini selalu nampak ceria dan bercahaya baru saja menunjukkan kesedihan dan menangis di hadapannya.

Dan Oh membalikkan badannya dan membelakangi sang pangeran. Dia berjalan menjauh dari Woon dan meninggalkan lelaki yang terpaku di tempatnya. Sirat keterkejutan masih nampak begitu jelas di ekspresi wajahnya. Tiba-tiba saja api di sekitar Woon menghilang tanpa sisa sementara sang pangeran hanya mampu memandangi punggung Dan Oh yang berjalan semakin jauh meninggalkannya.

"apakah kau begitu mencintainya Woon? Apakah itu begitu menyakitkan bagimu untuk menerima bahwa dia sudah dia lagi bisa bersamamu sekarang? Bahkan akupun mampu melihat kerinduan yang mendalam dihatimu kepadanya" batin Dan Oh di dalam hatinya.

Dan Oh segera menyeka air matanya yang mengalir di pipi dengan kedua tangannya. Dia mengatur nafasnya agar kembali normal. Gadis itu segera berjalan menuju Ryu dan Siera untuk menyembuhkan luka bakar yang dialami keduanya. Dia tidak mempedulikan sang pangeran yang tengah menatapnya dengan pandangan tak mengerti.