Rembulan biru sedang bersinar terang menyinari langit malam yang nampak gelap dan mencekam. Ada sebuah sungai panjang yang air beningnya memantulkan cahaya bulan dan langit yang bersinar keunguan. Refleksi cahaya bulan yang terpantulkan itu membuat air sungai nampak berkilauan sepanjang jalan. Cahaya bulan di sekitar sini nampak lebih terang benderang dan begitu dekat dibandingkan di daerah lain planet Mirac. Bulan bulat besar itu nampak tepat berada di atas ujung sungai yang belum terlihat akhirnya.
"indahnya..... Kenapa bulan disini nampak begitu lebih besar ya?" tanya Dan Oh penasaran. Ini pertama kalinya dia melihat wujud bulan yang begitu besar seperti saat ini.
"kita akan memasuki daerah kerajaan Yeon, pemilik kekuatan kristal elemen air" jawab pangeran Woon menjelaskan.
Lelaki itu menoleh sejenak ke arah gadis bumi yang berjalan di sampingnya. Dan Oh selalu menunjukkan ekspresi semangat dan kekaguman yang menggebu-gebu di sorot matanya. Sinar matanya begitu nampak hidup dan bercahaya. Ekspresi wajahnya nampak seperti bocah yang selalu penasaran dengan banyak hal. Tanpa sadar ekspresi gadis itu mengundang senyum di wajah sang pangeran.
Siera yang berjalan berdampingan dengan Gwi dan berada di belakang keduanya mengamati wajah Woon dengan seksama. Dari sisi wajah samping adiknya itu sang putri menyadari bahwa Woon telah menunjukkan senyumnya kembali. Sang kakak tak mampu untuk menahan diri agar tidak tersenyum melihat adiknya kembali menunjukkan cahaya kehidupan di wajahnya lagi.
Keenam rombongan itu sedang berjalan menyurusuri anak sungai dengan air yang nampak berkilauan tersebut. Woon dan Dan Oh berada di barisan depan disusul oleh Siera dan Gwi. Barisan terakhir adalah Ryu dan Key. Ryu sedang berjalan sambil meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala, berjalan santai dengan menyandarkan kepala di kedua tangan kekarnya.
"Kerajaan negeri Yeon?" tanya Dan Oh menanggapi penjelasan sang pangeran. Gadis itu tidak memperhatikan ekspresi kehangatan yang muncul di wajah Woon saat memandanginya. Dia terlalu fokus dengan pemandangan menakjubkan yang ada di hadapannya.
" benar sekali Dan Oh, kekuatan elemen air akan maksimal ketika bulan bersinar terang dan berada pada keadaan purnama. Itulah mengapa kerajaan negeri Yeon adalah negeri yang letaknya paling dekat dengan bulan." sahut Siera yang juga menyadari keantusiasan dan binar mata di wajah Dan Oh. Gadis SMA itu mengangguk pelan setelah mendengarkan penjelasan sang putri.
" Sepertinya bentuk lintasan bulan di Planet ini tidak sama dengan bulan yang mengelilingi Bumi. Ternyata ada bagian di planet ini yang lebih dekat dan lebih jauh dari bulan, aku tidak pernah mendengar tentang hal ini di Bumi" batin Dan Oh dalam hatinya.
Rombongan itu terus berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Mereka semua ingin menikmati perjalanan indah tersebut dalam kesunyian. Tidak lama kemudian mereka menemukan ujung dari sungai yang berakhir di sebuah lautan luas terhampar di hadapan keenam rombongan itu. Ada beberapa batu karang putih yang nampak seperti sedang ditutupi salju dan menjulang di atas lautan.
Langit malam di atas lautan tersebut dipenuhi dengan aurora yang nampak bersinar terang berwarna pelangi. Sesekali cahaya aurora itu berubah warna dan membuat cerminan warna di permukaan air laut berubah sesuai dengan perubahan aurora di atasnya. Cahaya bintang memenuhi langit seperti keadaan di luar angkasa, sementara bulan yang besar terlihat sebagian saja diatas lautan membuatnya nampak seperti sedikit tenggelam di garis atas ujung lautan.
"kita sudah sampai" ucap Woon singkat menghentikan langkah rombongan yang mengikuti di belakangnya.
"sampai dimana? Mana guanya ?" tanya Dan Oh kebingungan. Gadis itu mengangkat tangan kanannya di atas mata untuk memandang ke arah hamparan air laut yang nampak begitu jauh dan luas di hadapannya.
"di tengah lautan disana" sang pangeran mengangkat tangannya dan menunjuk ke tengah lautan.
"aku tidak melihat apapun seperti daratan ataupun gua disana" gadis itu menoleh ke arah Woon dan ikut menunjuk ke arah yang diindikasikan oleh sang pangeran.
"tentu saja kau tidak bisa melihatnya... Dia tinggal di suatu gua yang tidak terlihat" jelas Woon dengan nada lembut. Tak biasanya lelaki itu menanggapi celotehan Dan Oh dengan kelembutan seperti ini, biasanya lelaki itu akan langsung marah atau merasa kesal dengan kecerewetannya. Dan Oh menoleh ke arah sang pangeran dengan wajah penuh tanda tanya, namun Woon hanya menunjukkan senyumannya.
"Tapi Woon.... Bagaimana cara kita bisa sampai kesana? Semua disini hanyalah air." ucap Siera ikut bergabung dalam percakapan keduanya.
"entahlah kak.... Tapi kita harus menemukan jalannya" jawab Woon sambil memandang sekeliling, mencoba mencari sesuatu yang mampu dijadikan sebagai jalan alternatif agar sampai ke gua.
"apa itu?" ucap Key tiba-tiba saat mengamati lautan di hadapannya.
Semua anggota lainnya mengikuti arah pandang Key dan menemukan dua cahaya merah menyala di antara udara di atas lautan. Cahaya merah itu nampak bulat sempurna seperti sepasang mata yang sedang mengamati keenam pemuda dan pemudi yang sedang berdiri di pinggir lautan itu.
Tiba-tiba ada cahaya lebih besar yang muncul lagi. Cahaya itu berwarna Orange kemerahan dan muncul di bawah kedua cahaya merah tadi. Namun berbeda dengan cahaya merah bulat yang ukurannya tidak berubah, ukuran cahaya orange kemerahan itu nampak semakin membesar dan mendekat. Cahaya itu meluncur ke arah rombongan kerajaan Hwon dengan kecepatan seperti meriam.
"api! Menghindar!" ucap Woon dengan nada tinggi menyadari cahaya itu adalah gumpalan bola api yang disemburkan dengan kecepatan maksimal ke arah rombongannya.
"Duaarrrr!!!" suara bola api itu membentur keras tanah di pinggiran pantai dan membuat rombongan manusia itu terpental jauh dari tempatnya berdiri. Mereka terpencar ke segala arah dan terjatuh di tanah.
"kita diserang!" jerit Ryu panik yang masih berada di posisi terlungkup jatuh di atas tanah.
"apa itu tadi?" tanya sang manusia serigala kebingungan kemudian bangkit dari posisi jatuhnya.
Dua cahaya merah di udara yang ada di tengah lautan itu nampak mengudara semakin tinggi dan terbang mendekat. Seekor naga kristal es yang sangat besar dengan mata merah menyalanya sedang terbang menuju pinggir lautan mendekati rombongan Woon. Di atas udara yang tinggi, sang naga perkasa itu membuka mulutnya lebar. Tidak lama kemudian muncul bola api lain dari dalam mulutnya. Api itu meluncur dengan cepat dan menghujani pinggiran lautan dimana ada Dan Oh dan rombongan kerajaan Hwon lainnya.
"duaaarr!!" bola api itu kembali menghantam keras tanah di pinggiran laut. Dan Oh terpental keras ke arah lautan. Tubuh mungil gadis itu masuk dan tercebur ke dalam air yang memiliki ketinggian sekitar dua puluh centi di atas pasir pantai yang dipijaknya. Dan Oh memegangi kakinya yang terbentur dengan kuat dan merasakan nyeri di kakinya. Dengan sedikit bersusah payah, gadis itu mencoba untuk bangkit dan berdiri.
"deem!!" naga besar itu baru saja mendarat tepat di hadapan Dan Oh. Gadis bumi itu seketika mematung di tempat, memandang panik ke arah naga yang menatapnya tajam. Mata merah sang naga nampak siap menerkamnya.
"Eun Dan Oh!!" panggil pangeran Woon dengan suara lantang memanggil Dan Oh yang terdiam di tempatnya. Lelaki itu sangat panik dan ingin berlari sambil menyerang sang naga dengan kedua pedangnya. Namun dia memilih untuk diam di tempat karena khawatir jika dia tiba-tiba menyerang maka naga itu akan terkejut dan malah melukai Dan Oh.
Naga es putih itu menatap Dan Oh dalam diam. Badannya yang tinggi dan besar membuat Dan Oh hanya setinggi lutut depannya. Perlahan-lahan naga itu mulai membuka mulutnya dan memperlihatkan gigi runcing yang nampak besar dan rapat memenuhi seisi mulutnya. Dan Oh memundurkan kaki kanannya satu langkah ke belakang sambil mengangkat tangan kanannya untuk menutupi wajah dengan punggung tangannya. Naga itu semakin menegakkan badannya dan meninggikan posisinya ketika melihat perubahan sikap Dan Oh. Secara perlahan sang naga menggerakkan kepalanya ke bawah sehingga sejajar dengan tangan gadis mungil tersebut. Naga itu tetap memandang Dan Oh dengan kedua mata merahnya dan mulai mendekatkan kepala besarnya ke arah gadis itu.
"apa yang dia lakukan?" tanya Woon bingung melihat perilaku sang naga yang berdiri di hadapan Dan Oh sambil merendahkan kepalanya. Dia seolah ingin memberikan hormat kepada gadis bumi tersebut.
Dan Oh tidak begitu yakin, namun secara perlahan dia mengarahkan tangan kanannya ke arah kepala naga yang ada di hadapan wajahnya. Dengan sedikit ragu dia mulai memegang kepala sang naga dan mengelusnya dengan hati-hati. Naga itu semakin merendahkan kepalanya ketika mendapatkan perlakuan Dan Oh yang seolah menyambut kedatangannya.
"apakah kau ingin menemui tuan Elmo, yang mulia?" tiba-tiba suara yang besar dan serak terdengar dari arah naga besar itu.
"huh?" jawab Dan Oh dengan refleks.
"naiklah ke punggung hamba, dan hamba akan memperlihatkan tempatnya kepada yang mulia" ucap naga itu masih dalam posisi merendahkan kepalanya di bawah tangan Dan Oh.
"apa?" tanya Dan Oh kebingungan mendengarkan ucapan sang naga. Dan Oh menoleh dan memandang ke arah teman-temannya yang berdiri di belakangnya dengan penuh kebingungan.
Woon berjalan mendekati Dan Oh dan sang naga diikuti oleh rekan lainnya. Mereka berdiri berkeliling di sekitar kepala naga dan Dan Oh.
"apakah artinya kau akan memberikan tumpangan kepada kami?" pangeran Woon bertanya kepada sang naga.
"benar...." jawab naga itu dengan singkat.
"cchh.... Setelah kau menyerang kami dengan brutal kau bilang ingin memberikan tumpangan sekarang?" tanya Gwi sang manusia serigala dengan curiga.
"mohon maafkan saya, saya tidak menyadari bahwa itu ternyata adalah yang mulia dan sahabatnya" ucap sang naga dengan suara rendah.
"apakah kami bisa mempercayaimu?" tanya sang pangeran sekali lagi untuk memastikan bahwa segalanya berada di dalam kendali.
"iya..." ucap naga sambil menganggukkan kepalanya yang besar.
"baiklah... Mari kita semua naik..." perintah sang pangeran kepada rekan seperjalanannya.
"apakah kau sudah gila?" Dan Oh langsung menahan tangan Woon dan memandangnya dengan panik. Bagaimana mungkin mereka bisa mempercayai naga yang baru saja hampir membunuhnya itu?
"tidak juga, apakah kau punya alternatif lain?" sang pangeran melempar pertanyaan lain kepadanya. Dan Oh hanya terdiam dan tidak memberikan jawaban. Gadis itu kemudian melepaskan tangannya dari Woon sambil menggeleng pelan.
"kalian setuju kan?" tanya pangeran Woon bergantian memandang rekannya yang lain. Siera, Key dan Ryu langsung mengangguk mantap menyetujui usulannya. Namun Gwi nampak masih ragu meskipun pada akhirnya dia ikut mengangguk.
"lima lawan satu, kau kalah. Mari kita mengendarai naga ini untuk pergi ke gua" ucap Woon datar kepada Dan Oh.
Pangeran itu langsung mengambil jalan untuk menaiki punggung naga yang menunduk di hadapannya. Tanpa banyak bicara, Siera, Key, Ryu serta Gwi ikut naik dan mengambil posisi duduk di belakang Woon sementara Dan Oh masih tetap berdiri di tempatnya.
"apakah kau butuh bantuan?" tanya sang pangeran sambil mengulurkan tangannya ke arah gadis mungil tersebut.
Dan Oh nampak sedang mempertimbangkan sesuatu, dia memandang ukuran tangan Woon dengan diam kemudian melihat secara bergantian ke arah rekan rombongan lainnya. Mereka semua menunggu respon darinya. Dengan sedikit keraguan yang masih tersisa di hatinya, Dan Oh akhirnya bersedia menerima ukuran tangan Woon di depannya. Sang pangeran segera menarik tubuh mungil Dan Oh di bawahnya kemudian membuat gadis itu duduk di depannya.
Naga kristal putih itu berdiri tegak setelah semua orang telah berada di punggungnya. Dia membuka lebar kedua sayapnya dan lepas landas terbang ke udara. Sang naga mengepakkan kedua sayapnya yang nampak keras dan kuat serta membawa keenam manusia di punggungnya ke ketinggian langit malam. Naga itu berputar dan terbang kembali ke arah lautan.
Pemandangan di tempat itu nampak lebih mempesona saat di lihat dari angkasa. Mereka merasa seperti bisa menyentuh awan dan menembus aurora yang berwarna-warna di udara. Naga itu terus mengajak mereka berenam terbang di angkasa dan merasakan terpaan angin yang terasa sejuk menerpa wajah mereka. Dan Oh memejamkan matanya untuk menikmati sensasi terpaan angin yang membuatnya merasa tenang dan ringan di angkasa. Semua keraguan dan ketakutannya seketika menghilang. Gadis itu mulai mengangkat kedua tangannya dan membuat dirinya seolah terbang mengangkasa.
Woon yang berada di belakangnya dan khawatir jika gadis itu terjatuh karena tidak berpegangan merasa terganggu dan ingin mengingatkannya untuk lebih berhati-hati. Namun melihat betapa gadis itu nampak menikmati keadaannya, Woon membatalkan keinginannya untuk menegur Dan Oh. Dengan perlahan Dan penuh keraguan akhirnya Woon memegang kedua pinggang Dan Oh dan memastikan bahwa gadis tersebut tidak akan terjatuh.
Dan Oh merasakan sentuhan Woon, dia segera membuka matanya dan menoleh ke arah sang pangeran. Gadis itu mengerti arti dari gestur yang dilakukan Woon kepadanya. Lelaki itu ingin melindunginya sekaligus membiarkannya menikmati keadaan. Dan Oh tersenyum dan berterima kasih kepada sang pangeran sebelum kembali menoleh ke depan dan memandang pemandangan indah di hadapannya. Dia terus saja mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum.