"jangan melucu" tegas gadis itu singkat dengan nafas yang terengah-engah.
Sang manusia serigala sempat menunjukkan senyum tipisnya dan merasa bahwa keadaan yang dihadapinya saat ini cukup lucu. Setiap manusia yang ditemuinya dan mengetahui wujud aslinya akan berlari ketakutan atau menyerangnya. Namun gadis kecil ini tidak menampakkan ketakutan apapun dan malah membantunya. Memang benar bahwa gadis ini telah berusaha menyerangnya ketika pertama kali melihat wujud manusia serigalanya, namun sekarang kenyataan bahwa dia sedang berusaha menolong manusia serigala yang sebelumnya telah dia serang adalah hal yang lucu menurut Gwi.
Siera akhirnya menemukan sebuah gua yang nampaknya aman dijadikan tempat persembunyiannya bersama Gwi. Gadis itu segera memasuki gua tersebut dan menyandarkan tubuh manusia serigala itu di dinding Gua. Dia memeriksa luka yang ada di tubuhnya dan mengernyitkan dahinya. Lukanya cukup parah.
Siera membuka bagian dalam bajunya yang bersih dan menyobeknya. Dia segera membalut luka di dada dan leher Gwi dengan erat untuk menghentikan pendarahannya. Gwi hanya mampu melihat gadis kecil tersebut dengan matanya yang sayu, dia kehilangan banyak darah dan mungkin saja akan segera kehilangan kesadarannya namun dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menutup matanya.
Setelah memastikan bahwa luka Gwi telah tertutup dengan rapat, Siera segera berdiri dan menuju keluar Gua. Gwi memandang punggung gadis itu sampai akhirnya dia tertidur tak lagi mampu menahan matanya untuk tidak tertutup.
Sang putri mencari ke sekeliling hutan tanaman obat yang mampu dia gunakan sebagai penyembuhan luka Gwi. Setelah dia menemukan tanaman obat dengan jumlah yang cukup, dia segera kembali ke Gua dan melihat bahwa lelaki itu sedang tertidur. Siera membantu menidurkan tubuh manusia serigala tersebut di posisi yang lebih nyaman dan segera mengobati lukanya. Setelah dia menyelesaikan pengobatan untuk Gwi, sang putri segera membuat api unggun untuk menghangatkan dirinya dan manusia serigala tersebut.
Gwi membuka matanya ketika matahari sudah tinggi, dia menemukan gadis kecil Siera sedang memandanginya dengan seksama di samping tubuhnya.
"akhirnya kau siuman" ucap gadis kecil itu dengan muka datar.
Gwi mencoba untuk mendudukan tubuhnya, dia menemukan bahwa lukanya telah terbungkus dengan sempurna dan darah telah berhenti mengalir dari lukanya. Dia tahu bahwa gadis ini menggunakan tanaman obat untuk menyembuhkan lukanya. Gwi tersenyum menyadari semuanya.
"untuk ukuran gadis kecil sepertimu, kau cukup mengetahui banyak hal" puji sang manusia serigala kepada gadis kecil itu. Nampak jelas jika gadis ini jauh lebih muda darinya yang saat itu berusia di pertengahan tiga puluhan.
"jangan meremehkanku" Siera menimpali ucapan Gwi. Sang manusia serigala tersenyum tipis dan berterima kasih kepadanya karena telah mengobati lukanya.
"kau bisa saja meninggalkanku disana, apakah kau tidak takut dengan manusia serigala sepertiku?" tanya Gwi penasaran. Sang putri menggeleng pelan.
"tidak ada yang aku takuti" ucapnya datar.
"yah... Itu terbukti dari kejadian kemarin. Bagaimana bisa seorang gadis kecil sepertimu pergi ke hutan terdalam sendirian di tengah malam.... Sungguh membahayakan" sang manusia serigala menggelengkan kepalanya. Siera tak menjawabnya dan hanya terdiam saja.
"apa kau tau makhluk apa yang kemarin menyerang kita?" tanya Siera kepada remaja laki-laki itu. Sepertinya dia telah lama tinggal di hutan ini, mungkin saja dia mengetahui sesuatu.
"tidak... Ini adalah pertama kalinya aku melihatnya. Kematian para makhluk mistis memang sudah terjadi beberapa waktu ini dan aku mulai curiga... Tidak kusangka bahwa monster itu adalah pelakunya." jawab Gwi menjelaskan keadaan di hutan. Selama dia berada di hutan Gwi memang melakukan perburuan hewan lain untuk bertahan hidup. Namun dia tidak pernah menyentuh makhluk mistis di hutan ini.
"siapa namamu?" tanya Gwi kemudian.
"Siera" jawab sang putri dengan singkat.
"Siera...." Gwi mengulang nama gadis tersebut dengan perlahan, mencoba memaknai setiap hurufnya agar dia tidak pernah melupakan nama gadis kecil yang telah menyelamatkannya.
"aku Gwi..." sang manusia serigala memperkenalkan dirinya. Gadis kecil itu hanya mengangguk paham.
"Gwi" panggilnya singkat kepada sang manusia serigala. Gadis itu tak menampakkan ekspresi apapun.
Ekspresi Siera kecil ketika pertama kali memanggil namanya selalu diingat oleh Gwi. Sebenarnya manusia serigala itu mengingat segalanya tentang gadis tersebut, semenjak dia masih menjadi gadis kecil. Dia juga mengingat wajah Siera yang beranjak dewasa ketika memanggil namanya, dan raut muka Siera dewasa serta suaranya lembutnya saat memanggil nama itu. Suara dan bayangan wajah Siera selalu terngiang di pikiran manusia serigala tersebut dan tersimpan rapi di dalam hatinya.
"Gwi..." suara Siera menggema di udara. Hanya ada cahaya putih yang memenuhi pandangan mata manusia serigala itu.
"Gwi..." suara putri itu kembali memanggilnya.
Gwi mulai membuka matanya, dia melihat langit-langit sebuah gua yang mulai nampak jelas di pandangannya. Lelaki itu menoleh ke samping dan menemukan gadis bumi Dan Oh sedang mengobati lukanya dengan kekuatan kristal mondwat. Wajah gadis itu tengah disinari oleh redup cahaya dari api unggun yang mereka nyalakan. Dan Oh mengangkat wajahnya dan melihat bahwa manusia serigala itu sudah sadarkan diri dari pingsannya selama beberapa hari ini.
"Oh panglima Gwi? Kau sudah siuman ?" tanya gadis mungil itu kepada sang manusia serigala dengan wajah penuh kekhawatiran. Gwi belum mampu memberikan responnya ketika gadis itu kemudian memanggil semua anggota rombongannya dan menginfokan tentang dirinya yang telah sadarkan diri.
Seketika ruangan gua itu dipenuhi oleh empat orang lainnya yang bergabung dan melihat keadaan Gwi. Dan Oh baru saja membantu panglima itu untuk duduk dari posisi tidurnya. Semua rekannya nampak bahagia karena dia telah sadarkan diri, namun manusia serigala itu hanya fokus memandang sang putri yang melihatnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Gwi..." panggil Siera pelan. Gwi tersenyum penuh arti. Gadis itu selalu memanggilnya dengan nada dan ekspresi yang sama, dia tidak pernah berubah.
Gwi segera berdiri dari posisinya dan berjalan menuju Siera. Panglima setia itu berhenti beberapa langkah dihadapan putri yang sudah lama dilayaninya dan berlutut seperti seorang kesatria. Dia menundukkan kepalanya dan meletakkan tangan kanannya di lutut kakinya.
"maafkan saya karena membuat semuanya khawatir, seharusnya saya mampu untuk lebih kuat dalam melindungi anda tuan putri" ucap sang panglima menunjukkan kesetiannya.
"kau memang harus kuat, tapi jangan dengan mudah mengorbankan nyawamu untuk orang lain. Hidupmu juga berharga, berdirilah..." ucap sang putri dengan suara lembut. Gwi mengangkat wajahnya dan mengamati sang putri yang memiliki sedikit ekspresi tersebut.
Dia berdiri seperti yang diperintahkan sang putri dan tersenyum di hadapannya. Siera menunjukkan simpul senyuman tipis untuk menanggapinya.
"panglimaaaaaa kau benar-benar membuatku khawatir!" Ryu segera merangkulkan tangannya di bahu sang panglima sambil merengek. Sikapnya langsung membuat Gwi merasa gerah. Dengan segera manusia serigala itu melepaskan tangan Ryu dan menjauh darinya.
Sikap keduanya mengundang tawa dari rekan rombongan lainnya. Gwi pun ikut tersenyum bahagia karena mampu kembali bergabung dengan rombongannya. Sekali lagi, manusia serigala itu memandang ke arah sang putri dan memancarkan kehangatan yang tersirat dari matanya. Manusia serigala itu telah lama mencintai sang putri yang dilayaninya.