Dan Oh dan Woon saling memandang sambil tersenyum bahagia. Mereka merasa senang karena akhirnya mampu menemukan titik lemah dari makhluk raksasa di hadapannya dan mereka percaya akan mampu mengalahkan pohon-pohon tanpa klorofil ini segera.
"Ryu! Pimpin semuanya untuk mencari jalan keluar, kami akan menjadi benteng kalian!" sang pangeran memberikan komandonya kepada pengawal yang juga menjadi sahabat masa kecilnya. Ryu mengangguk mantap dengan mengerti.
Ryu dan Siera segera berlari ke arah Gwi yang tidak sadarkan diri sementara Key mengikuti mereka dari belakang. Setiap kali ada akar yang akan menyerang ketiganya, dengan sigap Dan Oh dan Woon melancarkan serangannya sehingga tak ada satupun dari rekannya yang kembali terluka.
Siera segera berlutut di hadapan Gwi, dia memeriksa tanda-tanda vital manusia serigala tersebut. Gadis itu nampak sangat ketakutan saat membayangkan bahwa pengawal yang selalu menemaninya akan pergi meninggalkannya hari itu. Dia mampu sedikit bernafas lega saat merasakan denyut nadinya.
"dia terluka parah, denyut nadinya terlalu lemah" ucap sang putri kepada dua rekannya. Wajah pucat sang manusia serigala nampak lebih putih dari biasanya, lelaki itu telah kehilangan banyak darah. Ada raut wajah kekhawatiran besar dalam ekspresi wajah sang putri. Ryu hanya mengangguk pelan. Dia segera mengangkat tangan Gwi dan menggendong panglima atasannya itu di punggungnya. Siera membantu sang pengawal karena khawatir jika sang panglima akan memiliki luka yang lebih parah jika mereka tidak memperlakukannya dengan hati-hati.
"mari kita lakukan bersama" Pangeran Woon mengajak Dan Oh dengan semangat yang menggelora untuk menghancurkan setiap pohon lainnya yang masih berdiri tegak. Dan Oh mengangguk mantap kemudian memasangkan busur ke tubuhnya dengan tali yang disilangkan di atas bahunya membuat gadis itu mampu dengan maksimal menggunakan kedua tangannya untuk mengendalikan air. Woon juga melakukan hal yang sama, dia menyaeungkan kedua pedangnya di sarung punggungnya dan siap mengeksekusi para pasukan O'lik daraxt yang telah dikeriputkan oleh Dan Oh.
Ryu telah menggendong Gwi di punggungnya sementara Siera menahan tubuh Gwi yang melemah agar tidak jatuh dari punggung sang pengawal muda. Bersama dengan juga Key, mereka bertiga mulai berlari kencang menuju utara untuk meloloskan diri dari hutan putih ini. Mereka telah di hadang oleh dua raksasa pohon yang menutupi jalannya, namun hal itu bukanlah sebuah masalah. Segera semua air yang ada dalam tubuh monster itu ditarik keluar dan terbang jauh ke arah belakang rombongan manusia yang sedang berlari kencang itu. Dan Oh dan Woon telah mengikuti ke empat rekannya dari belakang sambil terus melancarkan serangan mereka. Tepat saat semua kandungan air dari dua pohon yang menghadang itu telah habis tak bersisa ada serangan api besar yang diluncurkan oleh Woon dan membakar habis keduanya. Ketika Ryu, Siera dan Key serta Gwi melewati tempat pohon itu mereka telah berubah menjadi abu dan pergi menghilang.
Mereka terus berlari kencang dalam waktu yang cukup lama. Di ujung utara Ryu mampu melihat cahaya putih terang dari rembulan dan suara-suara hewan kecil memenuhi udara. Mereka hampir meninggalkan dan keluar dari hutan putih ini. Ketiga orang itu akhirnya mampu menginjakkan kakinya di suatu rumput hijau yang menjadi tanda kehidupan di sekitarnya. Mereka terus berlari memasuki hutan hijau yang kaya akan kehidupan.
Sementara itu Dan Oh dan Woon berhenti di ujung jalan dan berbalik badan. Dan Oh membuka lebar kedua tangannya dan mengumpulkannya menjadi satu dengan perlahan, dia mampu mengeluarkan semua air dari sekitar dua puluh pohon yang tersisa. Dan Oh mengeluarkan semua air dalam tubuh mereka tanpa tersisa. Ketika kulit kayu mereka telah keriput, Woon membuat kuda-kuda dan merentangkan kedua tangannya. Dia menarik nafas dalam dan menyemburkan api yang begitu besar dan membakar semua bangsa O'lik daraxt yang masih tersisa. Keduanya menyaksikan bagaimana api besar dan ganas itu melahap habis sisa kehidupan dari hutan putih yang tersisa. Sinar orange kemerahan nampak berpendar terefleksikan di wajah Dan Oh dan Woon yang telah bekerja sama dengan baik menghancurkan musuh mereka.
"mereka benar-benar hebat!" komentar Key yang menyaksikan terbakarnya hutan putih dari kejauhan. Ryu yang baru saja meletakkan Gwi di tanah dibantu oleh putri Siera menoleh ke arah hutan tersebut dengan terbengong dan wajah penuh kekaguman. Dia tidak pernah membayangkan bahwa kekuatan kristal yang dimiliki oleh kedua rekannya itu ternyata begitu luar biasa.
Siera adalah satu-satunya orang yang tidak menoleh ke arah serangan final yang diluncurkan oleh adik dan gadis penduduk Bumi itu. Pandangannya hanya terfokus kepada Gwi, dia mengelus lembut rambut kemudian pipi Gwi dengan tangannya. Sang putri mengecek luka manusia serigala itu dan menemukan bahwa pengawalnya masih terus menerus kehilangan darahnya.
"kekuatan kristal itu memang berbeda" ucap Ryu berdecak kagum memuji kedua kekuatan kristal yang dimiliki oleh Dan Oh dan sang pangeran. Komentarnya disetujui oleh anggukan panglima wanita seniornya, Key.
"waaah!! Kita mengalahkan mereka semua!" Dan Oh merasa begitu senang. Dia mengungkapkan rasa bahagia dengan girang kepada pangeran Woon yang berdiri di hadapannya. Tiba-tiba Woon mengangkat telapak tangan kanannya sejajar dengan bahu dan menghadap ke arah gadis tersebut.
" high five" kata sang pangeran dengan nada dan ekspresi datar.
Dan Oh memandangi sang pangeran dengan bingung. Dia sungguh yakin bahwa sebelum ini Woon pernah berkata kepadanya bahwa dia tidak akan mau melakukan high five karena baginya hal itu adalah hal yang kekanakan. Namun kenapa tiba-tiba lelaki ini malah berinisiatif terlebih dahulu untuk memulai hal yang dianggapnya sebagai lelucon yang tak lucu itu. Gadis itu tidak paham.
Woon yang melihat bahwa gadis tersebut hanya terdiam dan tidak menyambut tangannya dengan tepukan akhirnya menarik tangan kanan gadis tersebut menggunakan tangan kirinya. Dia memukulkan tangan gadis itu pelan pada telapak tangan kanannya sehingga keduanya melakukan high five. Woon melakukan semua itu tanpa ekspresi apapun di wajahnya, seolah dia menganggap bahwa hal yang dilakukannya adalah sesuatu normal yang sudah biasa dia lakukan.
"apa-apaan kau ini? Kau bilang hal itu kekanakan? Kenapa kau malah memaksaku melakukannya denganmu sekarang? Kau benar-benar plin-plan" ucap Dan Oh tak mampu memahami maksud dari tindakan sang pangeran yang ada di hadapannya.
Woon tidak menanggapi ataupun menjawab ucapan gadis tersebut. Dia hanya mengaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal sambil tersenyum. Yah lelaki itu sekarang sedang merasa malu karena komentar yang diberikan oleh Dan Oh. Gadis bumi itu melebarkan matanya ketika menangkap ekspresi wajah Woon yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Gadis itu belum pernah melihat langsung dengan kedua matanya bagaimana cara lelaki itu tersenyum.
"ommo! Ommo! Sebentar.... Sebentar...." Dan Oh mencoba merogoh sesuatu dari saku tas ranselnya. Dia mengeluarkan ponsel androidnya dan membuka aplikasi kameranya.
"Jebret" terdengar suara kamera ponsel tersebut mengabadikan momen langka dari senyuman yang dinampakkan oleh Woon secara terang-terangan untuk pertama kalinya di hadapan gadis itu. Sebenarnya sudah beberapa kali lelaki itu tersenyum karena gadis yang bernama Eun Dan Oh, hanya saja gadis itu belum sadar dengan hal ini.
"dapat!" ucap Dan Oh senang.
"apa yang kau lakukan?" tanya Woon heran saat melihat benda asing yang dipegang oleh gadis bumi itu.
"tadaaa!!" gadis itu memperlihatkan hasil gambar yang didapatkannya kepada pangeran Woon dengan begitu riangnya. Sang pangeran nampak heran dan penasaran melihat layar ponsel persegi panjang yang menampilkan gambar ekspresi wajahnya saat sedang tersenyum.
" apa ini?" tanya sang pangeran bingung.
"handphone" gadis itu menjawab singkat sambil menarik kembali ponselnya dari hadapan Woon. Dia mengamati gambar yang berhasil dia ambil dengan kamera ponselnya. Gadis itu tersenyum senang karena mampu menyimpan ekspresi tersenyum Woon yang nampak sangat tampan seperti itu.
"ommo... Ommo..." Dan Oh terkejut ketika ponsel yang dibawanya tiba-tiba mati karena kehabisan baterai. Dia merasa kecewa karena tidak mampu berlama-lama memandang wajah tampan itu, gadis itu cemberut dan nampak kesal.
"apakah tidak ada yang memiliki listrik disini? Atau mungkin.... Petir? Apakah tidak ada yang memiliki kekuatan petir? Aku butuh itu untuk mengisi ulang daya di bateraiku" tanya gadis itu kepada sang pangeran. Woon hanya memandang Dan Oh dengan ekspresi kebingungan. Gadis itu berdecak kesal karena nampaknya pangeran Woon tidak mampu memahami apa yang dia katakan.
"lupakanlah" ucapnya ketika melihat ekspresi bingung Woon. Gadis itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku tas ranselnya.
"Tapi.... Bagaimana menurutmu? Menyenangkan bukan melakukan high five?" gadis mungil itu tersenyum ceria dan mengubah topik pembicaraan kepada Woon.
Sang pangeran terdiam sejenak dan nampak melamun saat memandang senyuman indah di wajah Dan Oh. Dunia di sekelilingnya nampak telah pudar, suara di sekitarnya nampak menghilang. Sejenak lelaki itu hanya fokus dan menikmati waktunya untuk menyaksikan senyuman ceria dari manusia yang datang dari planet lain tersebut. Ketika dia kembali sadar dari lamunannya, Woon segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain, tiba-tiba merasa begitu kikuk.
"entahlah" gumam Woon datar sambil berlalu pergi, berjalan menuju rombongan tempat rekan lainnya berada.
"chh" desah Dan Oh kesal.
Siera menyadari bahwa kedua orang rekannya telah berhasil mengalahkan makhluk O'lik daraxt dan sedang berjalan menuju tempat mereka dari kejauhan. Sang putri segera berdiri dari tempat duduknya dan datang menghampiri Dan Oh dengan wajah yang nampak panik. Hal ini membuat Woon dan juga Dan Oh menjadi khawatir.
"Eun Dan Oh, bisakah kau menyembuhkan Gwi sekarang?" desak sang putri kepada gadis bumi itu. Mereka hampir melupakan kondisi Gwi.
Melihat ekspresi horor di wajah Siera membuat keduanya menjadi panik. Mereka bertiga segera berlari menuju tempat Gwi sedang terbaring lemah. Jubahnya telah basah oleh darah yang mengucur deras. Dan Oh segera duduk di samping Gwi dan meletakkan kedua tangannya di atas perut sang manusia serigala.
Ada pendar cahaya biru yang muncul di tangannya, darah di sekitar perut Gwi mulai menghilang dan lukanya telah tertutup dengan sempurna. Semua orang yang mengelilingi mereka menunggu dengan penuh cemas dan berharap laki-laki itu akan segera bangun, tapi tidak... lelaki itu masih terkulai lemas tak sadarkan diri.
Siera segera duduk di samping Dan Oh dan memeriksa tanda vital manusia serigala tersebut. Semuanya mulai kembali normal meskipun masih sedikit lemah. Tak ada gerakan apapun dari lelaki itu. Sang putri membuka kembali baju Gwi untuk mengecek lukanya. Luka tusukan di perut putih dan berotot itu memang sudah menghilang dan tertutup sempurna, namun ada tanda akar melingkar berwarna abu-abu yang muncul di sekitar perut tempat luka tadi terbuka. Sang putri mengernyitkan dahinya.
O'lik daraxt adalah makhluk yang menyerap racun dan sihir hitam di sekitarnya. Nampaknya serangan yang melukai Gwi telah mentransferkan racun itu ke dalam tubuh sang manusia serigala. Racun dari sihir hitam yang sangat berbahaya. Siera nampak putus asa. Sang Putri mengambil tangan kanan Gwi dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya. Dia mengingat momen ketika Gwi menghadang serangan yang seharusnya ditujukan padanya. Jika saja manusia serigala itu tidak mencoba melindunginya tadi, maka dia tidak akan terluka dan menderita seperti ini sekarang.
Kekuatan elemen kristal mampu menyembuhkan luka fisik Gwi, namun nampaknya tak mampu menghilangkan racun dari sihir hitam yang masuk ke dalam tubuhnya. Tidak ada satu orangpun yang tau kapan lelaki itu akan terbangun dan sembuh dari lukanya. Dan tidak ada yang tahu pula apakah dia akan mampu untuk sadar atau malah akan menghadapi keadaan yang lebih buruk nantinya.
Siera mengangkat tangan Gwi dengan kedua tangannya dan meletakkan telapak tangan lelaki itu di wajahnya. Dia memandang pengawal setianya dengan wajah sendu.
"Gwi.... Tidak ada yang meragukan kekuatanmu... Kau pasti bisa melewati semua ini dengan baik, Sadar lah..... Aku tidak ingin menyaksikan kematianmu...." gumam putri itu pelan dan menutup matanya.