Entah sudah berapa hari berlalu sejak Dan Oh bergabung dalam perjalanan rombongan pasukan Hwon menuju utara. Dia tidak bisa menghitung berapa kali matahari telah terbit dan terbenam lagi, yang dia ketahui hanya kapan waktu siang dan malam disini. Setelah melewati begitu banyak hutan, gunung, sungai, lembah dan perbukitan rombongan itu sekarang memasuki area dataran berair yang nampak begitu luas sejauh mata memandang. Semua warna, suara dan cahaya nampak menghilang di tempat ini. Hanya kesenyapan yang memenuhi udara di sekitar sini, semua nampak begitu abu-abu.
"ini dia, hutan putih " gumam Woon pelan kepada rekan perjalanan yang lainnya.
"kenapa kau menyebutnya hutan? tidak ada satupun pohon disini, menurutku lebih tepat menyebutnya sebagai rawa" komentar Dan Oh sambil berbisik. Entah mengapa atmosphere tegang dan menyeramkan di tempat ini membuat gadis itu merasa takut untuk bersuara keras, dia khawatir jika suaranya yang terlalu keras akan membangunkan suatu makhluk yang entah apa dan dimana terbangun dari tempatnya.
"lihatlah dengan lebih seksama...." gumam Woon pelan.
Dan Oh tidak mengerti dengan ucapan sang pangeran namun dia tetap memfokuskan matanya dan memandang berkeliling dengan menyipitkan matanya. Mencoba menangkap apapun yang tidak dia sadari sebelumnya.
Gadis itupun menyadari di dalam genangan air rawa yang nampak gelap itu ada puluhan batang kayu besar berwarna abu-abu yang memiliki batang hidung runcing dan mata yang tertutup. Batang kayu itu dipenuhi dengan lumut hijau tua. Wajah kayu itu memiliki gigi lebar dan besar berbentuk jeruji coklat kekuningan seperti dedaunan yang kering sementara telinganya menjulur ke atas dan berbentuk runcing. Otot dan rambut-rambutnya terbentuk dari akar-akar hijau lumut yang mengelilingi sekujur tubuh. Batang kayu itu juga memiliki kuku tangan dan kaki yang runcing dan sangat tajam. Panjang tiap bongkahan mungkin mencapai sepuluh sampai tiga puluh meter. Kulitnya nampak keriput namun terlihat kuat.
"a... Apa itu?" Dan Oh mendekat dan memegang erat lengan baju Woon. Dia merinding melihat pemandangan di hadapannya. Dia seperti menyaksikan adanya puluhan mayat raksasa dari pohon-pohon yang menyeramkan.
"O'lik daraxt" jawab Siera pelan. Mereka adalah satu-satunya bangsa pohon yang memihak kekuasaan Binju sang penyihir hitam. Saat ini mereka sedang tertidur pulas di dalam rawa, tapi jika ada yang masuk ke dalam rawa itu ataupun menginjak bagian rawa sedikit saja, maka O'lik daraxt akan segera membuka matanya dan itu akan menjadi mimpi buruk bagi siapapun yang bertemu dengan mereka dalam keadaan bangun.
"jangan pernah mengungkapkan apapun tentang rahasiamu dengan sengaja ataupun tidak sengaja disini, mereka bisa mendengar" lanjut sang putri menjelaskan kepada Dan Oh.
"apa maksudmu?" tanya gadis itu bingung. Siera memandang gadis itu dengan serius dan mendekatkan wajahnya kepada Dan Oh lalu berbisik di telinganya.
"pohon yang ada disini adalah budak dari Binju" bisiknya pelan hampir tidak terdengar. Dan Oh hanya mengangguk paham.
"perhatikan langkah kalian, jangan sampai menyentuh bagian rawa" Gwi memberikan peringatan keras dengan nada pelan. Semua anggota rombongan mengangguk pelan, tak ingin membangunkan O'lik daraxt dan terlibat kontak dengan mereka.
Sungguh melewati hutan putih ini adalah hal yang begitu ingin mereka hindari, namun ini adalah jalan satu-satunya yang bisa mereka tempuh untuk menuju ke utara. Mereka semua terus waspada dan berjalan dengan tegang. Dan Oh berjalan pelan sambil terus menempel kepada Woon dan memegangi lengan baju pangeran itu, dia menyembunyikan wajahnya ke punggung Woon. Dia tidak ingin melihat ke arah rawa yang nampak akan menghisap dirinya kapanpun saja. Mereka berdua berjalan di barisan paling depan.
Sementara itu Gwi menoleh ke arah Siera di belakangnya dan mengulurkan tangannya untuk sang putri. Dia mencoba membantu sang putri melewati jalan becek setapak itu agar tidak terjatuh, dan dia juga berfikir mungkin saja putri Siera juga merasa ngeri ketika melihat bangsa O'lik daraxt yang sedang tertidur seperti gadis bumi di depannya.
"aku tidak takut" ucap sang putri pelan memandang manusia serigala itu dengan datar. Gwi menurunkan tangannya dan berbalik badan, melanjutkan langkah kakinya dengan hati-hati namun tiba-tiba dia merasakan ada tarikan di bagian belakang bajunya. Sang putri sedang memegangi baju belakangnya dengan dua jarinya. Gestur ringan yang mungkin tak memiliki makna apapun bagi Siera ini mampu memunculkan senyum di bibir manusia serigala tersebut.
Sementara itu di bagian paling belakang Ryu nampak panik dan menempel kepada panglima wanita di depannya. Dia berpegangan kepada kedua pundak Key dengan erat. Ryu tidak sadar bahwa pipi perempuan itu bersemu merah karena tingkah ketakutannya. Sang pengawal muda hanya terfokus kepada sekelilingnya, dia terus menoleh kesana-kemari karena khawatir apabila ada diantara O'lik daraxt yang akan terbangun tanpa sepengetahuannya. Ryu tidak fokus dengan langkah kakinya, dia tidak sadar bahwa ada akar yang menjulang dari tanah dan membuat lelaki itu tersandung dan kehilangan keseimbangan.
"wooh woooh....!" tiba-tiba terdengar suara keras Ryu dari barisan paling belakang. Lelaki itu terjatuh ke tanah dan dengan tanpa sengaja salah satu tangannya terperosok masuk ke dalam rawa.
"ups.." ucapnya pelan dan segera berdiri tegak. Kelima lawannya berbalik dan memandang sekeliling dengan waspada. Namun saat itu hanya keheningan yang mereka lihat, tak ada satupun gerakan dari dalam rawa. Bahkan sekedar hembusan angin, gerakan daun atau bunyi hewan kecil sama sekali tak terdengar di tempat ini.
"nggggeeeeeeekkkk" tiba-tiba terdengar suara batang pohon yang saling berhimpitan. Tak jauh dari empat mereka berada satu batang pohon baru saja membuka matanya, kemudian diikuti dua pohon lain dan selanjutnya semua pohon terbangun bersama.
"lari!" komando Woon kepada semuanya. Mereka berlari dengan sekuat tenaga mencoba keluar dari hutan ini, namun seberapa cepatpun langkah kaki mereka tak akan mudah untuk melewati hutan ini dengan cepat, tempat ini terlalu luas.
"kratak kratak..." tiba-tiba ada suara yang kembali muncul dari belakang mereka. Semua batang kayu itu telah berdiri menjulang dan berbaris membentuk hutan pohon abu-abu yang nampak tak berujung. Ketika semua pohon itu berdiri, bagian atas makhluk itu tak nampak dari tanah. Ketinggian O'lik daraxt nampak menjulang tinggi menembus angkasa.
"menghindar!" teriak Woon tiba-tiba.
Ada suatu cabang kayu yang bergerak dengan cepat mengarah pada gerombolan rombongan itu dari arah depan. Seperti akar yang menjalar dengan cepat, cabang kayu itu melingkar satu sama lain dan membentuk ujung runcing yang meluncur siap untuk menusuk apapun yang mengenai dan menghalangi jalannya.
"Jlebb!!" ujung cabang runcing itu menusuk tanah tempat rombongan Woon berdiri dengan bunyi dentuman yang keras. Mereka berenam dengan lincah menghindari cabang kayu yang tiba-tiba muncul dan menyerang mereka secara membabi buta.
Belum sempat bernafas lega dengan serangan itu, tiba-tiba ada akar menjalar yang muncul dari dalam tanah dan menyabet dengan keras ke arah mereka berenam secara bergantian.
"plakk!!" ujung akar itu memukul tanah dengan keras karena Gwi baru saja berhasil menghindari serangannya dengan melompat tinggi, namun kemudian ada akar lain yang menyerangnya dan memukul tubuh manusia serigala itu hingga terlempar keras menabrak pohon yang berdiri tegak di dekatnya. Akar pohon itu menyerang seperti seekor ular raksasa yang mengamuk dan menggerakkan kepalanya kesana kemari. Gwi terlempar begitu jauh dari tempat asalnya berdiri.
"Gwi!!" jerit putri Siera panik melihat pengawal setianya terjatuh. Gwi mencoba dengan bersusah payah untuk kembali berdiri sambil memegang perutnya yang terasa sakit karena terkena hantaman keras akar tersebut.
"sksksksksksk!!!" akar itu segera mengubah arah geraknya dengan cepat menuju putri Siera. Akar raksasa itu bersiap untuk menghantam tubuh sang putri.
"Clakk!!" terdengar suara kapak Ryu yang berhasil membelah akar itu dengan cepat dan tepat saat akar tersebut hampir mengenai tubuh Siera. Potongan akar itu terjatuh kaku ke tanah di dekat kaki sang putri. Tanpa sepengetahuan siapapun potongan akar itu bergerak dengan lambat dan masuk kembali ke dalam rawa.
"Berhati-hatilah kalian semua" ucap Woon kepada semua rekannya yang sedang berdiri berjauhan karena saling menghindari serangan batang kayu yang mengamuk tadi. Woon memandang sejenak ke arah Dan Oh untuk memastikan keadaan gadis itu, dia nampak baik-baik saja, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Gwi yang kini sudah mampu berdiri dengan sempurna. Setiap anggota rombongan itu saling bertukar pandang dan memastikan bahwa rekannya dalam keadaan baik-baik saja.
"hhngggg..... Dem... Dem...." tiba-tiba terdengar suara hantaman keras di tanah. Seperti sesuatu yang sangat besar dan berat sedang berjalan mendekat. Yah kumpulan O'lik daraxt yang telah terbangun dari tidurnya itu berjalan mengepung rombongan manusia kecil yang bahkan tidak setinggi telapak kakinya. Semua anggota rombongan segera berkumpul dan mendekat. Mereka berdiri saling memunggungi dan bersikap siaga atas serangan susulan yang mungkin akan segera terjadi.
"jadi keturunan dari keluarga Hwon masih hidup?" terdengar suara menggelegar yang serak dan berat muncul dari atas langit. Nampaknya salah satu dari O'lik daraxt sedang berbicara. Para pohon abu-abu itu terus mendekat, mereka memiliki keriput-keriput kayu di seluruh batangnya dan akar-akar panjang yang menggantung di seluruh batang pohon. Bagian tangan dan jari-jari mereka yang panjang dan runcing nampak jelas menggantung di hadapan rombongan kerajaan Hwon. Pohon-pohon tersebut menghentikan langkahnya dan berhenti sekitar lima meter dari rombongan manusia itu sedang berdiri dengan siaga.
"aku dengar kerajaan Hwon adalah pemilik kristal pertama, apakah kristal itu ada padamu pangeran?" tanya pohon itu pada Woon dengan suara besar dan seraknya.
"apa urusanmu?" tanya sang pangeran dengan suara datar.
Pohon itu berdehem keras sambil menyunggingkan senyumnya membuat bagian wajahnya nampak lebih runcing dengan bagian mata yang menghilang ke dalam di antara dua tonjolan kayu yang mendongak keluar. Pohon yang menanyai pangeran Woon adalah pohon yang paling besar dan nampaknya merupakan pemimpin dari bangsa O'lik daraxt. Makhluk itu menyeringai dan menampakkan gigi jerujinya yang tajam dan menyeramkan.
"serahkan kristal itu, maka kami akan membiarkanmu keluar hidup-hidup" ucap pimpinan makhluk itu kepada pangeran Woon.
"tidak akan! Aku tahu kalian adalah budak Binju" sang pangeran menolak dengan keras permintaan makhluk itu dan berbicara dengan nada mengancam.
"kalau begitu tidak ada pilihan lain" ucap pohon itu datar.
Tiba-tiba pepohonan di sekitar Woon dan rombongannya yang pada awalnya terdiam mulai bergerak. Mereka mencabut bagian kaki mereka dari dalam tanah kemudian berdiri mengelilingi para manusia kecil itu dan mengepungnya. Perbedaan tinggi yang begitu mencolok dari bangsa O'lik daraxt dan manusia itu memungkinkan para monster pohon tersebut mampu membunuh para rombongan dengan sekali injakan kaki saja. Sangat mudah bagi mereka untuk meratakan tubuh mungil manusia itu sehingga rata dengan tanah.
Key segera menyiapkan bumerangnya dan langsung melemparkan bumerang besar itu ke arah pohon-pohon yang berjalan semakin dekat ke arah mereka. Serangan yang dilancarkan Key mampu membuat para O'lik daraxt itu terbelah secara horizontal menjadi dua bagian. Mungkin cukup mudah untuk mengalahkan mereka ketika melihat hal itu. Namun tidak lama kemudian bagian batang yang terbelah itu tumbuh kembali dan membuat jumlah pohon berlipat ganda dari jumlah sebelumnya.
"apa ini?" gumam Dan Oh panik melihat kejadian mencengangkan di hadapan matanya. Jika seperti ini mungkin akan sangat mustahil bagi rombongannya untuk keluar dari hutan Putih ini.
"kami tidak terkalahkan dengan senjata kalian" ucap pemimpin makhluk itu sambil tertawa dengan suara keras yang melengking.
"cch... Senjataku tidak mempan" desah Key kesal.
"serang mereka!!" ucap pemimpin O'lik daraxt memberikan komando kepada makhluk yang dipimpinnya.