"hentikan.... Berhentilah berlatih, kita harus segera melanjutkan perjalanan" ucap Woon datar sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan dua orang yang masih syok dengan kemunculannya yang begitu tiba-tiba.
"baik..." ucap Dan Oh dan Ryu berbarengan. Keduanya saling bertukar pandang dan mengangkat bahu menanggapi perilaku sang pangeran. Kemudian mereka mengikuti langkah kaki Woon dan berjalan di belakangnya.
Keenam orang itu melanjutkan perjalanan mereka menyusuri hutan menuju Utara. Woon memimpin langkah rombongannya kemudian diikuti secara berurutan oleh Siera di belakangnya dan dilanjutkan oleh Dan Oh dan Key. Gwi berada di belakang Key sementara Ryu berada di barisan paling belakang dalam rombongannya.
"Gwi, majulah dan pimpin rombongan untuk melanjutkan perjalanan" ucap Woon meninggalkan barisannya dan menunggu Gwi agar maju ke depan mengambil alih pimpinan. Gwi bersegera menuruti komando yang diberikan oleh pimpinannya dan berjalan di hadapan Siera. Sang manusia serigala memandang putri Siera sejenak dan memberikan hormatnya sebelum berjalan di hadapan sang putri sementara Siera hanya mengangguk kepadanya.
"Eun Dan Oh, kemarilah sebentar." panggil sang pangeran kepada gadis bumi itu. Dan Oh berjalan mendekati Woon dan keluar dari barisannya sementara anggota lainnya tetap berjalan dan meninggalkan mereka berdua di belakang.
"cobalah memanah buah itu" Ucap sang pangeran menunjuk sebuah buah kelengkeng yang ada di atas pohon.
"hei! Bukankah kau sendiri yang bilang tadi untuk berhenti berlatih dan melanjutkan perjalanan?" tanya gadis tersebut heran atas perintah pangeran yang tiba-tiba berubah.
"menurut saja lah... Lagipula kau masih belum bisa memanah sama sekali. Kau harus selalu meluangkan waktu dan mengambil setiap kesempatan untuk berlatih. Jadi lakukan saja!" raja masa depan kerajaan Hwon itu tak bergeming terhadap perintahnya.
" baiklah... Baiklah... " ucap gadis itu malas dan menuruti ucapan sang pangeran. Dia mengambil busur dan satu anak panahnya.
Dan Oh mengangkat busurnya sejajar dengan tubuhnya dan siap berpose untuk membidik target. Sementara itu Woon terus saja mengingat sikap Gwi dan Dan Oh ketika mereka berlatih tadi, interaksi antara Ryu dan gadis itupun juga tidak terlewatkan oleh pikirannya. Sang pangeran memandang Dan Oh dengan diam. Sedikit ragu dia berjalan mendekati gadis mungil itu dari belakang. Woon mengulurkan tangannya dan membantu Dan Oh memegang busur dan anak panahnya.
"kau harus menariknya sekuat ini" ucap Woon dengan sengaja memegang jemari kecil Dan Oh yang tengah memegang anak panahnya. Sang pangeran menuntun gadis itu untuk menarik anak panah sekuat tenaga. Dan Oh menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Woon tepat berada di belakang punggungnya . Gadis itu mengangkat wajahnya agar mampu melihat wajah Woon dengan jelas. Dia berdiam diri di tempatnya dan menatap ke dalam sorot mata tajam pangeran yang nampak begitu dalam.
"a... Apa?" tanya Woon nampak kikuk menghadapi pandangan intens dari gadis kecil di hadapannya. Sebulir keringat baru saja menetes di keningnya akibat kegugupannya.
"aku sudah mengerti.... Jadi minggirlah! Kau sangat panas, aku paling benci merasakan suhu tubuh panas orang lain di dekat kulitku, membuatku gerah saja!" protes gadis itu dengan tegas. Woon hanya mengerjapkan matanya saja ketika mendapati protes keras dari gadis itu. Kemudian dengan segera dia langsung melepaskan pegangannya di tangan Dan Oh dan berjalan beberapa langkah mundur ke belakang.
"yak! Tentu saja aku panas, aku ini menyimpan kekuatan elemen api, dasar bodoh!" gumam sang pangeran merasa kesal terhadap perlakuan gadis itu kepadanya.
"apa-apaan gadis menyebalkan ini, dia begitu santai dengan perlakuan Gwi dan juga Ryu kepadanya tapi kenapa langsung marah ketika aku yang mencoba melakukannya?" gumam sang pangeran kesal di dalam hatinya.
"diamlaaahh.... Aku sedang mencoba fokus" ucap Dan Oh datar tanpa menoleh kepada pangeran. Dia memfokuskan konsentrasi penuhnya pada anak panahnya menuju titik yang akan menjadi target sasarannya.
"cchh" desah Woon pelan.
"swwiiiinnggg.... Jleb!" anak panah itu meluncur dengan pasti kemudian mengenai kelengkeng bidikan Dan Oh dan membuat buah kecil itu jatuh menggelinding ke tanah.
"eoh? Ommo!! Ommo!! Kau lihat? Aku berhasil mengenainya!" ucap Dan Oh senang dan tak percaya. Gadis itu memandang Woon dengan penuh binar kebahagiaan yang memancar dari matanya.
"sebentar, aku akan mencobanya sekali lagi untuk memastikan bahwa ini semua bukan sekedar kebetulan belaka" ucap Dan Oh bersemangat dan kembali membidik kelengkeng baru. Dia kembali fokus dan menentukan bidikan targetnya.
"swwiiiinnggg..... Jlebb!!" anak panah Dan Oh kembali meluncur dan mengenai targetnya dengan sempurna.
"ommo!! Ommo!!" ucap gadis itu dengan heboh sambil bertepuk tangan dengan meriah.
"kau lihat? Aku bisa melakukannya! Aku bisa!" ucap Dan Oh senang sambil meloncat - loncat kegirangan. Dia melompat sambil memunggungi sang pangeran dan melihat dua kelengkeng yang terjatuh dengan penuh antusias.
"aku tahu..." ucap sang pangeran dengan lembut. Gadis itu tidak sadar bahwa Woon sedang memandangnya dengan senyuman di wajahnya. Melihat gadis itu terlihat begitu ceria dia ingin sekali mengelus lembut kepala Dan Oh yang masih saja sibuk meloncat di depannya. Woon mengulurkan tangannya dan hampir memegang kepala Dan Oh sebelum gadis itu tiba-tiba menoleh dan menemukan tangan Woon tepat berada di depan wajahnya. Dia terdiam sesaat dan mengamati tangan besar itu. Lelaki itu seketika membeku kaku.
"high five!" kata Dan Oh ceria sambil ikut mengangkat telapak tangan kanannya di depan Woon.
"apa?" tanya sang pangeran tidak mengerti dengan wajah kebingungan.
"pukulkan telapak tanganmu pada tanganku. Di tempat asalku, kami biasa melakukannya ketika berhasil melakukan sesuatu dengan baik. Kami menyebutnya high five!" ucap Dan Oh menjelaskan sambil tetap mengangkat tangannya dan menunggu Woon agar mau menepukan tangannya yang sudah berada di udara untuk melakukan high five dengannya. Sang pangeran hanya memandangi gadis itu dengan diam dan wajah datar.
"tidak mau, aku tidak suka melakukan hal kekanakan seperti itu. Cepat jalan dan lanjutkan perjalanan" ucap sang pangeran sambil berlalu dan kembali berjalan untuk menyusul rombongan lainnya yang sudah berjalan sekitar sepuluh meter di depan mereka berdua.
"ciih....dasar laki-laki aneh. Sebentar - bentar menyuruh orang untuk melanjutkan perjalanan lalu kemudian menyuruh untuk berlatih. Dasar aneh!" gumam Dan Oh kesal dengan sikap pangeran yang plin-plan.
"apa katamu ?" tanya Woon langsung menghentikan langkah kakinya karena mendengar ucapan gadis itu. Dia membalikkan badan dan melihat ke arah Dan Oh.
"memang benar kan? Kau menyuruhku seenaknya saja untuk melakukan hal ini dan itu. Kau pikir kau siapa?" ucap Dan Oh menantang.
"aku adalah pangeran dari kerajaan Hwon, ah tidak... Sebenarnya sekarang aku sudah menjadi seorang raja!" sang pangeran mendeklarasikan kedudukannya yang memiliki kekuasaan mutlak untuk pertama kalinya. Dia tidak mau mengalah kepada gadis kecil yang senang menghinanya itu.
" yeyeyeye... Lalu memangnya kenapa? Apa aku harus menuruti apapun yang kau ucapkan karena kau seorang raja? Tidak! Aku tidak akan melakukannya lagi sekarang, lagipula aku kan bukan bagian dari rakyatmu." ucap Dan Oh datar sambil terus menggunakan kalimat yang merendahkan kedudukan Woon. Dia berlalu pergi dan berjalan mendahului sang pangeran, meninggalkan lelaki itu sendirian di belakang.
" yak! Gadis kecil itu! " panggil Woon dengan nada suara tinggi. Pangeran muda tersebut mengikuti langkah kaki Dan Oh yang semakin menjauh darinya dan kembali kepada rombongannya