Chapter 10 - Kalung

"lihatlah.... Ayah telah memberikanku kalung yang sangat indah" ucap Pysche dengan antusias menunjukkan kalung baru di tangannya yang merupakan pemberian dari Binju, ayah angkatnya. Woon mengambil kalung itu dari Pysche dan mengamatinya dengan seksama. Gadis ini sangat mengagumi dan menyayangi ayahnya, dia selalu menghormati sang ayah dan ingin agar Binju merasa bangga kepadanya. Ketika sang ayah angkat memberikannya hadiah sebuah kalung yang indah dia merasa begitu bahagia, dia merasa bahwa ayahnya begitu menyayanginya.

"paman memberikan mu ini?" tanya Woon tidak percaya. Binju selalu nampak serius dan memancarkan aura tajam di sekitarnya. Dia tidak pernah mengira bahwa pamannya yang seperti itu akan pernah berfikir untuk memberikan hadiah manis kepada anak angkatnya. Tapi melihat ekspresi wajah bahagia dari Pysche membuat Woon tidak bisa menunjukkan ekspresi lain selain tersenyum padanya. Pysche begitu antusias menunjukkan kalung ini kepada kekasihnya sesaat setelah dia baru saja menerimanya dari sang ayah.

"ini....." ucap Woon tersenyum mengembalikan kalung yang ada di tangannya kepada Pysche.

"tidak mau.... Bisa kah kau memakaikannya kepadaku?" tanya Pysche malu-malu dan mengangkat rambut panjang silvernya serta memperlihatkan leher putihnya. Woon hanya menurut dan memakaikan kalung itu dengan berhati-hati di leher gadis yang sangat disayanginya.

" apa terlihat cocok? " tanya Pysche senang sambil memegang lembut kalung kristalnya.

"cantik.." jawab sang pangeran sambil tersenyum. Dia tidak memuji keindahan kalung tersebut. Dia sedang memuji kecantikan kekasihnya yang tak terbandingkan.

Tiba-tiba ingatan tentang kecantikan Pysche saat mengenakan kalung barunya serta binar bahagia di matanya kembali singgah dalam benak sang pangeran.

"kenapa?" tanya Dan Oh heran saat melihat sang pangeran hanya terpaku melihatnya.

"tidak mau, aku mau makan" ucap Woon melemparkan kalung itu ke arah kaki Dan Oh. Sang pangeran mengambil daging di hadapannya dan mulai memakannya dengan fokus. Dia bertingkah seolah-olah dia sedang menikmati kesendiriannya tanpa ada Dan Oh di sampingnya.

"yak! Dasar kau!" dumel gadis itu kesal mendapatkan perlakuan yang tidak dia inginkan dari sang pangeran. Secara refleks gadis itu meninju tangan kiri Woon dengan keras karena kekesalannya. Dia cukup kecewa karena lelaki itu menolak memakaikan kalung di lehernya dan malah melemparkannya ke kakinya. Pukulannya cukup keras tetapi lelaki itu tidak bergeming dan memilih menahan nyeri di lengan kirinya.

" Dasar lelaki menyebalkan" dumel Dan Oh kepada Woon yang tidak mempedulikannya dan hanya fokus menikmati makan malamnya.

Bahkan tanpa adanya dirimu.... Semua makhluk hidup di dunia ini, di dimensi manapun itu, pasti akan meninggal. Hanya saja mungkin terkadang kita berada di saat kejadian seperti itu terjadi dan terlibat di dalamnya.... Tapi bukan berarti itu semua terjadi karena kita, ini semua adalah bagian dari takdir. Dan ini semua bukan kesalahanmu... "

Ucapan Dan Oh sang gadis bumi itu terus terngiang di telinga pangeran Woon semenjak kemarin malam. Woon berkali-kali tersenyum ketika mengingat ucapan siswi SMA yang didengarnya tersebut. Entah kenapa mendengar ucapannya membuat Woon mulai ingin mempercayai bahwa dirinya bukanlah seseorang yang patut untuk disalahkan atas semua kehancuran dan kematian beruntun yang terjadi di planet Mirac ini. Woon mulai ingin meyakini bahwa perkataan Dan Oh memang benar. Hal itu memberikan sedikit ketenangan dan keluasan hati di dalam dada Woon yang telah lama terasa begitu sesak.

"benarkah itu bukan salahku?" gumam sang pangeran pada dirinya sendiri. Dia sedang membaringkan dan menyandarkan tubuhnya di atas salah satu dahan besar di pohon sekitar.

Lelaki itu melihat ke bawah dan melihat bahwa anggota rombongannya masih tertidur lelap dalam posisinya masing-masing. Para wanita tidur dengan pulas di atas rerumputan di bawah pohon yang besar. Siera nampak berada di tengah-tengah antara Key dan Dan Oh. Dua wanita dari planet Mirac itu nampak tidur dengan anggun dan tenang berbeda dengan gadis SMA asal Bumi yang tidur dengan pose yang tak menunjukkan keanggunan seorang gadis manapun. Kaki kanannya tertekuk sementara kaki kirinya menumpanginya. Kedua tangannya terbuka ke atas, dia nampak tidur lebih menyerupai laki-laki daripada seorang perempuan.

Sementara itu Gwi tidur dengan posisi duduk tegak di bawah pohon tak jauh dari para wanita itu berada. Instingnya sebagai pengawal membuatnya tak pernah menjauh dari putri yang harus dilindunginya. Sang manusia serigala tertidur sambil melipat kedua tangannya di depan, dia tak nampak seperti orang tidur dan hanya terlihat seperti sedang memejamkan matanya. Yah.... Lelaki itu selalu waspada meskipun ketika sedang tertidur. Jarang sekali dia tidur dengan keadaan berbaring. Di sisi lain pohon Ryu tertidur dengan posisi tubuh bersandar pada akar besar yang muncul dari tanah. Terkadang lelaki itu berbalik dan memeluk akar itu layaknya sedang memeluk guling.

Woon melihat ke arah langit yang masih gelap, matahari belum juga memunculkan dirinya. Sang pangeran memutuskan untuk menutup matanya kembali dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan panjangnya.

Hari telah pagi, matahari telah berada tinggi di atas langit. Rombongan kerajaan Hwon sedang bersiap diri untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju utara. Woon baru saja selesai mencuci mukanya dengan air danau yang segar kemudian berjalan kembali menuju rombongannya. Ketika dia telah kembali, sang pangeran melihat Dan Oh sedang memaksa Ryu agar menemaninya mendatangi Gwi. Gadis itu sesekali mendorong tubuh Ryu atau menarik lengannya. Dia nampak malu dan juga sedikit takut namun tetap nampak begitu antusias.

"panglima, Dan Oh ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Ryu pada atasannya atas desakan gadis mungil itu. Gwi mengalihkan pandangannya kepada kedua orang itu dan bertanya kepada Dan Oh apa yang dia inginkan darinya.

"em.... Panglima Gwi.... Kau sangat kuat dan hebat dalam hal bela diri, aku selalu mengagumi orang-orang kuat sepertimu... Tanganmu nampaknya sangat kuat. Aku juga ingin bisa seperti ini" gadis itu mendekati Gwi secara perlahan. Dia secara berhati-hati memegang lengan kekar Gwi yang tertutupi bajunya dan merasakan otot-ototnya. Lengan ototnya terbentuk dengan sempurna. Gwi hanya memperhatikan dan membiarkan gadis itu memegang lengannya tanpa memberikan respon dan melihatnya dengan wajah datar.

"waah.... Benar-benar sempurna!" ucap Dan Oh terkagum dan menoleh ke arah Ryu. Lelaki muda dan ceria itu ikut mendekat dan menirukan perilaku Dan Oh kepada Gwi. Dia juga ikut memegang lengan lain milik sang manusia serigala. Seketika Gwi dikelilingi oleh dua orang yang paling berisik dan ceria di kanan dan kirinya.

"benar! Sangat kuat dan sempurna!" puji Ryu kepada atasannya. Dia memang selalu mengagumi kekuatan panglima atasannya ini. Dia juga sejak dulu ingin memegang secara langsung dan merasakan otot-otot kekar Gwi namun tidak pernah punya kesempatan dan keberanian untuk melakukannya. Ryu merasa punya kesempatan sekarang dan dengan bersemangat penuh senyuman saling bertukar pandang dengan Dan Oh sebelum mengecek respon sang panglima. Gwi tidak masalah ketika Dan Oh yang melakukannya, namun ketika Ryu ikut memegangnya, lelaki itu seketika melotot ke arah bawahannya dengan tatapan mengancam. Hal ini membuat Ryu secara otomatis melepaskan tangannya dari lengan Gwi. Lelaki muda itu tersenyum kaku kepada sang manusia serigala sambil masih mengangkat kedua tangannya di udara

"apa yang ingin kau pelajari?" tanya Gwi kepada gadis mungil yang belum berhenti mengagumi lengannya yang kekar.

"memukul pohon sampai tumbang seperti itu" ucap Dan Oh bersemangat sambil menunjuk ke arah pohon besar yang baru saja ditumbangkan oleh Gwi.

Ya, terkadang sang manusia serigala melatih kekuatan ototnya untuk menumbangkan pohon atau menghancurkan batu besar. Ketika Gwi meninju batang pohon tersebut seketika kayu kuat dan kekar itu patah menjadi dua bagian horizontal dan menumbangkannya ke tanah. Gwi tersenyum mendengarkan ucapan Dan Oh. Ada saat dimana dia menyukai gadis cerewet ini, yaitu saat dimana dia dengan antusias mengakui kekuatan fisiknya. Namun ketika gadis itu berbicara dengan keras dan heboh, terkadang dia benar-benar ingin membungkamnya agar diam. Karakternya sungguh berbalik 180° dengan Gwi yang tenang dan serius.

"baiklah, kepalkan tanganmu seperti ini" ucap Gwi sambil memberikan contoh kepada Dan Oh dan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Dan Oh dan juga Ryu menirukan gaya Gwi dengan serius dan teliti.

"bukan begitu, jari telunjukmu harus seperti ini." ucap Gwi secara otomatis memegang tangan kanan Dan Oh dengan kedua tangannya dan kemudian membenarkan kepalan tinju gadis tersebut. Ryu terus mengikuti instruksi dari Gwi dan menirukan semuanya meskipun manusia serigala itu tidak menghiraukannya.

"kau harus memfokuskan tenagamu disini" lanjut Gwi sambil menggengam kepalan tinju tangan Dan Oh. Tangan mungil gadis tersebut mampu digenggam dengan sempurna oleh tangan Gwi yang besar. Dari kejauhan pangeran Woon sedang mengamati keduanya, dia memperhatikan tingkah Dan Oh dan Gwi dari tempatnya berdiri. Berkali-kali muncul kerutan di dahinya ketika dia melihat cara Gwi memperlakukan gadis kecil itu dan tingkah Dan Oh yang hanya diam memandangi Gwi dengan seksama sambil mengangguk-angguk. Gadis itu nampak tidak bermasalah ketika manusia serigala itu memegang erat tangannya.

"kau harus bisa mengalirkan seluruh tenagamu dan merasakannya mengalir kesini" ucap Gwi sambil mengelus lengan Dan Oh dari bahu sampai pergelangan tangan menunjukkan arah aliran tenaga yang harus di fokuskan gadis tersebut.

"dan berhenti disini, lalu Bang!!! Pukul dengan kekuatan penuh dan berkonsentrasi" lanjut manusia serigala itu mengakhiri penjelasannya sambil menggengam kedua tangan Dan Oh yang mengepal kuat. Dan Oh hanya mengangguk-angguk paham penuh perhatian.

Semua sentuhan fisik yang dilakukan Gwi kepada Dan Oh nampak mengganggu sang pangeran. Dia hendak memperingati Gwi untuk berhenti melakukannya namun tiba-tiba saja lelaki serigala itu sudah melepaskannya dengan buru-buru dan nampak kikuk. Gwi secara tidak sengaja melihat putri Siera yang memandang ke arah keduanya dengan wajah datarnya. Dia merasa telah berbuat kesalahan karena dengan mudahnya melakukan kontak fisik dengan gadis bumi itu terutama di hadapan sang putri. Siera sebenarnya tidak mengatakan apapun dan hanya memandangnya diam tanpa ekspresi tapi hal itu sudah cukup membuat sang manusia serigala menjadi terlalu sadar diri. Segera setelah dia melepaskan tangan Dan Oh dia langsung berjalan cepat ke arah sang putri.

"lalu Bang!!!" ucap Ryu dengan keras memukul pohon besar di dekatnya seperti instruksi yang diberikan Gwi. Namun tidak seperti Gwi yang berhasil menumbangkan pohon dalam sekali pukulan, Ryu malah merasakan sakit yang luar biasa di tangannya karena memukul benda keras.

"yak! Panglima! Semua ucapanmu hanya omong kosong. Itu semua berlaku karena kau memiliki tenaga super kuat di atas rata-rata manusia biasa. Teorimu tidak berlaku bagi kami!" protes Ryu keras kepada sang panglima. Gwi menoleh sejenak kemudian memutar matanya, tidak mau mendengarkan celotehan sang junior. Wajah Ryu memerah dan matanya nanar hampir menangis karena menahan sakitnya.

" kau tidak apa-apa? " tanya Dan Oh memandang Ryu yang malang dengan ekspresi kasihan.

"ooh Dan Oh, jangan pernah lagi meminta panglima itu untuk mengajarimu bela diri, dia itu bukan manusia biasa. Dasar serigala!" dumel Ryu seperti anak kecil manja yang mengadukan kenakalan temannya kepada sang ibu.

"ooh pasti sakit sekali ya... Coba aku periksa" Dan Oh memegang lembut tangan Ryu dan menyembuhkan luka memarnya dengan tenaga kristal yang dimilikinya. Seketika luka dan rasa sakit itu menghilang tak tersisa.

"hehe.... Selama kau ada disini aku tidak akan khawatir jika terluka." Ryu mengangkat tangan keduanya ke udara dan mengaitkan jemarinya pada jari-jari tangan Dan Oh yang baru saja menyembuhkannya. Keduanya saling pandang dan tersenyum senang.

"benar! Jangan khawatir, serahkan saja semuanya padaku!" ucap Dan Oh membanggakan diri dan menepuk dadanya dengan tangan lainnya. Woon tak tahan lagi, dia segera berjalan mendekati Dan Oh dan Ryu kemudian muncul di antara mereka.

"lepaskan." pangeran itu memegang tangan kedua orang tersebut dan melepaskannya secara paksa. Dia berdiri di antara mereka dan memberikan jarak agar keduanya tak lagi berdekatan.