Amelia memasang wajah kisut ketika melirik jam di dinding yang sudah berada di angka sembilan malam. Mulutnya nampak komat-kamit seolah sedang mengomeli seseorang yang tak kunjung datang.
Dengan tatapan malas, gadis nakal dan petakilan itu menatap keluar jendela sembari meringkuk di sofa dengan mengulas perutnya.
Lapar!
Benar, saat ini Amelia sedang menunggu sang suami. Bukan karena merindukan suaminya, tapi karena gadis nakal itu sedang lapar dan ingin segera dibuatkan makanan.
Tak lama kemudian, terdengar suara mobil memasuki garasi di samping rumah mereka. Mendengar suara mobil, Amelia segera melompat dari atas sofa lalu melangkah menuju pintu depan.
"Dari mana?" Tanya Amelia kepada Faisal. Sementara Faisal hanya bisa menatap manik sang istri dengan tatapan bingung. Lantas, tak biasanya Amelia menunggunya apalagi langsung menodongnya dengan pertanyaan.
"Kenapa? Kangen yah?" Alih-alih menjawab, Faisal malah berbalik tanya sambil menahan senyum di wajahnya.
"Idih.., gak. Aku lapar." Celetuk Amelia sambil melangkah masuk ke dalam rumah dengan bibir manyun.
Senyuman kemenangan yang nyaris melebar di wajah Faisal seolah sirna ketika mendengar jawaban datar sang istri. Rupanya, istrinya menunggunya untuk dibuatkan makanan bukan karena merindukannya.
"Gak bisa apa sehari pura-pura romantis?" Pertanyaan konyol dari Faisal tiba-tiba menghentikan langkah Amelia. Gadis dengan sorot mata tajam itu sekilas melirik suaminya.
"Gak jelas." Tukas Amelia sambil menarik kursi di depan kitchen room.
Huh...
Faisal menghela napas berat lalu melangkah menuju ke kamar mereka yang berada di lantai atas. Namun belum juga tangannya mengapai gagang pintu, Amelia sudah berteriak dari ujung tangga.
"Stop!!" Amelia berlari menaiki tangga dengan langkah cepat.
Faisal yang kala itu berada di depan pintu kamar hanya bisa melirik sang istri yang sedang berlari ke arahnya secepat kilat. Melihat Amelia yang berlari tanpa memperhatikan langkahnya, Faisal segera memberitahu istrinya untuk berhati-hati.
"Pelan-pelan saja, nanti jatuh." Tukas Faisal dari atas. Dahinya nampak mengerut. Namun perkataan Faisal barusan tak digubrisnya, hingga kakinya masuk ke dalam celah tangga dan jatuh tersungkur tepat di hadapan Faisal.
Faisal terdiam dan membatu ketika menyadari tangan Amelia melingkar di pangkal pahanya. Sedangkan Amelia masih belum menyadari dirinya yang sudah berada di bawah kaki dari sang suami. Tepatnya di bawah lelak.
"Ekhemm..," dengan nada batuk yang sengaja dibuat canggung, Amelia keluar dan berusaha untuk bangun.
"Ka-kamu gak apa-apa?" Tanya Faisal gugup. Lelaki itu masih mematung usai insiden mengerikan itu terjadi.
"Ia, gak apa-apa, Om." Jawab Amelia penuh percaya diri padahal gadis itu sempat syok karena tersungkur di bawah lelak Faisal.
"Ohya, kamu gak bisa tidur disini!" Tukas Amelia tegas. Gadis itu masih tetap dengan pendiriannya.
"Kok gitu?" Faisal bertanya.
"Yah, kan gak mungkin kita sekamar berdua. Sudah lupa sama perjanjian?" Jawab Amelia dengan nada mengingatkan.
"Tapi kita kan sudah nikah?" Faisal terus bertanya. Lelaki itu tak mau kalah dengan istrinya untuk kedua kalinya.
"Kita berdua hanya nikah. Just married! Bukan seenaknya aku jadi milik kamu. Pokoknya gak bisa, yah!" Amelia bersikeras. Dengan tangan dilipat didada, Amelia menghalau suaminya untuk tidak masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu gak lupa, kan? Ini rumah aku!" Tegas Faisal dengan senyuman tipis lalu menghalau tubuh istrinya dari depan pintu supaya menjauh.
"Ishh!!" Amelia kembali memasang wajah cemberut melihat Faisal yang menang telak.
Memang benar ini rumah Faisal tapi ini kan juga rumahku. Aku kan istrinya. Tapi.., bagaimana caranya agar kita bisa pisah kamar yah? Aku gak akan mau sekamar sama sih tua bangka ini. Batin Amelia seraya mencari akal.
"Aha...," lirih Amelia ketika ide cemerlang terlintas di benaknya.
"Gini saja.., aku bakal turuti semua kemauan kamu asal kamu jangan tidur di kamar ini." Ucap Amelia tegas. Gadis itu tidak mau kalah dengan Faisal.
"Ohya, ditambah lagi kamu jangan kasih tahu orang tua aku kalau kita pisah ranjang. Kalau kamu ngelakuin semuanya, aku bakal turuti semua yang kamu mau, gimana?" Amelia tersenyum lebar usai memberikan penawaran kepada Faisal.
Faisal yang masih diam dan memikirkan hal tersebut pun mulai yakin dengan apa yang baru dikatakan istrinya. Setidaknya, perkataan istrinya yang kecil dan bawel itu selagi tidak merugikan dirinya, ia akan setuju. Lagipula, itu terdengar menguntungkan juga bagi Faisal ketika melihat dalam mata bisnis.
"Okey, baiklah. Jika itu maumu, silahkan pakai kamar ini. Aku tidur di kamar sebelah sini." Ucap Faisal dengan senyuman nakalnya lalu menunjuk kamar utama di samping kamar mereka.
Setelah itu, Faisal langsung berlalu ke dalam kamarnya bersama dengan tas dan dua map besar ditangannya. Tanpa bersuara atau bahkan menyapa Amelia, Faisal masuk ke dalam kamar dalam keadaan hening alias mode pesawat. Sementara Amelia masih menatap sang suami dengan tatapan bingung.
"Biasanya dia cerewet tapi kok tiba-tiba jadi pendiam? Apa dia marah?" Amelia bertanya kepada dirinya sendiri seraya menyilangkan tangan didada.
Dengan rasa penuh percaya diri, Amelia mendekati pintu kamar Faisal lalu mengetuk pintu berbahan kaca itu.
"Om, aku lapar ..." Teriak Amelia dari luar. Gadis itu sengaja berteriak. Dia hanya penasaran, kenapa Faisal tiba-tiba mendiamkannya.
"Apa? Gak dengar." Sahut Faisal dari dalam kamar. Lelaki berkepala tiga itu jelas berbohong. Dia bisa mendengar jelas teriakan istrinya namun dengan sengaja mengabaikannya.
"Aku lapar, Om! Bukaiin pintunya!!" Suara Amelia semakin naik setengah oktaf. Sungguh, Faisal hanya bisa menahan panas di sekitar kuping.
"Gak dengar!!" Sahut Faisal dari dalam. Lelaki itu semakin iseng mengerjai istrinya.
"Ishh, tuli banget sih!!" Omel Amelia di depan pintu.
"Aku lapar!!" Teriak Amelia lagi dengan nada suara yang lebih kencang dari sebelumnya.
Huhh...
Faisal menghembuskan napas berat. Bisa-bisa lelaki tiga puluh lima tahun itu hilang akal sehat jika terus menghadapi sifat kekanak-kanakan Amelia. Dengan cepat Faisal melangkah menuju pintu dengan senyuman nakal. Entah hal mengejutkan apa yang akan dia berikan kepada istrinya kali ini.
Ceklek...
Pintu terbuka, menampakkan punggung belakang Amelia yang sedang bersandar di pintu. Saking kecilnya suara pintu membuat Amelia tidak sadar kehadiran Faisal dan tiba-tiba gadis itu terjatuh ke belakang, oleh karena tubuhnya yang bersandar di pintu dan ditarik oleh Faisal dari dalam. Tubuh Amelia pun terjatuh dan berpindah di tubuh atletis suaminya.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Faisal kepada Amelia yang saat ini tengah bersandar di dada bidang lelaki itu.
Amelia hanya diam dengan mata tertutup. Gadis itu merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bukan! Tepatnya dengan sandaran yang ia sandar saat ini.
Rasanya baru tadi gadis itu bersandar di pintu dengan permukaan yang tipis, keras dan sedikit hangat. Namun kini, Amelia merasa adanya perubahan signifikan yang terjadi.
Gadis itu merasa ia seperti tidur di atas tubuh berotot dengan permukaan yang agak dingin tapi menenangkan. Namun, tunggu! Kenapa ada bulu-bulu halus di sekitar telinganya.
"Oh shit!!" Amelia menyadari jika ia bukan bersandar di muka pintu melainkan di tubuh suaminya. Bisa-bisanya pikirannya lemot pada saat menenggangkan seperti ini.
Merasa terlalu malu, Amelia terus memejamkan mata sambil memikirkan langkah apa yang harus ia ambil untuk dijadikan ide. Ia tidak mau di cap oleh Faisal sebagai wanita yang tidak konsisten. Pasalnya, dirinya yang pertama membuat batasan dengan suaminya. Dan kini lihat apa yang terjadi? Amelialah yang melewati batasan itu.
"Untuk itu, pura-pura pingsan bisa menjadi ide alternatif untuk saat ini." Batin Amelia mantap.
Perlahan namun pasti, gadis itu mulai melaksanakan ide gilanya. Dengan segala tenaga dan upaya, Amelia memilih untuk pingsan di dalam pelukan suaminya.
Namun Faisal sudah menyadari jika Amelia hanya berpura-pura. Dan seperti halnya dengan Amelia, Faisal juga tidak mau kalah mengerjai istri kecilnya yang selalu bertingkah.
Dengan menahan senyuman yang nyaris merekah menjadi tawa, Faisal memeluk tubuh istrinya erat dan mengendongnya masuk ke dalam kamar dengan gaya ala bridal style.
"Sial! Dia mau ngapain, sih!" Umpat Amelia dalam batin yang tak terdengar. Gadis itu menyadari jika Faisal membawanya ke dalam kamarnya saat ini. Dengan kesal, Amelia hanya bisa menyesali rencana konyol yang ia buat telah gagal total. Malahan rencananya itu berbalik melawannya bagaikan bumerang seperti halnya sebuah kiasan lama; Senjata makan tuan.