Chereads / I Love You, Om / Chapter 14 - Istri Kecil yang Bikin Pusing

Chapter 14 - Istri Kecil yang Bikin Pusing

Dua jam sebelum pulangnya Faisal.

Usai membaca pesan dari kedua sahabatnya yang mengajaknya ke bar, Amelia segera melompat dari atas ranjang. Gadis itu segera melangkah menuju benda setinggi tiga meter dengan lebar yang sama.

Yah, langkah kaki Amelia menuju lemari. Lemari berwarna putih tulang itu menjadi tujuannya kali ini. Lemari yang berada tepat di samping ranjang itu kini mulai di obrak-abrik oleh sang empu. Gadis itu hendak melihat pakaian apa yang hendak dikenakannya.

"Jeans?" gumam Amelia saat menatap dress berbahan jeans lalu menggeleng.

Semua pakaian yang diambilnya dari dalam lemari begitu dengan mudah ia buang ke lantai usai dilihatnya sepintas.

"Ah, jelek!"

Itu adalah kalimat yang selalu diucapkannya ketika mencari beberapa potong pakaian yang layak dikenakannya ke bar nanti malam. Baginya, pakaian satu lemari yang ditemuinya, semuanya jelek. Padahal semuanya layak untuk dipakai. Untuk itulah, pakaian yang tidak cocok langsung dihempas dan dibuang ke lantai tanpa berpikir dua kali.

Bukan main!

Kini, lemari Amelia kosong. Tak ada satu pun helai pakaian yang tersisa dan mengantung apik di dalam lemarinya. Semua sudah tercecer ke lantai.

"Pakai apa yah, kesana?" pikir Amelia seraya mengaruk kepalanya dengan tangan kanannya. Tangannya yang satu memeluk pinggangnya. Padahal, bajunya semua masih bagus dan baru. Bahkan beberapa helai pakaian masih memiliki label.

"Pesan online aja di Market Place, Mel?" Gumam Amelia ketika mendapatkan ide gemilang.

Handphone!

Sontak gadis itu berseru lalu mencari dimana benda pipih miliknya berada. Dengan cepat Amelia melangkah ke atas ranjang yang sudah dipenuhi tumpukan pakaian hingga berserak ke lantai.

Setelah semenit berlalu, handphonenya yang tertimbun puluhan potongan pakaian pun muncul ke permukaan. Segera gadis itu menyalakan koneksi internet lalu mulai berselancar di salah satu toko online di dalam internet.

Satu jam dihabiskan Amelia dalam dunia maya hanya untuk mencari satu potong pakaian. Gadis itu benar-benar bingung mengenakan pakaian model apa ke bar. Padahal sebelum-sebelumnya, Amelia tidak biasa bersikap linglung seperti ini.

Lima menit kemudian, Amelia melepas handphonenya. Gadis itu sudah selesai memesan pakaiannya.

Kini, Amelia tengah menunggu sambil tiduran di atas pakaian miliknya yang berserak di atas ranjang. Tak terbesit pikiran baik untuk merapikan kondisi kamarnya yang terlihat seperti kapal pecah.

Amelia terlalu malas.

Pada akhirnya, kepribadian Amelia hanya bisa dijabarkan dengan kata 'malas'.

Kring ... kring ... kring ...

Setelah satu jam berlalu, paket milik Amelia di antar kurir. Mendengar bunyi bel rumah membuat gadis itu bersemangat. Dengan cepat dia berlari ke depan pintu dengan membawa uang cash ditangannya.

"Selamat sore." Ucap sang kurir ketika melihat Amelia membuka pintu. Usai menyapa, mereka pun mulai bertransaksi.

"Makasih." Sapa Amelia kembali dengan sedikit menunduk kepada sang kurir yang telah pamit hendak pergi.

Setelah mendapatkan paketnya, Amelia segera masuk ke dalam, mengunci pintu rumah dan melangkah terus menuju kamarnya.

Sesampainya gadis muda itu di kamar, Amelia segera membuka paketnya.

Satu buah dress slim body dengan leher V yang sangat pendek di lihat Amelia. Gadis itu tak berhenti tersenyum melihat dress yang sesuai dengan ekspetasinya.

Usai puas memandangi dress yang akan dikenakannya, Amelia bergegas ke kamar mandi. Acara party akan diadakan tepat jam tujuh malam dan sekarang sudah jam enam lewat lima menit. Waktu semakin menipis.

Setelah mandi dan berpakaian, Amelia lanjut berdandan. Gadis itu tampak sibuk memoles dirinya di depan kaca. Walaupun riasan tipis yang dipoles di wajah oval miliknya, tetap saja Amelia terlihat cantik. Gadis itu tidak terlalu suka memakai riasan akan tetapi lipstik dan pensil alis selalu ia gunakan.

Karena sibuk berdandan di dalam kamar, lampu rumah yang seharusnya dinyalakannya setiap malam sampai dilupakannya. Hingga selesai merias wajah, Amelia tak menyadari akan hal itu.

"Beres." Gumam Amelia yang sudah siap untuk pergi.

Tangannya menggenggam mini bag sambil berdiri di depan pintu, menatap kamarnya bak kapal pecah. Tidak ada rasa peduli melihat keadaan kamarnya yang kacau balau. Apalagi insiatif dari diri sendiri untuk membereskan semua kekacauan yang ia buat.

Perlahan Amelia membuka hendel pintu. Langkah kakinya cepat melangkah keluar dan betapa frustrasinya melihat kegelapan di luar.

"Ahkkk...!!!" teriaknya histeris. Suaranya melengking sempurna layaknya bertemu dengan para hantu.

"Mati lampu, yah?" tanya Amelia kepada dirinya sendiri ketika melihat seluruh ruangan di rumahnya dalam keadaan gelap kecuali kamarnya. Dia juga kebingungan saat itu.

"Duh, lupa nyalaiin lampu." Amelia menepuk jidatnya lalu sibuk merogoh sesuatu dari dalam mini bag-nya.

Biasanya, Faisal yang akan menyalakan lampu, namun hari ini, suaminya telat pulang kantor.

Tak lama kemudian Amelia menarik handphone miliknya keluar lalu menyalakan senter. Dengan hati-hati, Amelia melangkah menuruni tangga. Untunglah saat itu Amelia tidak mengenakan sepatu hak. Hanya flat shoes biasa dengan beberapa hiasan pita di tumit belakang.

Sesampainya di bawah, Amelia sibuk mencari stop kontak. Gadis itu sampai tak sadar jika sang suami akan segera pulang.

Sementara dari jauh, Faisal menatap keadaan rumahnya dalam kondisi gelap gulita. Lelaki itu hanya bisa geleng-geleng melihat hal yang paling dibencinya terjadi.

***

Seketika itu juga, lampu di dalam rumah mereka langsung menyala dalam hitungan detik. Cahaya lampu bergerak celat dari ruang depan hingga belakang, membuat semuanya terlihat menarik dan kontras.

"Ini ... stop kontaknya ada di-," Ucapan Faisal terjeda ketika melihat Amelia berbalik menatapnya. Betapa cantik dan anggun sosok istrinya dalam balutan gaun slim body dan riasan tipis di wajah oval sang istri.

Sungguh, saat itu Faisal terdiam. Untuk kali pertama dalam hidupnya, ia kembali terpukau melihat kecantikan istrinya.

Beberapa menit Faisal terdiam, memberi ruang di tengah-tengah kecanggungan yang terjadi kini.

"Ngapain lihat-lihat? Cantik? Yah, emang aku cantik dari lahir." Celetuk Amelia menyombongkan diri di depan suaminya.

Amelia sama sekali tak tahu sopan santun padahal sedang berbicara dengan suaminya. Tapi memang, istrinya itu tidak sopan dan suaminya maklum.

"Ca-cantik dari mana? Je-jelek itu." Sanggah Faisal cepat dengan ragu. Lelaki tiga puluh dua tahun itu berbohong jika istrinya tidak cantik. Sengaja Faisal mengatakan hal seperti itu agar kegugupannya tidak terlihat jelas oleh sang istri.

Jujur saja, Faisal memang tergila-gila dengan Amelia sejak dulu. Namun rasa sukanya ia sembunyikan bertahun-tahun lamanya.

"Mau kemana?" tanya Faisal dengan nada sedikit tegas ketika melihat Amelia melangkah cepat melewatinya. Tiba-tiba, Faisal teringat perkataan Ryan yaitu; seorang suami harus tegas kepada istri.

"Party, Om. Bosan di rumah." Tukas Amelia yang kemudian menghilang dari balik pintu. Tangannya tampak melambai kepada suaminya yang berdiri di belakang sana.

Melihat Amelia yang keluar begitu saja, Faisal dengan cepat melangkah ke depan. Sedikit tergesa. Memang karena dia khawatir.

"Kemana? Pulangnya jam berapa!?" teriak Faisal dengan nada penuh tanya dari ambang pintu. Akan tetapi, Amelia sudah berlalu masuk ke dalam grab yang dia pesan. Sementara Faisal hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat tingkah sang istri yang jelas-jelas tak menggubris satu dari sekian banyak perkataannya.

"Huh ..., serasa gak punya istri aku ini." Gumamnya usai menghembuskan napas pelan. Kemudian perlahan terduduk di ambang pintu dengan keadaan pasrah. Kerutan-kerutan kecil terlihat di dahi Faisal. Lelaki itu benar-benar pusing menghadapi tingkah istri kecilnya.

"Aku harus tegas! Sepertinya perkataan Ryan harus dipertimbangkan kembali. Kalau tidak, makin hari Amelia makin ngelunjak." Tegas Faisal yang masih menatap tajam grab yang membawa istrinya pergi.

"Awas kamu!"