Cinta bagaikan ilusi dan kedinginan bagi beberapa bentuk manusia yang tidak menginginkannya.
***
Amelia terdiam ketika merasakan tubuhnya menyentuh permukaan ranjang kamar suaminya.
Sial!
Gadis itu kembali membatin sembari mengutuki diri. "Kalau begini ceritanya, bagaimana caranya aku keluar?".
Amelia terdiam beberapa saat. Gadis itu mencoba berpikir. Bagaimana caranya melarikan diri dari kamar suaminya?
Sementara itu, Faisal sedang mengamati istri kecilnya. Dengan berdiri tepat di depan ranjang, Faisal dengan mudah mengamati istrinya yang kekanakan-kanakan itu.
Untuk beberapa menit berlalu, Amelia dan Faisal terdiam dalam keadaan seperti itu. Saling mengamati.
Namun, berbeda dengan Amelia. Gadis itu sudah mulai bosan. Ditambah lagi, suaminya yang belum beranjak pergi dari kamar.
"Dia gak mandi apa?" Batin Amelia penuh tanda tanya.
"Atau jangan-jangan dia ngerjain aku?" tanya Amelia kepada dirinya sendiri.
"Eitss, kalau misalnya benar, aku bakalan malu. Gimana dong?"
"Aku gak mungkin tidur di kamar ini sama dia apalagi se-ranjang? Bisa gila aku!"
Amelia mulai khawatir plus resah. Gadis itu mulai bertanya kepada dirinya sendiri sambil mencoba memikirkan jalan keluar.
"Apa aku lari saja?" Pikir Amelia.
"Ngak. Kayanya gak bisa deh." Amelia mulai ragu. Perasaannya semakin tidak nyaman.
"Ah, masa bodoh! Malu juga hanya sekali. Memangnya aku pikirin." Kali ini, batin gadis itu yakin.
"Okey. Hitungan ke tiga, kamu harus bangun dari ranjang ini dan lari secepat mungkin yah, Amelia!" Amelia menasihati dirinya.
Setelah yakin, Amelia mulai bersiap. Bahkan sebelum menghitung, gadis itu kembali mengambil napas dalam-dalam. Menurut Amelia, pikiran tenang sangat dibutuhkan disaat genting seperti ini.
"Satu, dua, tiga!" Amelia langsung bangun. Tapi disaat hendak berlari, dirinya malah menabrak suaminya yang berdiri tepat di hadapannya.
Sebelum itu, Amelia tak menyadari jika suaminya sedang berdiri di depannya sembari memperhatikan dirinya. Dan pada akhirnya, tubuh mereka berdua menyentuh keramik yang terbuat dari marmer itu.
Ahh ...
Teriak Amelia tepat saat mereka berdua jatuh bersama. Sudah begitu, bertindihan pula. Faisal di bawah dan Amelia berada tepat di atas tubuh Faisal.
Spontan Amelia menutup mata. Tubuh kekar dengan dada bidang milik suaminya terekspos. Rambut-rambut halus yang tumbuh disana sempat bermain geli di telinga Amelia.
Melihat hal itu, Amelia merasa bersalah dengan matanya karena melihat hal yang tidak seharusnya ia lihat.
Dengan cepat Amelia bangun dari atas tubuh Faisal dan bergegas pergi dari kamar suaminya. Matanya menyipit sambil mencoba melangkah pergi ke kamarnya tanpa menghiraukan Faisal yang sedang tertidur dalam keadaan diam.
Entah pingsan atau apalah itu, Amelia tak peduli.
Namun siapa sangka. Ulah ceroboh Amelia telah membuat suaminya sampai pingsan.
***
Huh ...
Amelia menghembuskan napas seraya mengusap kasar dadanya tepat saat dirinya bersandar di balik pintu kamarnya.
"Aman, aman." Gumam Amelia usai mengunci pintu kamarnya sambil menenangkan diri akibat shock mendadak.
Setelah dirinya benar-benar tenang, gadis itu melangkah cepat menuju ranjang yang berada di tengah-tengah ruangan. Amelia duduk disana. Lalu mulai menarik handphone dari dalam saku celana.
Sebenarnya dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Namun, rasa canggung dan gugup membuatnya bertindak sesuka hati.
"Mama sudah tidur belum yah?" lirihnya sambil menguluri kontak di dalam log panggilan usai mematikan mode pesawat.
Semenjak menikah, Amelia sering sekali menyalakan mode pesawat. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis muda itu. Intinya, dia ingin lebih tenang sebelum bisa berdamai dengan keadaan.
Mendekatkan handphonenya di telinga, Amelia menunggu peralihan nada dering dari sang ibunda. Setelah beberapa detik, nada sambung pun terdengar.
Di dalam panggilan.
[Hallo, Ma.] Amelia menyapa sang ibunda.
[Kamu ini yah, aneh.] Bukannya berbalik sapa, Amelia malah diomeli ibunya.
[Kok aneh sih, Ma?] Tanya Amelia. Nampak kerutan-kerutan halus di dahi gadis itu.
[Ya iyalah, kamu aneh. Tengah malam kaya gini seharusnya kamu tidur. Bukannya nelpon-nelpon. Memangnya ada masalah apa?] tanya sang ibunda usai memberitahu putrinya.
[Ia, ia. Aku hanya gabut doang, Ma.] Ucap Amelia. Dia memang bingung saat ini.
[Papa sudah tidur, Ma?] tanya Amelia. Gadis itu kangen.
[Sudah.]
[Gimana kabar, Papa? Sehatkah?] Lagi Amelia bertanya.
[Sehat-sehat sayang. Masalah Papa, jangan kamu urusin. Kan, ada Mama. Urusin saja suami kamu, Faisal. Perhatiin makannya, jadi istri yang rajin dan jangan ngebantah. Nurut sama suami itu juga ibadah, besar pahalanya.] Jawab sang ibunda sekaligus menasihati. Terdengar jelas dari seberang helaan napas berat putrinya.
[Mama mulai lagi, deh. Kerjanya ngomelin anaknya terus. Ishh, kesel deh aku.] Tukas Amelia dengan nada ketus.
[Ini bukan ngomel namanya. Ini lagi nasihatin kamu. Bagaimana caranya berperilaku jadi ist-]
[Itu kan, mulai lagi. Aku ini dinikahi untuk jadi istrinya bukan jadi pembantu si om tua bangka itu.] Sela Amelia lalu memutuskan panggilan secara sepihak.
"Sial." Lirih Amelia lalu membuang benda pipih itu ke atas ranjang dan melangkah keluar kamar.
Haus! Yah, gadis itu kehausan.
Sesampainya Amelia di depan lorong kamarnya, gadis itu menoleh sejenak. Entah kenapa, Amelia penasaran mengapa pintu kamar suaminya belum juga ditutup. Padahal, kebiasaan Faisal yah, selalu menutup pintu.
Walaupun tidak peduli, setidaknya Amelia masih penasaran.
Dengan perlahan, Amelia melangkah menuju kamar suaminya yang berada dua meter dari kamarnya.
Sesampainya di depan kamar Faisal, Amelia menoleh. Betapa terkejutnya gadis itu sampai-sampai maniknya tak berkedip ketika melihat sang suami yang masih berbaring di atas keramik.
"Mati? Ngak mungkin!" Amelia menggelengkan kepalanya, menepis pemikiran buruk.
"Pingsan kali." Gumam Amelia lagi. Kali ini, gadis itu lebih santai. Bukan namanya Amelia jika tidak bersikap malas tahu dan enjoy dengan keadaan sekitarnya. Bahkan jika tsunami pun, orang yang paling tenang di muka bumi ini yah, mungkin Amelia.
Namun begitu, dengan langkah cepat Amelia masuk ke dalam kamar Faisal. Dengan mata yang diperam, Amelia melangkah hati-hati.
Sebelum mengecek dan memastikan keadaan suaminya, Amelia menutupi dada Faisal yang terbuka tanpa alas dengan kemeja kerjanya. Usai melakukan hal itu, Amelia mulai mendekat.
"Semoga gak mati." Pikir Amelia.
Disituasi menegangkan seperti ini, sempat-sempatnya Amelia masih menyimpan pemikiran jahat.
"Yah kali dia mati, aku juga masuk penjara." Gumamnya lagi.
"Gak mati. Pingsan doang ini, mah." Ucap Amelia ketika merasakan hembusan napas Faisal berembus di jemarinya.
Amelia tidak merasa bersalah sedikit pun ketika melihat Faisal terkapar begitu saja. Padahal Faisal seperti ini karena ulahnya.
Uahk ...
Amelia membuka mulut lebar. Gadis itu menguap, mengeluarkan partikel udara yang terdiri dari bahan-bahan kimia. Entah apa namanya itu. Rupanya, gadis muda itu sudah ngantuk.
Malam pun semakin larut dalam keheningan. Jarum pendek yang semula berada di angka 10 tadi, kini sudah berubah. Kurang dua puluh menit lagi, jam dua belas pas.
Amelia menyipitkan matanya. Sekilas menatap tubuh sang suami yang telah ia selimuti dengan kemeja Faisal. Ia tak tega melihat Faisal kedinginan. Walaupun sedang malas, setidaknya Amelia masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi.
"Bikin repot aja." Omelnya lalu menyibak selimut dan bantal kepala dari atas ranjang.
Setelah beberapa menit berlalu, Amelia pun keluar dari kamar Faisal. Entah apa yang sudah dia lakukan degan suaminya di dalam sana. Yang pasti, Faisal telah aman terkendali malam itu.
***
Keesokan paginya, Faisal terbangun usai menyadari jika kedinginan keramik kamarnya menembus permukaan kulit.
Dengan memaksakan diri, Faisal beranjak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat apa yang sudah istri nakalnya lakukan.
Selimut bercorak monokrom itu hanya dihempaskan Amelia di atas tubuh Faisal tanpa berinisiatif menyelimuti tubuh sang suami dengan baik. Juga bantal kepala dan guling yang seharusnya berada di atas kepala malah diletakan Amelia di bawah kaki Faisal. Pantas saja, Faisal meriang sejak subuh.
"Apa dia tidak punya hati? Huh ... inilah resiko menikah dengan anak kecil." gumam Faisal dalam hati ketika menyadari dirinya tidur dengan tidak nyaman. Semua karena ulah istri kecilnya.
Dilain sisi, Amelia masih uring-uringan di dalam selimut di atas ranjang king size. Gadis yang terkenal malas tahu itu memang tidak biasa bangun pagi.
Walaupun sudah menikah dan terhitung tinggal bersama sejak dua hari yang lalu, perubahan sikap Amelia yang kekanak-kanakan, seharusnya berubah seiring berjalan waktu. Apalagi statusnya yang kini, telah ikut berubah menjadi istri orang. Namun, tak ada tanda-tanda yang bisa diharapkan Faisal dari dalam diri Amelia.