Flash back of
Keesokan paginya, Amelia masih di dalam kamar. Bermalas-malasan sambil bermain handphone. Gadis kecil itu malas bangun apalagi menyiapkan sarapan untuk sang suami.
Setelah mengusir suaminya keluar dari kamar semalam, Amelia sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan pesan ibunya untuk menjadikannya istri yang baik pun dihiraukan.
"Aku gak bakal mau jadi istri yang baik." Gumam Amelia ketika mengingat nasihat ibunya.
"Gak mau masak, sapu, bersih-bersih dan semuanya." Gumamnya lagi ketika mengingat ibunya merincikan satu-satu pekerjaan rumah yang biasa dilakukan oleh wanita. Mengingat akan hal itu membuat Amelia semakin kesal.
Saat sedang kesal-kesalnya, pintu kamarnya diketuk oleh Faisal dari luar.
Tok.. tok.. tok..
"Gak mau masak!!" Teriak Amelia ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Gadis itu pikir, Faisal akan menyuruhnya bekerja.
Mendengar teriakan istrinya membuat Faisal hanya bisa menghembuskan napas pelan.
Baru juga sehari menikah dan pindah ke rumahnya, Faisal sudah diuji kesabarannya.
Alih-alih menjawab, Faisal malah balik bertanya.
"Kamu gak lapar?" Tanya Faisal usai mengusap kasar dadanya.
"Gak. Emang kenapa?" Tukas Amelia dari dalam kamar.
"Ini aku bu-" Belum sempat habis mengucapkan kalimatnya, Amelia segera melompat dari atas ranjang dan langsung membuka pintu, menjeda ucapan suaminya.
"Aku gak mau masak, gak mau sapu dan beres-beres rumah!" Ketus Amelia dengan satu tarikan napas dan sorot mata yang menyolot.
"Aku gak ada niat menyuruh kamu masak. Aku hanya mau kamu sarapan, tuh." Faisal menunjukkan jarinya ke arah meja makan. Dimana di atas meja sudah ada roti sandwich dan susu stroberi.
"Ini sudah mau jam delapan pagi dan kamu belum makan, loh. Aku hanya takut kamu sakit." Kata Faisal sambil melangkah pergi menuju ke meja makan. Sementara itu, Amelia masih terus melirik Faisal dari balik pintu kamarnya.
"Kalau kamu gak mau makan, biar aku buang saja." Ucap Faisal seraya mengambil tupperware dari atas meja.
Mendengar akan hal itu, mata Amelia membulat. Segera ia berlari dan menarik tupperware dari tangan suaminya namun gagal.
"Jangan dibuang!" Tukas Amelia. Gadis itu terpaksa mengatakan hal itu karena perutnya sudah sangat perih karena lapar. Dan tidak akan lama lagi, cacing-cacing di perutnya akan berdemo.
"Katanya gak mau makan." Faisal meletakkan kembali tupperware yang dipegangnya di atas meja.
"Sebenarnya sih gak mau makan. Hanya saja kasihan kan rotinya. Sudah cape-cape dimasak tapi gak dimakan." Dalih Amelia sembari tersenyum kecut menatap suaminya.
Kriuk... kriuk...
Suara diperut Amelia berbunyi nyaring. Seolah otak dan perutnya tak sejalan dengan perkataan yang barusan terlontar membuat Amelia hanya bisa menahan malu di depan Faisal.
"Ohh.., gitu yah." Faisal mengangguk pelan sambil menahan tawa.
"Yaudah, enjoy yah. Aku pergi kerja dulu." Ucap Faisal sambil melangkah pergi.
Huh...
Amelia membuang napas kasar seraya merapikan rambutnya ketika dirinya sudah tak melihat bayangan suaminya.
"Dasar suami gak jelas! Cari gara-gara, yah?" Omel Amelia ketika melihat roti sandwich yang gosong belakangnya.
"Gimana mau makan kalau belakangnya gosong kek gini? Ishh, sial!" Ketus Amelia sembari menahan perutnya yang mulai perih lagi.
Mata Amelia dengan sorot mata yang penuh kekesalan tak henti-henti menatap roti sandwich gosong buatan Faisal yang berada di dalam tupperware. Melihat akan hal itu membuat Amelia semakin naik pitam.
"Kalau gak ikhlas kasih makan yah gak usah dipanggil." Geram Amelia kemudian menyabit tupperware berisi roti sandwich dan membuangnya ke tempat sampah.
Usai membuang roti gosong itu ke dalam kotak sampah, mata Amelia tak sengaja melirik sebuah stick note yang sengaja ditempelkan Faisal di atas kotak sampah.
Dengan cepat Amelia mengambil stick note itu lalu dibacanya.
"Roti yang gosong itu dibuang saja. Makan saja makanan yang aku simpan di dalam lemari putih di atas dapur."
Melihat tulisan Faisal di atas stick note membuat amarah Amelia sedikit menurun. Namun sepertinya Amelia tidak percaya jika Faisal benar-benar memasak dan menyimpan sarapan pagi untuknya.
"Gimana kalau dia bohong lagi dan malah mempermainkan aku?" Tanya Amelia kepada dirinya sendiri seraya melirik lemari putih yang dimaksudkan Faisal.
"Gak, gak, gak. Aku gak boleh lengah." Tukas Amelia lalu menarik kursi kayu di meja makan dan duduk disana.
Selama lima menit, Amelia tidak merasakan apa-apa. Namun setelah berjalan sepuluh menit, perut gadis itu kembali perih bahkan suara alien di dalam perutnya kembali berbunyi.
Sial.., aku lapar lagi! Batin Amelia seraya meremas perutnya.
"Aku gak boleh kemakan permainan om-om itu lagi." Lirih Amelia.
"Gak boleh dan gak bakal terjadi."
"Faisal itu suami gila. Loe gak bisa diginiin Mel." Lirihnya lagi. Namun sekuat tenaga Amelia meyakinkan dirinya, tetap saja lirikan matanya tak lepas dari lemari putih yang dimaksudkan Faisal.
Huh...
Amelia membuang napas seraya bangun dari duduknya.
"Aku gak bakal makan apa yang dimasakin suami gak jelas itu. Aku cuma cek doang kebenaran dari perkataannya. Apa benar ada makanan dalam lemari?" Gumam Amelia kemudian melangkah menuju lemari di dalam dapur. Sesampainya di depan lemari, Amelia masih bergumam dengan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan memakan makanan buatan Faisal.
"Cuma cek. Iya, cek doang." Tukas Amelia lalu perlahan membuka lemari berwarna putih tulang itu.
Ketika lemari itu terbuka, betapa kagetnya Amelia melihat beraneka ragam makanan enak di dalam lemari. Mulai dari makanan ringan sampai berat. Dari makanan manis sampai pencuci mulut. Semuanya tersedia di dalam lemari.
Melihat semua hal enak yang tersaji di depan matanya membuat Amelia kalap. Dengan cepat, gadis yang sedang lapar itu pun melahap semua makanan buatan Faisal dengan cepat.
***
Sesampainya di kantor tepatnya di dalam ruangan CEO miliknya, Faisal tidak langsung bekerja. Lelaki yang biasa dikenal workaholic itu malah sibuk memperhatikan handphonenya sambil menahan tawa. Padahal sudah mau seminggu ia tidak menyentuh pekerjaannya yang menumpuk apik di sudut meja. Rupanya, Faisal sementara melihat tingkah istri kecilnya yang terekam CCTV.
Sementara di depan pintu ruangan, Ryan sedang berdiri. Kedua tangan lelaki itu dilipat didada dengan posisi kaki yang berdiri menyamping. Rupa-rupanya, Ryan sedang memperhatikan sikap Faisal hari ini yang berbeda dari biasanya.
Setelah lima menit berlalu Ryan diam dan menatap Faisal, lelaki itu mulai mencoba mendekati sahabatnya.
"Tumben ketawa-ketawa sendiri." Ejek Ryan seraya mendekati Faisal yang sedang duduk.
"Lagi apa sih? Serius amat?" Tanya Ryan lagi ketika Faisal tidak merespon pertanyaannya.
"Apa sih yang loe nonton?" Ryan mulai tak sabar dengan tingkah Faisal yang terang-terangan menghiraukannya.
"Gak mau jawab yah?" Ryan merajuk. Kursi di depan meja Faisal ditariknya dan didudukinya sejenak.
"Seharusnya aku yang belajar merajuk sama kamu hari ini." Ucap Ryan dan Faisal pun melirik sahabatnya sejenak.
"Memangnya aku pacar kamu? Pakai acara merajuk lagi." Faisal dengan jawaban menyolot.
"Gimana aku gak merajuk. Sudah nikah diam-diam tapi sahabat sendiri gak di undang." Ungkap Ryan dengan memasang wajah masam.
"Siapa yang gak di undang? Bukannya sudah dikirim undangan elektroniknya ke kamu dan satu perusahaan ini? Kamu saja yang gak datang." Jawab Faisal usai meletakkan handphonenya di atas meja dan mulai sibuk dengan berkas-berkas yang menjulang tinggi.
"Ia juga sih. Lagian salah kalian sih, nikahnya dibuat di kampung. Mana ada orang dari kota kondangan ke kampung?" Keluh Ryan.
"Yah, resiko." Jawab Faisal singkat dan Ryan hanya bisa mengusap dada. Karena kalau terus ditanggapi oleh Ryan, maka ceritanya akan panjang dan tak ada ujung.
"Ohya, mana foto istri loe. Gue penasaran?" Tanya Ryan lagi.
"Gue pikir loe masih belum move on sama Maura. Eh tahu-tahunya nikah juga." Tambah Ryan. Sekretaris sekaligus sahabat Faisal itu memang cerewetnya gak ada obat.
Mendengar pertanyaan Ryan, Faisal menarik kembali handphonenya lalu mulai mencari foto sang istri di handphonenya usai menghela napas panjang. Namun, Faisal baru ingat jika dia tidak mempunyai foto istrinya di galeri HP-nya. Jangankan foto Amelia, foto perkawinan mereka berdua saja tidak ada.
Saat Faisal sedang asik mencari, Ryan kembali bertanya lagi.
"Tadi pagi, aku lewat depan rumah kamu. Rencananya sih ngecek kalau kamu sudah balik dari kampung atau mungkin lagi asik honeymoon sama istri baru kamu." Jeda Ryan.
"Tapi you know what i see?" Tanya Ryan dan Faisal menggeleng pelan.
"Bukannya kamu selalu tinggal sendirian dan gak punya pembantu?" Tambah Ryan dan Faisal pun mengangguk setuju.
"Tapi tadi aku lihat sepertinya kamu punya pembantu baru deh dan masih muda banget." Kata Ryan.
"Ciri-cirinya?" Faisal sengaja bertanya kepada Ryan padahal dia sudah tahu apa yang sedang dibicarakan sahabatnya.
"Ciri-cirinya, yang pertama sudah pasti cewek. Masih muda kisaran umur 18-an, terus agak pendek, rambutnya berantakan kek rambut singga dan kulitnya putih bersih." Jelas Ryan
"Ini orangnya?" Faisal memberikan handphonenya lalu memperlihatkan rekaman Amelia di CCTV.
"Ia, ini orangnya. Emang siapa? Pembantu loe?" Tanya Ryan lagi.
"Bukan, dia bukan pembantu. Dia ini yang istri gue, istri kecil gue." Ucap Faisal yang membuat Ryan terdiam seketika.