Chereads / I Love You, Om / Chapter 2 - Suatu kebetulan

Chapter 2 - Suatu kebetulan

Satu minggu sebelumnya.

Libur semester untuk musim panas sudah diumumkan. Libur kali ini akan bertambah lebih panjang karena angka kematian kasus Corona virus yang terus meningkat dan mencapai angka yang mengkhawatirkan.

Namun begitu, bagi sebagian mahasiswa semester akhir adalah kutukan karena mereka tidak bisa bertatap muka dan belajar di kampus bahkan melakukan konsul dengan dosen pembimbing. Itu artinya, mereka akan lebih giat lagi belajar sendiri dari rumah secara daring hingga wisuda.

Walaupun begitu, berbeda bagi Amelia. Gadis lugu, polos namun heboh itu terlihat bersemangat saat mendengar pengumuman libur. Karena bagi mahasiswa semester pertama sepertinya, membuat Amelia bisa memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang menikmati hari libur. Saking bersemangatnya, gadis gila itu sudah mempersiapkan pakaiannya untuk pulang ke kampungnya hari itu juga.

"Woy!!" Teriak Dea dari belakang sambil berlari ke arah Amelia.

Dea adalah sahabat Amelia. Keduanya bersahabat sudah cukup lama. Persahabatan mereka dimulai dari bangku putih abu-abu.

"Hey!!" Tak lama setelah itu datanglah Reyhan—anak klub basket tertampan di kampus mereka.

Ohya, selain Dea ada Reyhan. Lelaki yang biasa di panggil Rey oleh Amelia dan kacung oleh Dea adalah sahabat kedua gadis muda yang petakilan itu. Mereka bertiga bersahabat sejak masa putih abu-abu dan persahabatan mereka masih berlanjut hingga menjadi mahasiswa di kampus negeri ternama di kota mereka. Bahkan mereka bertiga satu kelas sudah begitu mengambil jurusan yang sama pula yaitu jurusan manajemen.

"Mel, kami mau balik ke kampung kamu sekarang?" Tanya Rey seraya melirik Amelia.

"Hmmm..," Amelia mengangguk cepat. Ia ingin sekali pulang kampung karena sudah rindu dengan hewan ternak ayahnya.

Sedikit informasi, Amelia adalah anak dari pengusaha dan peternak hewan. Segala hewan dipelihara ayahnya kecuali binatang haram. Amelia gemar berternak karena degan berternak, gadis itu bisa melepas penat dan stres. Alih-alih mencari kesenangan untuk melepas penat, Amelia justru menghilangkan stres dengan berternak. Dan disaat gadis itu berternak, stresnya pun akan berkurang.

"Apa kau lupa? Dia sudah rindu kepada sapi, kambing, kuda, unta dan hewan sialnya itu hingga ingin pulang cepat dan melupakan kita berdua, sahabatnya." Ucap Dea kesal seraya menyebutkan nama hewan dengan asal karena Amelia secara terang-terangan menolak mengikuti pesta akhir semester. Dimana pesta itu akan diadakan setahun sekali pada saat libur musim panas dan segala mahasiswa baik junior dan senior akan berkumpul disana untuk berpesta.

"Yah.., gak gitu juga konsepnya kali Dea." Amelia memutar bola matanya lalu melirik Dea sekilas.

"Kalau begitu kamu harus ikut pesta akhir tahun." Ucap Dea cepat.

"Stttt!!! Kali ini gak ada kata 'TAPI'. Yah kan Kacung?" Tukas Dea sambil melirik Rey ketika Amelia hendak membuka mulutnya untuk bersuara.

"Jadi kamu harus ikut kita berdua kesana." Tukas Rey lalu menarik lengan Amelia bersama dengan Dea lalu membawa gadis itu berlari mengejar bus yang hendak pergi dari halte.

Rupanya hal konyol itu sudah direncanakan oleh Dea dan Rey sehingga mau tak mau, suka tak suka, Amelia harus menuruti perkataan konyol kedua sahabatnya itu yang tak akan pernah bisa ditolaknya.

***

Faisal melonggarkan dasi yang mencekik lehernya lalu menyandarkan tubuhnya dengan pasrah di atas eksekutif chair. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu tampak tak tenang. Berkali-kali hembusan napas kasar keluar dari mulutnya ketika memikirkan perkataan kedua orang tuanya yang menyuruhnya menikah.

Memang tidak ada salahnya dengan kata menikah ataupun melangsungkan pernikahan. Yang salah dan begitu mengganggu pikirannya saat ini adalah siapa yang akan dinikahinya. Masalahnya terletak pada wanita yang akan dinikahinya itu bukanlah gadis dewasa melainkan gadis kecil yang biasa memanggilnya dengan sebutan "om-om".

Amelia Putri Pratama. Yah, gadis kecil itu adalah Amelia—anak dan putri tunggal dari sahabat ayahnya. Faisal masih ingat dengan jelas ketika ia mengunjungi keluarga sahabat ayahnya yang sudah dianggap seperti keluarga kedua baginya. Dulu, Faisal selalu berkunjung kesana setiap akhir pekan hanya untuk bermain dengan Amelia.

Saat itu, Amelia masih kecil. Gadis itu berada di bangku sekolah dasar sedangkan Faisal adalah seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan bisnis. Jarak usia keduanya yang terpaut sangat jauh membuat Amelia sering memanggil Faisal dengan sebutan "Om-om." Ketika Faisal berkunjung ke rumahnya. Namun Faisal tidak marah karena setiap kali bertemu dengan Amelia kecil, Faisal merasa sedang bermain dengan adiknya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu.

Namun pemikiran untuk menikah dengan Amelia sama sekali tidak pernah terlintas dipikirannya. Walaupun dulu ayahnya dan ayah Amelia pernah berjanji bahwa akan menjodohkan putrinya dengan Faisal. Namun Faisal hanya menganggap perkataan itu sebagai gurauan orang tua saja hingga ia tidak sadar bahwa kedua orang tuanya memang serius menjodohkan mereka berdua. Hingga tepat saat ayahnya memintanya untuk menikah dengan Amelia, di situlah baru Faisal menyadari jika perkataan sepuluh tahun lalu itu bukan sebuah candaan.

Lagipula ini bukan salah ayahnya sendiri yang menjodohkan dirinya dengan Amelia. Pasalnya sudah berulang-ulang kali Alex—ayah Faisal menyuruh putranya mencari pacar dengan tujuan menikah karena Faisal sudah tidak muda lagi. Bahkan tak segan membuat daftar kencan buta. Namun tetap saja, Faisal tidak pernah mendatangi setiap kencan buta yang sudah ditaur ayahnya dan menghindari puluhan wanita yang dekat dengannya.

Faisal hanya ingin menikah dengan wanita yang dia cintai terlepas dari latar belakang wanita yang akan dinikahinya. Baginya, menikah adalah hal yang sakral dan itu terjadi sekali seumur hidup. Untuk itulah Faisal belum menikah sampai lelaki itu berada di usia tiga puluh dan membuatnya sadar bahwa dirinyalah yang menggali kuburnya sendiri. Sekarang, Faisal sudah masuk ke dalam kubur yang ia gali sendiri dan kali ini, ia hanya bisa menuruti semua perkataan ayahnya termasuk menikah dengan Amelia.

Walaupun berpikir panjang dan melakukan banyak pertimbangan ketika dirinya merasa ragu menikah dengan Amelia namun pada akhirnya Faisal tetap saja setuju. Menurutnya, Amelia adalah gadis yang sudah ia kenal lama dan sepertinya tidak butuh waktu lama untuk mempelajari sifat gadis kecilnya. Daripada Faisal harus mencari gadis dewasa dan dinikahinya lalu mempelajari sifat gadis yang belum dikenalnya sebaik dirinya mengenal Amelia.

Pemikiran itulah yang membuat Faisal luluh dan menyetujui pernikahan itu. Tapi lihat? Sekarang Faisal malah duduk dan merenung, memikirkan apa yang akan terjadi setelah Amelia tahu jika yang menikah dengannya adalah lelaki yang biasa dipanggilnya om-om.

***

Amelia memutar bola matanya saat melihat kawasan perbelanjaan yang luasnya sejauh mata memandang. Mol-mol besar dan toko-tok swalayan serta butik ada dimana-mana. Dari ujung hingga ujung, sisi demi sisi, banyak sekali barang yang dijual hingga hampir saja Amelia lupa kalau tempat ini adalah pusat perbelanjaan terbesar di kotanya yang sudah tidak ia datangi sejak dua tahun terakhir.

"Ternyata sudah banyak yang berubah." Amelia membatin.

"Tunggu apalagi Amel? Ayo kita harus cari baju yang sesuai dengan temanya." Ucap Dea cepat. Entah kapan gadis berambut pendek itu berdiri di samping Amelia.

Huhhh ...

Amelia menghela napas panjang. Jujur demi Tuhan. Amelia sangat malas berkeliaran siang ini. Ia lebih memilih pulang ke kosannya lalu mengemas barang-barangnya untuk bersiap pukang kampung. Namun sekarang? Lihatlah sendiri. Amelia telah diseret ke tempat ini bahkan ia sama sekali tidak punya hak untuk menolak pemintaan konyol kedua sahabat gilanya.

Kali ini ia harus berpikir keras. Daripada membuang waktu berada disini, Amelia lebih baik pulang dan beristirahat. Mengingat hal itu membuat Amelia memikirkan sebuah ide gila. Gadis kecil dan mungil namun heboh itu akan berulah lagi kali ini.

Tak lama setelah itu datanglah Reyhan dengan dua buah kotak jus ditangannya. Jus itu kemudian diberikan kepada Amelia dan Dea.

"Minum kalian berdua. Hari ini panasnya ekstra. Matahari lagi musuhan sama bumi kali." Ucap Reyhan dengan gurauan tuanya usai memberikan jus itu kepada kedua sahabatnya setelah mengejek kedua gadis muda itu.

Kedua wanita itu mengangguk cepat lalu meminum jus mereka hingga habis tak tersisa. Melihat tingkah kedua sahabatnya, Reyhan hanya bisa menggeleng ketika melihat peluh tak henti-hentinya keluar dari tubuh Dea dan Amelia. Jelas sekali, Amelia dan Dea sedang kehausan saat ini.

Setelah melihat Dea dan Amelia telah selesai minum, Reyhan kembali melanjutkan langkahnya.

"Ayo." Ajaknya kepada kedua wanita yang berada dibelakang-nya. Tak lama setelah itu, Dea mengekori Reyhan namun tidak dengan Amelia.

Amelia masih berdiri di belakang dan enggan melangkah. Sementara Dea segera menghentikan langkahnya lalu melirik Amelia sekilas. Dan betapa kagetnya Dea ketika melihat Amelia yang masih berdiri.

Dengan geram dan langkah yang sengaja dipercepat, Dea menghampiri sahabatnya. "Ayo!!" Ajak Dea seraya menarik lengan Amelia. Namun bukannya Amelia yang dibawa pergi oleh Dea melainkan tubuh Dea ditarik ke belakang saat menarik Amelia. Rupanya Amelia menahan tubuhnya dan itu bagian dari rencananya.

Melihat Amelia yang memberontak membuat Dea memanggil Rey. Lalu dengan beberapa gerakan tubuh membuat Rey langsung paham maksud Dea. Sahabat lelakinya itu sudah tahu apa yang harus dia lakukan kepada Amelia—gadis keras kepala itu.

Di sisi lain, sebuah manik berwarna hitam pekat melirik ketiga pemuda-pemudi yang saling tarik menarik di bawah pohon Akasia.

"Apa-apaan mereka ini." Gumam lelaki pemilik manik hitam itu saat tatapannya melihat Amelia, Dea dan Rey yang sedang menarik Amelia yang enggan beranjak dari tempatnya berpijak.

"Dasar anak-anak ini, jam segini masih berkeliaran. Bukankankah mereka mahasiswa? Seharusnya berada di kampus bukan di pusat perbelanjaan." Tambahnya seraya memijit pelipisnya yang tidak sakit sama sekali.

Bersambung...