Beralih dari situ.
Kini Katsuki sudah berada di dalam mobil yang mengantarkannya sedikit lebih jauh dari pusat kota Nevada. Lebih tepatnya ke daerah pinggiran kota, namun bukan daerah yang terpencil.
Pepohonan masih berada di sekitar pinggiran jalan, meskipun peradaban manusia sudah lebih maju. Tapi pemerintah tetap menekankan bagi setiap pihak baik itu manusia, Werewolf, ataupun vampir untuk tetap menjaga lingkungan.
"Kita sudah sampai."
Katsuki yang tadinya sedang melamun, tersadar karena ucapan supir itu. Dia sekarang tengah berada di pinggir sebuah lapangan luas dengan hamparan rumput hijau tipis di sepenjuru lapangan tersebut.
Tidak ada siapa-siapa di sana selain Katsuki. Supir taksi yang sudah meninggalkan tempat itu kini membuat tempat itu semakin sepi, hari sudah senja dan apa yang akan dilakukan oleh Katsuki masih tidak jelas keterangannya.
Kenapa tidak langsung saja melompat atau berlari cepat dengan kekuatan supranatural Werewolf yang Katsuki miliki?
Memang pertanyaan itu cukup masuk akal. Tapi coba kalian pikir saja. Kenapa manusia tidak berlari saja setiap waktu bila mereka bisa berlari? kenapa mereka tetap berjalan pelan? jawabannya karena melakukan hal seperti itu memerlukan energi lebih.
Begitu juga dengan Katsuki. Dia bisa saja berlari atau melompat dengan kekuatannya, bahkan lompatannya bisa sampai sejauh dua puluh meter dalam sekali lompat. Tapi ini bukan ajang pamer kekuatan, lagipula itu adalah hal yang melelahkan dan membuang-buang waktu bagi Katsuki.
Werewolf juga mengikuti gaya hidup manusia, tidak ingin terlalu mencolok walau tidak ada larangan untuk itu.
Katsuki duduk di bebatuan berjejer, di sana Katsuki menikmati kesunyian sekaligus keindahan langit senja yang jarang sekali dapat ia nikmati bila sedang sibuk bekerja. Kali ini ia akan menghabiskan waktu jauh dari pusat kota.
"Sedang apa? kenapa tidak berkumpul bersama yang lain?"
"Oh? Fred. Tidak, aku ingin di sini dulu. Kalian terlalu berisik, dan aku sedang ingin menikmati pemandangan di sini," tutur Katsuki.
"Ya, kau benar. Tapi tidak pada bagian kami yang terlalu berisik. Secara langsung kau mengatakan bahwa aku juga berisik."
Seorang pria dengan tubuh kekar, memakai kaos ketat berwarna abu-abu, dan berambut coklat menghampiri Katsuki. Entah datang darimana dia, tapi nyatanya dia datang dengan kecepatan super. Sampai-sampai dalam sekejap mata, dia sudah ada berada di belakang Katsuki.
"Terserah kau saja," gumam Katsuki. Dia memeluk lututnya, meraskaan dingin yang membuatnya menggigil. Namun ia suka dengan rasa dingin tersebut.
Fred melirik ke arah paha dan betis Katsuki yang mulus. Bukannya Fred tidak tahu bahwa Katsuki adalah seorang gigolo, tapi dia hanya menghormati Katsuki sebagai sesama anggota peck dan temannya.
Mereka berdua tergabung sebagai anggota di dalam sebuah peck. Meskipun begitu, mereka berkumpul bukan untuk sebuah pertemuan yang membahas perburuan dan persaingan dengan Peck lain.
Bukan berarti kehidupan para Werewolf sekarang ini begitu aman dan jauh dari sistem dan hukum alamiah mereka dulu. Hanya saja, kebetulan peck yang satu ini terlalu santai dalam beraktivitas. Kegiatan mereka hanya sekedar berkenalan, berbincang, dan bersantai.
Terdengar monoton, tapi bagi anggota peck itu hal itu tidak sepenuhnya buruk. Karena masing-masing dari mereka juga sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, untuk urusan berburu mereka akan saling membantu bila ada perkumpulan.
Sekedar informasi, Werewolf sekarang sebagiannya sudah tidak terlalu menyukai daging mentah. Hanya ada Werewolf tingkat menengah dan rendah yang masih memiliki rasa ingin untuk memakan daging mentah atau daging manusia.
Bisa digarisbawahi, hanya Werewolf level rendah yang melakukan hal itu. Bagi Werewolf tingkat tinggi, mereka hanya akan makan daging hewan. Mereka tetap tidak bisa membuang sifat alamiah mereka sebagai Werewolf.
Tidak dapat dipungkiri diantara mereka semua yang tergabung dalam peck itu ada yang merasa bosan dan berpikir bahwa peck itu tidak melakukan sebuah kegiatan yang menyenangkan. Walau berburu bersama, saling membantu, dan berkumpul. Tapi yang mereka inginkan itu adalah sebuah pertarungan yang penuh aksi dan penuh darah.
Itu adalah keinginan dari pihak Werewolf yang tidak baik, bahkan saat ada perkumpulan seperti ini mereka lebih memilih membuat kelompok sendiri.
Jangan berpikir kalau Katsuki adalah bagian dari mereka. Hanya kebetulan saja kali ini Katsuki ingin menyendiri.
Pemimpin peck ini adalah orang yang misterius, sangat jarang ikut berkumpul, dan dikabarkan rumornya dia adalah seorang pria mengerikan dengan sifat kejam. Maka dari itu tidak ada yang berani untuk mengingatkan sang pemimpin peck bila ada perkumpulan seperti ini.
Cukup aneh.
Bahkan sampai sekarang, banyak anggota peck itu yang penasaran dengan wujud pemimpin peck mereka.
Sudah beberapa menit berlalu, mungkin sekitar dua puluh menit mereka berada di sana. Dan Fred berniat untuk mengajak Katsuki berkumpul bersama Werewolf lainnya.
"Ayo berkumpul dengan yang lainnya," ajak Fred. "Mereka menanyakan tentang mu."
Katsuki akhirnya mau ikut dengan Fred, tidak enak rasanya bila tidak mempedulikan orang yang sedang menunggu kehadiran kita. Begitulah menurut Katsuki.
"Akhirnya kau datang juga, aku kira kau tidak datang kali ini," sapa seorang perempuan dengan kulit eksotis. Dia cukup ramah dan juga berwajah manis.
"Ya, tadinya hampir begitu. Setelah bekerja aku mendapati seseorang pria asing masuk ke dalam kamar hotel ku. Dia orang yang aneh," jelas Katsuki.
Mendengar hal itu, sebagian orang di sana saling melirik satu sama lain. Mereka tersenyum penuh arti, mereka terlihat tertarik untuk mendengarkan cerita Katsuki lebih lanjut tentang itu.
"Lalu, apa yang kalian lakukan?" tanya perempuan itu, lagi.
Katsuki bisa mengetahui maksud dari senyuman dan tatapan mereka semua. Dia bersikap biasa saja dan santai. "Tidak ada, dia sempat memberikan kartu kredit dan pin nya. Tapi aku kembalikan, aku tidak tertarik untuk menguras uang orang yang sedang mabuk."
"Apa kau ingat dengan wajahnya? bagaimana ciri-cirinya?" tanya Fred.
Katsuki berpikir-pikir, dia menyipitkan matanya dan menatap ke arah langit. Menerawang ke saat-saat di mana ia bertemu dengan pria mabuk itu.
"Tidak ingat, dia cepat-cepat pergi ke kasur pada saat itu," jawab Katsuki.
Yang lainnya terlihat kecewa. Itu membuat Katsuki bertanya-tanya dalam hati. "Kenapa kalian seperti itu? memangnya apa yang kalian harapkan? meskipun aku dan dia bercinta sampai lemas, aku juga tidak akan menceritakannya pada kalian."
"Tch, kau ini," cibir salah satu lelaki lain di sana. "Lalu, apa yang kau ingat dari pria yang pernah kau temui di tempat pekerjaan mu? tidak mungkin kau tidak mengingat sama sekali tentang mereka."
Katsuki tertawa, meskipun pertanyaan itu cukup sensitif tetapi dia tidak memikirkan hal itu sebagai sebuah penghinaan. Itu hanya lelucon.
"Aku hanya mengingat penis mereka, itu saja."
Semuanya terdiam, wajah mereka menegang. Katsuki mengernyit heran, padahal tidak biasanya mereka begitu.
"Kenapa kalian diam?" tanya Katsuki. Semuanya masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Katsuki.
Dengan cepat Katsuki berbalik ke belakang dan menemukan seseorang berdiri di belakangnya.