Katsuki merasa geram, dia terus melanjutkan pertarungannya dengan Green. Sontak, hal itu membuat Eijiro kembali memusatkan perhatiannya kepada dua pria cantik itu. Eijiro tak habis pikir, memangnya apa yang salah?
Ya, Eijiro tidak sadar. Dia mengira, hanya dengan uang yang sudah masuk ke rekening, itu sudah cukup bagi gigolo di BullGert Bellaria. Padahal apa yang Eijiro pikirkan itu keliru.
Terutama untuk Katsuki, rasanya dia benar-benar terhina. Secara tidak langsung, berarti Eijiro sudah berkata bahwa dia tidak sudi untuk menikmati tubuh Katsuki. Walau itu tidak merugikan Katsuki, tapi tetap saja Katsuki tidak terima. Dia adalah seorang lelaki cantik yang tidak pernah ditolak pesona nya oleh orang lain. Dan baru kali ini dia sama sekali tidak dipedulikan. Bahkan, Katsuki sudah menggoda Eijiro berkali-kali dan dia tidak digubris sampai detik ini juga.
"Aku tidak perlu uang mu," tukas Katsuki. Dia langsung melirik dengan tatapan tajam ke arah Eijiro. Dia masih menampilkan taringnya. Taring khas Werewolf. "Aku juga ingin disentuh oleh dirimu. Aku merasa gagal menunjukkan keindahan diriku bila orang yang menyewa ku tidak mau menyentuh aku!"
"Bukankah seharusnya kau senang? kau tidak perlu repot-repot melayani aku. Dan aku akan tetap membayarmu," balas Eijiro. Dia tidak mengerti dengan pola pikir dari Katsuki.
"Itu adalah penghinaan bagiku! kau seperti mengatakan bahwa aku buruk rupa dan sama sekali tidak menarik, hingga kau tidak sudi untuk bercinta dengan aku," jelas Katsuki.
Tanpa banyak berkata lagi, Katsuki mengambil pakaian di atas sofa dan mengenakannya. Dia pergi dari ruangan itu dengan nafas terengah-engah. Bukan karena kelelahan, melainkan karena menahan emosi dan rasa kecewa di dalam hatinya.
'Kau benar-benar berubah, Eijiro. Apa yang membuatmu seperti ini? apa karena sekarang kau sudah menjadi pria sukses, dan menurutmu aku tak pantas lagi untuk menjadi kekasihmu?'
Katsuki membatin, dengan langkah yang cepat dia meninggalkan kamar itu untuk pulang. Tak ada keinginan untuk melanjutkan pekerjaannya malam ini.
Sementara itu, hanya tersisa Eijiro dan Green di kamar itu. Tadinya, Green hendak mengajak Eijiro untuk melanjutkan sesi bercinta mereka yang sempat tertunda, namun nampaknya hasrat Eijiro sudah hilang.
"Tuan Eijiro. Ayo kita lanjutkan lagi," ajak Green.
Eijiro menepis tangan Green, dia mengambil piyama mahal miliknya dan mengambil ponselnya. Tak lama setelah itu, ponsel Green berbunyi dan menampakkan notifikasi bahwa Green sudah mendapat uang sebesar lima puluh juta dolar.
"Sudah kan? itu kan yang kau mau?" tanya Eijiro. Namun dia hanya mendapati Green terdiam dengan ekspresi yang tak dapat dijelaskan. "Astaga, jangan bilang kau juga sama seperti lelaki itu tadi. Kenapa gigolo di bar ini merepotkan semua?"
Green mengerucutkan bibirnya pertanda kesal, ia ditinggalkan begitu saja di kamar itu. Nampak sekali bahwa Green juga tidak berharga menurut Eijiro. Padahal Green tadi sudah sangat bangga dan berniat untuk menjadikan Eijiro sebagai kartu as nya bila menghadapi Katsuki. Namun nyatanya, dia hanya terlalu percaya diri dan salah kira. Dirinya tak lain sebagai seorang pemuas nafsu yang hina bagi Eijiro.
.
.
.
.
.
Katsuki langsung pulang ke apartemen miliknya. Siapa bilang dia tinggal di kawasan permukiman kumuh? uang yang Katsuki dapat selama ini tidak semata-mata ia gunakan hanya untuk berbelanja pakaian mahal. Namun dia juga berpikir untuk memiliki tempat tinggal yang layak dan nyaman untuknya.
Di atas sebuah ranjang king size itu kini terdapat seorang remaja cantik yang merebahkan diri dalam posisi telentang. Ada air mata yang menetes dari pelupuk mata lelaki itu.
Semua ingatan tentang perlakuan Eijiro tak dapat Katsuki lupakan begitu saja. Dia meremas rambutnya sendiri, melampiaskan kekesalannya lewat remasan tangannya itu. Namun semuanya sia-sia saja, karena rasa sedih Katsuki tak kunjung hilang.
Sebenarnya prinsip sebagai seorang gigolo itu hanyalah alibi Katsuki di depan Eijiro. Karena alasan sebenarnya dari kemarahan Katsuki adalah karena ia cemburu.
Katsuki sangat cemburu ketika lelaki yang ia cintai malah bercumbu di ranjang bersama lelaki lain. Ditambah, lelaki yang menjadi partner seks Eijiro adalah saingannya sendiri. Pantas saja bila Katsuki mengamuk seperti tadi. Untung saja Katsuki tidak semakin menggila dan menghancurkan ruangan itu.
Katsuki harus mengetahui apa sebenarnya alasan Eijiro hingga Eijiro tega menyakiti perasaannya seperti ini. Dia yakin sekali bahwa Eijiro yang ia temui kini adalah Eijiro yang ia kenal beberapa tahun yang lalu. Dia tidak pikun, dia sangat tahu siapa yang dia temui. Maka dari itu, Katsuki tidak mau diam saja, dia ingin mengetahui kejelasan dari semua yang terjadi sekarang.
Tapi permasalahan tidak bisa diselesaikan ketika sedang memanas.
Ya, Katsuki harus membuat suasana menjadi lebih tenang. Sehingga dia bisa berbincang dengan Eijiro dalam suasana yang lebih baik.
"Haha, setelah menghilang bertahun-tahun. Kau datang dengan harta ratusan miliar dolar tapi dengan sifat angkuh dan kejam. Apa kau menukar seluruh sifat baik mu menjadi harta kekayaan? konyol sekali," ujar Katsuki meracau sendirian di kamar tidurnya.
Katsuki kemudian melirik ke sebuah frame foto yang membingkai fotonya bersama Eijiro. Nampak senyuman lebar di wajah remaja tampan itu. Berbeda dengan sekarang, gaya rambut Eijiro tidak seperti sekarang. Rambut gondrong lurus ke bawah, warna nya pun masih hitam, tidak seperti sekarang yang sudah di cat berwarna merah.
"Apa yang membuatmu berubah, Eijiro? aku yakin sekali, kalau hanya karena statusmu sekarang pasti takkan membuat pendirian dan sifatmu berubah. Pasti ada sesuatu yang membuatmu seperti ini. Aku tidak akan membiarkan dirimu sendiri lagi, Eijiro." Katsuki mengecup foto itu.
Dengan jempolnya, Katsuki mengusap foto Eijiro. Seakan-akan dia tengah mengusap langsung wajah pria itu.
Waktu lima sampai sepuluh tahun bukan sebuah hal yang terlalu berarti untuk para Werewolf, sama seperti Katsuki dan Eijiro. Bahkan mereka sudah hidup ratusan tahun. Tapi tetap saja bagi para Werewolf yang tengah merindu, waktu seperti itu adalah waktu yang lama.
Lalu kenapa Katsuki masih dibilang seorang remaja? karena dirinya memang setingkat dengan para remaja untuk sesama Werewolf. Walau dia sudah hidup selama ratusan tahun, tapi tetap saja dia masih seorang remaja di kalangan Werewolf.
Kembali ke Katsuki sekarang. Dia sedang melamun. Namun bukan hanya sekedar melamun, Katsuki sedang memikirkan cara agar dia bisa menemui Eijiro secara langsung. Mungkin Eijiro aka datang lagi ke bar itu, tapi tak ada jaminan kalau dia bisa mendekati Eijiro.
Katsuki menjentikkan jarinya, dia langsung menelpon Melia dengan ekspresi bersemangat.
"Melia, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu."