Chereads / Into Reality : Mewujudkan Cinta Virtual / Chapter 3 - Bab 03 : Dunia Virtual

Chapter 3 - Bab 03 : Dunia Virtual

Ia segera melepaskan segala peralatan yang menempel di tubuh setelah jadwalnya hari ini telah selesai dilaksanakan. Semua benda itu mengirimkan sensor kepada komputer supaya gerakan-gerakan yang ia buat dapat diikuti oleh karakter animasi yang sedang ditampilkan.

Meski berada di ruangannya sendiri dan tidak pergi ke atas panggung secara langsung, dia bisa ikut merasakan kelelahan karena harus bergerak cukup lincah. Tampil di depan publik dengan jumlah yang lebih banyak membutuhkan energi yang juga berlipat-lipat membuat dia berpikir agar bisa secepatnya mengambil istirahat untuk fisik serta mentalnya.

Lelaki yang berada pada jarak dua meter darinya bertepuk tangan atas penampilan tersebut. Sangat terlihat bahwa dia turut bangga lewat matanya yang mencekung layaknya bulan sabit, meskipun setengah wajahnya tertutup masker hitam. Setelah memastikan mic sudah dimatikan, barulah mereka bisa memulai obrolan.

"Kau luar biasa, Indigo," sanjungnya.

Wanita itu memalingkan muka demi menutupi perasaan malu karena mendapat pujian. "Benarkah? Maksudku ... Terima kasih. Ini pertama kali aku tampil di sana meskipun tidak dapat menyaksikan wajah para penonton secara langsung."

"Itupun sudah membuktikan kau sangat hebat karena bisa meraih ke tingkat saat ini. Kau lihat? Mereka bertepuk tangan untukmu. Kuucapkan selamat atas kemenanganmu, Indigo Valentine."

Ia menggeleng-gelengkan kepala, lalu mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan Indigo. "Bukan. Maksudku Estela Sherman," ucapnya meneruskan.

"Jika kau lebih suka memanggilku Indigo dibanding Estela, aku tidak akan mempermasalahkan itu," jawab si wanita.

"Indigo hanya bagian dari dirimu sebagai seorang idol. Di luar itu, kau adalah Estela. Jadi, boleh aku memanggilmu Estela di luar jam kerja?"

Wanita itu hanya memperlihatkan senyum ramahnya, sebagai pertanda bahwa dia menyetujui hal tersebut. Hal ini disambut rasa bahagia oleh si pria.

"Bisakah kita makan malam bersama nanti? Dengan dirimu sebagai Estela. Ada yang ingin kubicarakan kepadamu."

Estela terdiam sejenak, sedang memikirkan matang-matang keputusannya. "Ehm ... Baiklah. Tepatnya pukul berapa?"

Pria itu melihat pada jam tangannya. Memberitahu waktu di mana Estela harus sudah datang di tempat makan, yakni pukul 8 malam. Sekali lagi, Estela menyetujui. Setelahnya, si pria berpamitan karena harus melakukan kegiatan lain. Ia menyuruh Estela beristirahat sehabis ini, dan Estela menuruti perkataan pria itu.

Estela tidak bisa melanggar meski dia tidak diminta ataupun ada keinginan untuk melawan. Walau bersembunyi di balik personanya, tetapi ia tetaplah seorang artis. Penyanyi. Seorang idol pop yang sedang naik daun. Kesehatan serta keselamatannya penting untuk dinomor satukan.

Estela mengamati sosok lain dari dirinya dalam PC, yang tak lain adalah Indigo Valentine. Warna rambut Indigo berwarna ungu lembayung, berbeda dengan Estela yang cokelat kehitaman. Pun warna mata Estela adalah hijau, tidak seperti Indigo yang memiliki warna mata hampir senada dengan rambutnya.

Indigo Valentine memang bagian dari dirinya. Topeng yang Estela gunakan jika berada di publik, sebagai seorang penyanyi pop virtual. Tapi sebagai Estela Sherman, dia berbeda jauh dengan Indigo.

Mengenai acara penghargaan barusan, mendadak wajah Estela memerah malu. Ia mengentak-entakkan kaki karena rasa senangnya setelah bertemu seseorang yang selama ini dia kagumi. Melihat sosok itu secara bertatapan muka membuat Estela merasa dirinya dibawa melayang jauh.

Daniel Kim sangat mempesona. Untuk pertama kali dia bisa berhadapan langsung dengan Daniel sungguh membuat jantung Estela berdebar lebih kencang sampai wanita itu menyentuh dada.

"Tenanglah, Stela. Kendalikan emosimu!" Estela menepuk-nepuk pipinya sendiri. Akan tetapi, tentu saja hati tak bisa membohongi pikiran, yang membuat Estela menjadi senyum-senyum sendiri.

***

Colours Entertainment, merupakan sebuah agensi yang khusus menaungi para idol virtual. Gedung yang dipakai tidak bisa dibilang terlalu tinggi maupun luas, namun sanggup menampung banyak idol virtual karena kebanyakan talent-talent mereka bekerja di rumah masing-masing, meskipun sebagian tinggal di asrama yang telah agensi sediakan.

Tetapi berbeda dengan Estela, pertunjukan tadi mengharuskannya untuk berada di studio agensi agar peralatan yang dibutuhkan untuk bentuk tiga dimensi lebih memadai. Sekarang wanita itu sedang mengambil jam istirahat sebelum benar-benar menyelesaikan pekerjaannya hari ini.

Dia berada di depan sebuah mesin kopi, tengah menunggu gelasnya hingga dipenuhi cairan berwarna cokelat yang dihasilkan mesin tersebut. Selagi Estela memperhatikan gelasnya, nampak dua orang staf masuk ke ruangan yang sama dan berniat meminum kopi juga seperti Estela.

"Oh, halo, Estela," sapa staf dengan rambut dikuncir atas.

"Halo juga, Mrs. H." Estela menyahutnya.

"Ternyata kau lebih dulu datang," kata staf tersebut setelah melihat gelas Estela yang sedikit lagi penuh oleh kopi.

Estela hanya menyeringai gugup, bahkan tangannya yang meraih gelas mengalami sedikit tremor. Dia masih belum terbiasa saling menyapa dengan orang yang tidak sering dia temui maupun berkomunikasi.

"Estela, nona ini merupakan salah satu staf baru di agensi kita. Perkenalkan, dia Mrs. A. Dia bekerja di bagian desain karakter."

Kemudian, pandangan Mrs. H beralih pada Mrs. A. "Mrs. A, mungkin kau cukup menyadari dari suaranya. Tapi, biar aku perkenalkan kepadamu. Estela Sherman, dialah sosok manusia di balik idol virtual Indigo Valentine."

"Oh, benarkah? Aku melihat acara penghargaan itu, kalau kau memenangkan nominasi penyanyi terbaik tahun ini. Selamat, ya." Mrs. A mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Estela, dan mendapat balasan dari Estela.

"T-terima kasih."

"Tapi, kau terlihat berbeda sekali dengan Indigo. Maksudku, mana sifat yang asli? Indigo atau anda?"

Menyadari pertanyaan tersebut sedikit sensitif untuk para talent, Mrs. H pun menyela. "Itulah yang dinamakan persona, Mrs. A. Memang tak sama, tetapi Indigo merupakan bagian dari diri Estela. Estela hanya dapat menjadi Indigo jika dia tidak sedang dalam keramaian, dan tentunya tidak memperlihatkan sosoknya yang asli."

Mrs. A nampaknya mengerti oleh ucapan Mrs. H. Di depan mereka, Estela sibuk mengusap-usap gelas kopi yang tengah ia pegang. Kepalanya agak menunduk bahkan merasa bingung hanya untuk memandang Mrs. H. Segera wanita itu berpamitan dan langsung pergi setelah Mrs. H mengiyakan pamitannya.

Estela baru bisa bernapas lega ketika koridor tak menunjukkan keberadaan staf ataupun talent lain. Suasana tadi membuat dirinya canggung. Mrs. H memang sudah tidak asing lagi bagi penglihatan dan pendengaran milik Estela, tetapi orang di sampingnya merupakan staf baru yang tentu saja belum kenal dekat dengannya.

Sudah sejak lama Estela mendapat masalah terkait cara bersosialisasinya. Meski kelihatannya tak ada halangan, namun Estela mudah memikirkan pendapat orang tentang dirinya. Seperti sekarang, Estela sedang mengingat kembali omongan Mrs. A kepadanya di depan Mrs. H. Estela merasa ucapan tersebut ... Seolah-olah merendahkannya.

Tidak! Estela buru-buru menggelengkan kepala. Lagi-lagi dia kembali berprasangka buruk. Estela berpikir untuk perlu belajar bersikap tak acuh terhadap sebagian pendapat orang.

***

Salah satu restoran bintang empat di kota tersebut menjadi pilihan dari temannya yang tadi datang membantu Estela yang akan tampil. Ia mengirim pesan mengenai alamat restoran itu. Estela datang menggunakan dress hitam selutut tanpa lengan yang menutup dadanya, serta heels setinggi lima sentimeter yang warnanya senada dengan dress yang ia kenakan.

Tanpa berpikir panjang lagi, Estela segera berjalan menuju bagian resepsionis, menanyakan meja yang telah dipesan atas nama temannya.

"Meja nomor 20. Anda bisa mengikuti dia, Nona," kata si resepsionis yang menunuj kepada salah seorang pelayan wanita yang memandang sambil tersenyum kepada Estela.

Ia diantar pelayan tersebut untuk menemui pasangan makan malamnya. Estela dapat menemukan pria itu di antara belasan orang yang sedang bertamu juga ke tempat itu. Begitu mudah, karena hanya dia yang rambutnya bergaya mullet dengan warna cokelat kopi.

Terlihat temannya berdiri menyambut kedatangan Estela, tidak lupa berterima kasih kepada pelayan yang sudah mengantarkan Estela. Setelah itu, Estela dipersilakan duduk di saat temannya menarik kursi yang kosong untuk memudahkan Estela berada di sela antara kursi dan meja.

"Terima kasih sudah datang, Estela Sherman."

"Suatu kehormatan bisa diundang oleh calon CEO agensi Colours Ent, Ashton Boyle."

"Undanganku saat ini bukan untuk berbasa-basi biasa." Pria itu menghentikan ucapannya sementara ketika seorang pelayan datang membawa wine pesanannya. Tetapi, Estela menolak dan meminta untuk dibawakan air putih saja.

"Kenapa? Kau tidak suka wine?"

Estela dengan santai menjawab, "Aku hanya menghindari minuman yang bisa menurunkan kesadaranku ataupun mengganggu suaraku."

Detik ini, tak terlihat sisi Estela yang punya sikap pesimis ataupun Indigo dengan pembawaannya yang ceria. Ini merupakan sisi baru yang Estela tunjukkan. Cukup menarik perhatian Ashton.

"Jadi, apa yang ingin calon CEO ini bicarakan kepadaku?" tanya Estela.

Tiba-tiba sekujur bulu roma Estela berdiri ketika Ashton memperlihatkan pandangan tajamnya.

"Setelah diangkat menjadi CEO, aku ingin menawarkanmu posisi yang lebih tinggi dari orang lain. Menjadi istriku, dan akan kuberikan kau popularitas yang lebih besar dari sekarang sebagai Indigo Valentine. Bagaimana?"

~×××~

-TBC-