Chereads / I Give You My Attention / Chapter 29 - Putus

Chapter 29 - Putus

"Huh. Hari ini adalah hari yang cukup lega. Tournament telah berakhir, tapi kita kalah!" ucap Madan menghela nafasnya di tengah perjalanan pulang bersama dengan Bima.

Sesi terakhir dari turnamennya telah berakhir pada hari ini. Madan bahkan tidak menghabisi waktunya sampai dua minggu.

Faktanya, Madan sendiri sebenarnya memiliki begitu banyak waktu kosong untuk menghubungi Atika. Namun Madan memilih untuk tidak menghubunginya dan menikmati hari-harinya. Seakan ketiadaan Atika adalah hari libur baginya.

Madan dan kawan-kawannya menyelesaikan turnamen game onlinenya di sekolah. Mengingat bahwa turnamen yang mereka ikuti adalah kegiatan diluar sekolah, maka Madan dan timnya pun harus mencuri waktu pada jam pelajaran saat itu.

"Iya! Lo sih, mainnya tidak becus!" ejek Bima. Ia berusaha merendahkan Madan lebih dahulu karena sadar bahwa dirinya lah yang tidak becus.

"Sudah lah! Gua tidak akan menyalahkan lo! Sekarang kita sudah di luar pertandingan. Maka, lupakan saja apa yang terjadi di dalam kelas pada waktu itu!" kata Madan menasihati Bima. Ia tampak seperti orang yang memiliki pemikiran dewasa sekarang.

Mengingat, di sepanjang pertandingan game online Madan merasakan sendiri suasana yang panas dari anggota timnya. Mereka saling menyalahkan hingga beberapa dari mereka ada yang sampai bertengkar besar.

Hebatnya, mereka bisa melupakan semua yang telah terjadi di dalam kelas pada saat sesi terakhir dari pertandingan mereka berjalan.

Hari ini, Madan telah menyelesaikan semua urusannya dengan dunianya sendiri. Madan sempat melupakan dirinya yang masih punya Atika disampingnya. Madan juga lupa untuk menceritakannya kepada Bima.

"Oh iya Bim! Ada yang lupa untuk gua ceritakan kepada lo" ujar Madan cukup membuat Bima penasaran.

"Hah? Tentang apa?" tanya Bima.

"Tentang Atika!" jawab Madan. Mengubah wajahnya terlihat misterius.

"Jangan sok misterius seperti itu! Cerita saja!" ujar Bima.

Madan sendiri merasa khawatir bahwa Bima akan memarahinya karena tindakannya yang juga disadarinya sebagai perbuatan yang salah besar.

"Jadi, gua berbohong kepada Atika. Gua berbohong kalau pertandingan itu menghabiskan waktu selama dua minggu. Padahal, Kita baru melewati satu minggu satu hari!" kata Madan.

Ia lupa menceritakan awal mulai terjadinya obrolannya dengan Atika. Hingga hal tersebut menimbulkan pertanyaan dikepala Bima.

"Hah? Terus apa masalahnya? Bukankan itu adalah hal kecil?" tanya Bima, belum paham. Ketidakpahamannya membuat Madan baru sadar bahwa Bima belum mendengar bagian sebelumnya.

"Aduh. Oke. Jadi, intinya gua berusaha menghindari Atika dengan alasan turnamen ini! Gua sengaja mengatakan kalau gua tidak akan menghubunginya selama dua minggu. Padahal, gua tau bahwa turnamen ini tidak akan berlangsung se lama itu!" jelas Madan. Ia dapat melihat perubahan raut wajah Bima.

Sebelumnya, Madan sempat mengira bahwa Bima akan menasihatinya dengan kata kata dewasanya. Madan takut telinganya akan rusak mendengar kalimat menjijikan dari mulut Bima.

'Gua tebak, pasti dia akan menjadi versi lain dari Sidik!' pikir Madan, berprasangka buruk terhadap Bima.

Benar saja, perubahan pada raut wajah Bima cukup drastis. Tiba tiba saja Bima menunjukkan amarahnya.

"Loh. Berarti benar! Dalang dari kekalahan kita itu adalah lo, Dan! Lu menjadikan turnamen ini sebagai pengalihan agar lo selamat dari urusan lo? Tidak kah lo berpikir bahwa turnamen ini menyangkut banyak kawan-kawan lo?" kata Bima dengan nada yang meninggi.

Madan menepuk jidatnya. Ia tidak habis pikir dengan Bima yang berusaha menutupi kesalahannya dengan terus menyalahkannya. Padahal, permainan Madan adalah permainan yang terbaik diantara kawan-kawannya.

"Haduh. Lalu, siapa yang skornya minus diantara kita?" tanya Madan, seketika membuat Bima tak berkutik.

"Hehe. Gua!" jawab Bima, berubah ekspresi begitu cepat.

"Yeeh. Bukan itu masalahnya! Gua sendiri sangat tertarik dengan turnamen itu! Hanya saja, gua memanfaatkan turnamen itu juga untuk urusan gua yang lain." Madan menegaskan kembali kepada Bima bahwa dirinya tidak terlalu menganggap masa bodo nasib kawan-kawannya.

Bima tak lagi mengeluarkan suara kerasnya. Dan terus menyengir mengingat kesalahannya pada permainan tim mereka.

"Ahaha. Iya iyaa!" jawab Bima.

Ternyata, reaksi Bima pun jauh dari perkiraan Madan. Madan merasa cukup lega karena telah menceritakannya kepada Bima dan mendapatkan reaksi yang tidak begitu membuatnya merasa malas. Hanya saja, Madan masih belum mendapatkan jawaban dari kebingungannya. Dibandingkan memberikan saran atau kritik yang tepat untuk Madan, Bima justru memilih untuk menganggap bahwa permasalahan Madan hanyalah lelucon belaka.

'Biarlah dia bermain dengan imajinasinya untuk menjadi pemain game yang professional. Gua tidak ingin menggangu kegilaannya!' batin Madan tak bisa berhenti mengejek Bima yang terus menyalahkannya.

Madan sampai di rumahnya. Pada akhirnya, situasi yang sama pun terjadi lagi. Sebelum turnamen berakhir, Madan selalu membuka game nya untuk berlatih bersama dengan timnya agar dapat memenangkan turnamen.

Namun saat ini, ia tidak memiliki hal lain untuk dilakukannya. Pertandingannya telah berakhir. Madan harus menepati janjinya bahwa dirinya akan mengabari Atika ketika turnamennya telah berakhir.

"Kenapa gua kebingungan sendiri? Apa yang harus gua lakukan saat ini?" gumam Madan mencari hal yang bisa dilakukannya.

Sempat terbesit di pikirannya untuk menghubungi Atika.

'Apa gua harus mengabarinya bahwa gua benar benar telah selesai dengan urusan gua?' pikir Madan, sambil membuka ruang obrolan antara dirinya dengan Atika.

Madan akan semakin merasa bersalah jika dirinya tidak menghubungi Atika. Padahal seharusnya waktu luangnya bisa digunakannya menghubungi Atika.

Anehnya, Madan justru merasa cukup nyaman untuk sendiri. Melakukan hal yang disenanginya tanpa perlu memikirkan topik pembicaraan antara dirinya dengan Atika.

'Ah. Sudahlah! Nanti saja! Lagipula, gua juga sudah berjanji dengan Atika kan? Bahwa gua tidak akan menghubunginya selama dua minggu.' Madan mengurungkan niatnya untuk menghubungi Atika.

Madan pun memilih untuk berbaring sambil menonton konten video yang disukainya. Menikmati waktu sendirinya dengan berbagai hal yang menarik yang ada di dalam ponselnya.

'Tidak terlalu buruk. Nanti, gua akan menghubunginya lagi!' ujar Madan meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja.

Madan merasa cukup lelah. Tidak sadar bahwa dirinya telah berada di alam bawah sadar. Dengan ponselnya yang masih memutar video. Madan telah tertidur cukup lelap di alam bawah sadarnya.

Semuanya terjadi cukup cepat. Seakan banyak waktu terlewatinya begitu saja.

Madan telah menghabisi waktu dua minggu lebih tanpa menghubungi Atika. Mereka bisa melihat satu sama lain karena mereka berada di sekolah yang sama. Namun tetap saja Atika merasa kehilangan.

Madan memberikan janji kepada Atika bahwa dirinya akan menghubunginya kembali. Atika pun tak pernah lagi mengganggu Madan karena merasa bahwa tindakannya hanya akan membuat Madan merasa terganggu.

Bukan hanya dengan Atika, Madan juga berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dirinya harus memperbaiki hubungannya setelah dua minggu ini. Namun niatnya benar-benar menghilang. Ia melupakan tekadnya begitu saja. Rasa enggan untuk menghubungi Atika masih ada di dalam dirinya. Lebih memilih menikmati waktunya tanpa seorang perempuan. Padahal, mereka masih memegang status sebagai sepasang kekasih.

Pada malamnya, Madan masih asik menikmati kegiatan yang biasa dilakukannya. Bermain game, bersama dengan kawannya yang berasal dari berbagai wilayah.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk.

Sebelumnya, Madan telah mematikan semua notifikasi pesan di ponselnya. Namun Madan lupa bahwa dirinya mengatur notifikasi Atika dengan bunyi yang berbeda.

Ting! Ting! Ting!

Banyak pesan dari Atika yang masuk yang menimbulkan pertanyaan bagi Madan.

'Ini kan notifikasi dari Atika. Apa yang dia katakan? Seharusnya, gua segera menghubunginya juga!' ujar Madan dalam hatinya, langsung menutup gamenya.

Ketika membuka ruang obrolannya dengan Atika, Madan mendapatkan banyak balon teks dari Atika. Namun pesan yang bisa membuatnya terfokus ke titik tersebut hanyalah satu.

Atika : Maaf. Lebih baik kita putus saja.

Madan sempat mematung. Namun perasaannya masih tak dapat dijelaskannya. Itu tak merasa begitu menyakitkan baginya. Hanya saja, Madan masih merasa tak menyangka bahwa hubungannya akan berakhir.

Ada apa Madan? Bukankah ini yang kau harapkan sebelumnya? Kenapa tampak begitu terkejut? Ini adalah tujuan dari rencana 'menghilang' yang kau ciptakan bukan? Jangan berpura-pura bersedih hanya untuk formalitas!

Madan : Iya. Yasudah kalau itu keputusanmu! Maafkan aku kalau aku belum bisa jadi yang terbaik.

Atika : Iya.

Sebenarnya, ruang obrolan itu berisi banyak percakapan mereka berdua yang berusaha menyelesaikan masalah ini. Tapi apadaya? Atika sudah muak dengan Madan yang seakan tak lagi menghargai dirinya.

Obrolannya dengan Atika pada malam itu adalah obrolannya yang terakhir mereka sebagai seorang pasangan. Mereka tidak akan lagi saling berkabar di kala waktu luang.

Sebelumnya, Madan sering kali menenangkan dirinya akan ketakutannya ketika pertemuannya dengan Atika nantinya harus terasa berbeda. Namun Madan juga menegaskan dirinya bahwa ia masih bisa berbicara dengan seorang teman. Siapapun dan apapun cerita yang telah mereka lewatkan.