Chereads / I Give You My Attention / Chapter 34 - Kita Hanyalah Teman

Chapter 34 - Kita Hanyalah Teman

Madan dan Acha cukup banyak berkomunikasi selama beberapa minggu. Sekarang, mereka terlihat seperti dekat.

Acha sering kali mengandalkan bantuan Madan untuk menyelesaikan permasalahannya. Madan tidak merasa keberatan dan sering kali membantu Acha. Meskipun hingga saat ini, Madan hanya menganggap bahwa hubungan diantara mereka berdua hanyalah sebagai seorang teman dekat belaka.

Suatu hari, di dalam kelasnya, Madan sempat mendapat sindiran dari Atala mengenai kedekatan mereka berdua.

Pada saat itu, Madan tengah asik bercanda bersama dengan Kiel dan kawannya. Atala datang dengan niat untuk bergabung.

"Wah, sedikit lagi kita sudah naik kelas!" celetuk Madan.

"Iya lah. Kira kira lu naik kelas gak ya Kiel?" tanya Jonathan pada Kiel. Seperti biasanya, Jonathan sering kali menggunakan Kiel sebagai bahan leluconnya.

"Ahahaha." Bima tertawa.

Mereka juga tertawa ketika melihat keberanian Jonathan, termasuk Kiel sendiri yang tidak mudah terbawa perasaan.

"Whahah. Kiel, Jonathan sudah mulai berani!" ujar Moses.

"Ahahaha. Tengil lu Jon!" respon Kiel dengan kepala yang terbaring diatas paha Jonathan.

Sampai sejauh ini, Madan dapat memahami bahwa Kiel bukanlah orang yang mudah tersinggung hanya dengan perkataan.

Tingkahnya yang begitu menganggu hingga membuat murid lain merasa ketakutan hanyalah salah satu caranya agar dirinya dapat mempertahankan imagenya di depan banyaknya murid yang terlanjur tahu bahwa dirinya adalah sosok yang menakutkan.

Atala datang.

"Iya ya. Sedikit lagi kita naik kelas! Sedikit lagi juga Madan jadian sama Acha. Cieee! Iya daah yang sedang dekat dengan Acha!"

Dia langsung menyambung pembicaraan begitu saja.

"Ciee Madaaan!" Jonathan dan kawan-kawannya pun ikut menyoraki Madan.

"Apasih!" saut Madan sedikit terganggu dengan suara mereka.

"Yah. Atala jangan nangis! Hihihi." Moses memutar balik suasana.

"Enggak. Apaan sih!" balas Atala.

Atala yang pada awalnya tidak pernah banyak berbicara dengan Madan, kini tiba-tiba saja dirinya memulai percakapan dengan Madan.

"Iyaa Daan. Ambil saja perempuan itu! Ambiil!" singgung Atala.

"Apaan sih. Gua tidak ada apa apa sama dia!"

Madan berusaha membantah Atala. Dia justru terlihat lebih serius sekarang.

"Ahahaha. Sudahlah tidak usah begitu! Ambil saja! Lagian juga seberapa bagusnya sih perempuan itu?" ujar Atala. Dia menjelekkan Acha seakan dia tidak pernah tertarik dengan Acha.

"Terserah apa yang ingin lu katakan!" kata Madan, menunukkan senyumnya. Seolah dirinya tak lagi begitu menggubris lagi situasinya.

Madan cukup lega bisa kembali berinteraksi dengan Atala. Entah apa yang akan terjadi diantara dirinya dengan Atala nantinya, Madan tidak akan tahu.

Ketika di perjalanan pulang, Bima mulai membahas topik perbincangan tentang yang tadi diperdebatkan Madan dan Atala di dalam kelasnya. Kebetulan, Sidik juga ikut bersama dengan mereka.

"Dan." panggil Bima.

"Oi." saut Madan.

"Apa iya lu sedang dekat dengan Acha?" tanya Bima, sambil menyengir.

Sidik yang mendengarnya langsung merespon perkataan Bima.

"Apa? Acha yang pacarnya Atala? Kejam sekali lo Dan! Padahal, itu kan itu teman lo sendiri!"

Sidik langsung menasihati Madan cukup panjang. Padahal dia baru mendengar sebagian. Tapi Madan mengabaikan Sidik.

"Tidak Bim! Kita hanya teman! Kebetulan pada saat dia pacaran dengan Atala, dia sering meminta bantuan. Kita terlihat dekat mungkin karena Acha sering bercerita tentang Atala kepada gua."

Madan menjelaskan cukup panjang di depan kedua kawan-kawannya itu. Berusaha sekeras mungkin agar tidak ada kesalahpahaman diantara mereka. Namun tampaknya Sidik masih menganggap bahwa situasi saat ini tidak seperti apa yang Madan katakan.

"Ah Madan bohong Bim! Dia tidak pernah berkata jujur!" ujar Sidik.

Berbeda dengan sebelumnya, Madan yang saat ini lebih berani bercerita tentang seseorang daripada sebelumnya.

"Apa saat ini kita terlihat sedang bercanda?" singgung Madan.

Seketika Sidik terdiam. Namun ia tidak bisa berhenti begitu saja.

"Tuh kan. Pasti dia tidak bisa diajak bercanda!" gerutu Sidik.

"Ha Ha Ha! Lucu sekali!"

Madan seolah membuat-buat tawanya. Menyadarkan Sidik bahwa candaannya tidak lucu sama sekali.

Bima yang baru saja mendengar penjelasan cukup panjang dari Madan kini tengah berpikir cukup lama dan mengabaikan perdebatan kedua temannya itu. Hingga pada akhirnya, Bima kembali membuka suaranya.

"Kalau begitu, kenapa lo harus menanggapinya sampai sejauh ini? Jujur saja! Acha itu menarik kan di mata lo?"

Bima mulai memojokkan Madan dengan pertanyaannya yang begitu frontal. Anehnya Madan membutuhkan waktu untuk berpikir. Justru disanalah letak keanehan yang dirasakan Bima.

"Hahaha. Sudahlah! Lagipula kenapa harus takut? Apa yang akan gua perbuat setelah lo jujur?" kata Bima

"Dia ragu. Berarti dia benar benar memiliki rasa terhadap Acha!" celetuk Sidik.

'Bukan begitu! Masalahnya, gua tidak bisa mengatakan bahwa Acha bukanlah perempuan yang tidak menarik. Dia menarik! Tapi, gua benar-benar tak memiliki perasaan dengannya! Hanya saja, mungkin, sedikit nyaman ketika berbicara dengannya?' ujar Madan dalam hati.

Madan sendiri tahu bagaimana perasaannya dengan Acha sebenarnya. Ia paham betul ketika dirinya merasa begitu cukup tertarik untuk berbicara dengan Acha. Namun Madan merasa tidak bisa mengatakannya kepada mereka. Ia terus membantah fakta yang dirasakannya sendiri saat ini.

Hingga akhirnya Madan pun memberanikan diri untuk mengatakan apa yang dirasakannya dengan jujur.

"Sebenarnya, dia memang anak yang menarik. Mudah untuk diajak berbicara! Dan juga, dia adalah orang tidak mudah putus obrolan! Semua yang gua bicarakan dengannya pasti bisa diperpanjangnya!" jawab Madan dengan santai.

Mereka dibuat mematung setelah mendengar jawaban dari Madan.

"Iya Dan? Itu betulan?"

"Emang Madan parah sih! Padahal Acha kan pacarnya Atala!"

'Sudah gua duga. Pasti mereka akan menganggap gua sebagai perusak hubungan! Padahal, gua hanya berbicara cukup sering dengan Acha ketika mereka berdua sudah putus! Dan juga, pembicaraan kita juga akan berbalik kepada Atala!' bisik Madan dalam kepalanya. Ia pasrah ketika melihat respon teman-temannya yang tidak percaya dengan dirinya.

Madan sendiri sering memberitahu Atala bahwa dirinya sering mendapatkan pesan dari Acha. Madan melakukan itu bertujuan untuk memberitahukan kepada Atala bahwa Acha masih sering menanyakan kabar tentang Atala.

Tetapi, Madan dapat menerima fakta bahwa dirinya tidak bisa memaksa pemikiran orang lain yang menanggapi ceritanya dengan kesimpulan yang berbeda-beda.

"Yah itulah faktanya! Bagi gua, ini semua salah Atala yang membuat hubungan mereka sampai berakhir. Dari Acha, gua tahu bahwa dia adalah perempuan baik yang hanya tak ingin pacarnya nakal!" jelas Madan.

"Ini gila! Ini benar-benar gila! Ahahaha. Terus, apa yang akan lu katakan kepada mereka nantinya?" respon Bima histeris.

Rasa penasaran yang terjawab di dampingi oleh rasa tidak menyangka membuat mereka terus bereaksi berlebihan.

"Katakan apanya? Bukankah gua sudah bilang kalau kita hanya teman? Kenapa kalian tidak mengerti juga? Rasa tertarik yang gua rasakan saat ini adalah rasa tertarik untuk menjadi teman dekatnya! Masa segitu sulitnya untuk membuat lo paham sih, Bim?" balas Madan emosional.

Sementara Sidik, ia merasa diabaikan. Sidik yang terus membuat situasi menjadi keruh tidak lagi dipedulikan kehadirannya oleh Madan.

"Yasudahlah kalau memang hanya sebatas teman! Tapi, gua harap lo jaga image diri lo sendiri di depan kawan-kawan lo! Jangan sampai berbuat tindakan yang tidak seharusnya! Kesimpulan yang baru saja gua katakan adalah kesimpulan yang tidak ingin mereka dengar!" Bima sampai menasihati Madan.

Padahal, orang yang punya pemikiran paling dewasa diantara mereka adalah Madan. Madan memiliki pemikiran yang dapat diandalkan Bima sebagai penglurus kekeliruannya.

Namun sekarang, yang terjadi justru sebaliknya.

'Artinya, bagi anak ini masalah yang tengah gua hadapi sekarang adalah hal yang cukup berkesan baginya? Haduuh!' Madan memahami situasinya.

"Iyaa Bim iyaa! Gua juga tahu itu! Lagipula, kalaupun gua menjalin hubungan dengan Acha apa salahnya?"

Madan mengeluarkan pertanyaan yang ditujukannya secara serius. Namun ia berusaha tersenyum agar membuat pertanyaannya tersebut terdengar seperti sebuah candaan.

"Benar saja! Fix! Madan suka dengan Acha! Gua harus beritahu Acha sekarang juga!" Sidik membuka ponselnya. Mencoba mendapatkan perhatian dari Madan dengan cara menakut-nakutinya.

Namun Madan tidak terpancing.

"Ahahaha. Beri tahu saja!" kata Madan meremehkan Sidik.

Jelas Madan tidak peduli dengan ancaman yang Sidik katakan. Madan sendiri tahu bahwa Sidik hanya membual. Sidik adalah orang yang baru saja mengetahui Atala. Lagipula sebelumnya dia juga sempat terkesan seperti orang yang baru tahu tentang Aca.

"Sudah!" ucap Sidik.

Mereka lanjut berjalan. Namun Madan masih tidak menggubris Sidik dan bersikap santai. Bima mengintip ke ponsel Sidik. Melihat bahwa Sidik tidak sedang bermain main saja.

"Ih! Dia benar benar melakukannya Dan!"

Bima sambil menunjuk layar ponsel Sidik.

"Jangan bercanda!" Madan masih tak percaya.

Kemudian, Sidik pun memperlihatkan ruang obrolannya dengan Acha.

"Tuh!" Bima menarik ponsel Sidik hingga membuat Sidik secara tidak langsung memperlihatkan sendiri obrolannya dengan Acha.