Kali itu adalah pertama kali momen dimana pembicaraan mereka mulai semakin dekat. Madan dan Acha berbincang banyak. Membicarakan hal dari yang berkaitan dengan mereka hingga hal yang jauh diluar mereka.
"Seru juga!" gumam Madan. Matanya tertuju fokus pada ponsel yang tak berpindah ruang obrolan.
Madan merasa tidak salah membagikan nomor teleponnya kepada Acha. Lagipula, Acha sendiri juga temannya. Maka, tidak ada salahnya jika Madan ingin lebih dekat dengan teman temannya.
Cukup lama Madan dan Acha saling berbincang, pada akhirnya Madan pun memutuskan untuk tidur. Dari jalam sepuluh malam, ia membiarkan notifikasi dari Acha begitu saja.
Acha : Yah, beneran di tinggal tidur ya? Dasar! Menyebalkan sekali!
Acha tahu bahwa dirinya tidak akan lagi di gubris Madan. Namun Acha masih tak menyerah untuk menghubungi Madan.
Madan yang mulai terbiasa untuk tidur pada waktunya, membuat dirinya tidak bisa membohongi siapapun bahwa matanya mulai memberat. Meskipun baginya pesan dari Acha adalah pesan yang cukup ditunggu tunggunya.
Namun, hal yang paling menjengkelkan yang sering Madan alami pun terjadi.
Madan selalu enggan untuk tertidur terlalu awal. Hal itu bukan karena dirinya ingin melakukan kegiatan yang disenanginya lebih lama. Hanya saja, ketika Madan terbangun di tengah malam, maka Madan akan kesulitan untuk melanjutkan tidurnya.
Pada saat itu, Madan terbangun di jam satu pagi. Entah apa yang membuat matanya tiba tiba tak terasa begitu berat seperti sebelumnya. Padahal, Madan baru tertidur sekitar tiga jam.
Otaknya bisa langsung berfungsi. Membuatnya langsung mengambil ponsel yang diletakkannya tidak jauh dari tempatnya tertidur.
'Uh. Sialan! Hal seperti ini terjadi lagi! Ini adalah hal yang paling menyebalkan! Bagaimana bisa tiba tiba saja rasa kantuk itu hilang? Padahal kan gua baru tertidur sebentar!' batinnya terus menggerutu.
Sambil membuka ponselnya, Madan pun akhirnya dapat mengetahui waktunya saat ini.
"Hah? Jam satu pagi?" Madan melotot menatap layar ponselnya. Terkejut dengan angka pada layar ponselnya yang bertuliskan angka satu.
'Akh! Gua masih punya banyak waktu tidur! Tapi kenapa gua harus bangun jam segini?' Madan menghitung jarak antara waktunya saat ini dengan waktu pagi untuk tiba. Karena, Madan sendiri masih harus sekolah esok hari. Meskipun, Madan tidak terbatas akan waktu karena mengingat sekolahnya yang sedang mengadakan acara Classmeeting.
Madan hanya bisa pasrah. Mencoba memejamkan matanya lagi adalah hal yang sia-sia baginya. Madan tidak akan bisa membuat matanya terasa berat.
Sampai ketika dimana Madan mulai mendapatkan ide.
'Bagaimana kalau gua nonton video saja sampai mata gua kembali lelah?' Madan membuka lagi ponselnya.
Namun yang dilihatnya pertama kali bukanlah aplikasi lain. Melainkan notifikasi dari Acha yang cukup banyak.
Dilihatnya banyak balon teks dari Acha yang memarahi Madan karena meninggalkannya tanpa kata kata perpisahan sedikitpun.
'Hahaha. Bocah ini marah-marah? Benar-benar seperti anak kecil yang di tinggal orang tuanya!' melihat layar ponselnya ketika dirinya baru terbangun membuat Madan senyum senyum sendiri di malam hari.
Madan tahu bahwa Acha tidak akan membalas pesannya. Namun Madan tetap bersikeras untuk mengirim pesan kepada Acha. Merasa bahwa dirinya sudah terlanjur membaca pesan dari Acha, membuat Madan merasa juga harus membalas pesan darinya.
Madan : Hahaha. Berisik sekali! Tidur lah bocil! Mau sampai kapan mata itu terus terbuka? Hahaha.
Setelah itu, Madan pun meninggalkan ruang obrolan antara dirinya dengan Acha. Madan berniat untuk mencari hal yang bisa dilakukannya saat ini.
'Huh. Menonton video saja juga membosankan! Main game, pasti musuh musuh akan terasa lebih sulit daripada biasanya!' Madan masih memikirkan apa yang harus dilakukannya pada saat ini.
Tidak lama setelah Madan mengirimkan pesannya kepada Acha, notifikasi dari Acha pun masuk.
'Yang benar saja? Dia masih bisa membalas pesan gua? Apa dia benar benar menunggu pesan dari gua sejak tadi?' Madan terkejut ketika melihat pesan dari Acha.
Madan merasa begitu percaya diri dan berpikir ke hal yang cukup membuatnya terkesan menjijikan.
Madan pun langsung menyentuh notifikasi dari Acha. Ia tidak bisa meninggalkan Acha seperti tadi lagi.
Acha : Wah. Berarti dari tadi memang tidak tidur kan? Memang hanya ingin menghindar saja! Takut ya? Cemen!
'Hahaha. Apaan sih bocah sat ini! Benar benar tidak habis pikir dengan reaksinya!' Madan pun kembali senyum senyum sendiri di dalam kamarnya.
Madan : Loh? Gua kira lo sudah tidur! Biasanya di omelin! Ahahaha.
Acha : Jangan meledek! Lo itu baru saja membuat gua kesal!
Madan : Kesal kenapa? Memangnya apa yang gua lakukan?
Acha : Oh. Masih butuh pembuktian kah? Akui kesalahan lo dan gua akan berhenti bersikap seperti ini!
Madan suka menggoda Acha. Membuatnya marah adalah hal yang cukup menghibur baginya. Karena kemarahan Acha bukanlah sebuah ketakutan baginya. Madan melihat Acha sebagai bocah yang hanya akan terlihat lucu ketika dirinya melakukan apapun.
Madan : Iya iyaa! Tadi gua tinggalin lu tidur. Memangnya, lu juga menunggu pesan masuk dari gua? Sampai saat ini?
Acha : Tidak juga sih. Tadi gua sempat mencoba untuk tidur. Tapi, gua tidak bisa! Tiba tiba saja perut ini bunyi! Gua tidak bisa tidur kalau perut gua lagi kelaparan.
Acha mencoba menjelaskan kepada Madan bahwa alasan dirinya masih terbangun hingga saat ini bukan karena ingin menunggu Madan. Namun Madan merasa bahwa dirinya harus membantu Acha. Mengatasi rasa laparnya.
Madan : Lalu, apa yang akan lu lakukan? Lebih baik abaikan dan tinggal tidur saja!
Acha : Tidak mungkin! Itu tidak akan berhasil! Mungkin, gua akan pergi keluar sebentar untuk ke warung?
Madan berpikir, bahwa niat Acha bukanlah niat yang baik. Saat ini, waktu benar benar menjelaskan bahwa tidak ada lagi orang yang berkeliaran di luar sana. Pastinya mereka telah tertidur.
'Tidak mungkin dia akan berjalan sendirian dong. Pasti, itu akan sangat membahayakan dirinya! Lalu, apa yang harus gua lakukan?' pikir Madan peka akan situasi.
Madan bisa langsung mengambil keputusannya dengan cepat. Madan mencegah Acha terlebih dahulu.
Madan : Jangan kemana mana dulu!
Acha : Loh? Kenapa?
Madan : Di supermarket, mungkin ada mie atau telur?
Acha : Gua memang ingin membeli mie sih! Tapi tunggu! Apa yang ingin lu lakukan?
Madan : Oke mie ya! Share lokasi lo, Cha! Jangan banyak bicara!
Acha pun mengirim lokasinya saat ini. Acha tidak mengerti apa yang sebenarnya Madan ingin lakukan.
Bukan! Acha tahu bahwa Madan sedang berusaha untuk membantunya. Hanya saja, Acha tidak mengerti bagaimana cara Madan membantu Acha di malam hari seperti ini.
Acha : Tunggu dulu! Lo akan menggunakan ojek online? Atau memesan makanan secara online? Atau bagaimana?
Madan tidak menggubris Acha dan langsung memakai hoodie, barang kesukaannya.
Saat itu, ketika Madan melihat ponselnya, angka yang ada pada jam di ponselnya menunjukkan pukul setengah dua. Madan mengeluarkan motornya tanpa sepengetahuan siapapun di keluarganya.
'Baiklah. Jadi, ini lokasi rumahnya ya? Ternyata, cukup jauh juga dari sini!' ujar Madan dalam hati.
Sebelumnya, Madan sempat ragu karena dirinya yang tak begitu tahu tentang jalanan. Terlebih lagi, pada saat itu Madan masih bisa merasa khawatir akan polisi yang ada di jalan yang akan di laluinya.
Padahal, biasanya polisi tidak akan lagi terlihat dijalanan di tengah malam seperti halnya yang Madan alami.
Madan mencari supermarket terdekat dari rumahnya.
'Dimana supermarket yang selalu buka ya?' Madan terus mengendarakan motornya sambil berpikir.
Tidak lama kemudian, Madan sampai di supermarket yang dipercayainya akan buka selama 24 jam. Namun anehnya pada saat itu mereka tutup.
'Hah? Apa-apaan? Apa dia hanya tutup di saat keadaan gua lagi genting saja? Supermarket sialan!' Madan berhenti di depan supermarket tersebut cukup lama.
Madan tidak sadar bahwa kesalahan ada pada dirinya. Mengingat dirinya yang baru terbangun dari tidurnya dan langsung mendapatkan rasa panik, membuat Madan lupa bahwa supermarket itu tidak selalu buka.
Madan kembali menarik pedalnya. Sebelumnya, satu satunya harapannya untuk dapat menemukan mie hanyalah supermarket terdekat dari rumahnya. Karena bagi Madan menemukan warung yang masih terbuka di pagi hari seperti itu adalah hal yang sangat mustahil.
Sampai ketika dirinya masih mengendarakan motornya di tengah jalan, Madan ingat bahwa sebenarnya ada warung di dekat rumahnya yang selalu buka.
"Oh iya! Warung Bugis!" Madan menyebut warung di dekat rumahnya dengan sebutan itu.
Di tengah jalan, Madan langsung memutar balik. Mengganti destinasi yang akan ditujunya.
Tidak lama setelah mencari0cari warung yang masih buka, Madan pun akhirnya sampai di depan warung yang biasa disebutnya dengan warung Bugis.
'Ini dia! Benar saja! Kenapa gua harus jauh jauh mencari supermarket kalau ada warung seperti ini di dekat ruamh gua?' Melihat warung yang masih terbuka, Madan tersenyum.
Kini, di genggaman tangannya telah tersedia satu kantong plastik yang berisikan dua mie goreng dengan dua telur.
Madan sempat membuka ponselnya dan melihat pesan dari Acha yang cukup banyak. Acha terlihat mengkhawatirkan Madan. Mengingat, Madan yang tiba tiba saja menghilang setelah beberapa pesan yang cukup menjadi misteri, membuat Acha menebak nebak apa yang dilakukan Madan sebenarnya.
'Hahaha. Dia berisik sekali!' Madan sempat menatap notifikasi dari Acha dan berhasil membuat dirinya lagi lagi tersenyum sendiri.
Madan membuka lokasi yang dibagikan oleh Acha. Menyalakan motornya kembali dan menjalankannya sesuai dengan rute yang telah ditunjukkanya melalui ponselnya.
Madan sempat melewati tempat sepi. Mencari jalan yang cocok untuk di lewatinya.
'Sebenarnya, gua tahu dimana gua berada sekarang. Tapi, jika gua keluar dari jalur yang telah di tentukan, gua khawatir kalau itu hanya akan membuat gua semakin jauh dari lokasi!' pikir Madan sempat berniat untuk berimprovisasi dalam tindakannya saat ini.
Jalan raya terlihat cukup ramai untuk tengah malam. Masih ada beberapa kendaraan yang lewat. Meskipun, jika ada dua orang pembalap motor yang melalui jalan itu, maka tidak ada yang terjadi dengan mereka.
Banyak jalan yang telah dilalui Madan yang juga bisa dikenalinya.
'Apa rumahnya benar-benar di sini? Oh berarti tinggal sedikit lagi!' ujar Madan dalam hatinya.
Madan dapat mengenali jalan yang telah dilaluinya sebelmnya. Sehingga, Madan berpikir bahwa dirinya harus mendatangi rumah Acha lagi, maka Madan tidak perlu membuka ponselnya.
Tidak lama kemudian, Madan sampai di depan sebuah rumah sakit. Tiap jalanan dalam yang dilaluinya tak berisikan banyak orang. Satu sampai tiga orang mungkin dapat terlihat di pinggir jalanan. Namun, kehadiran mereka juga sering kali membuat Madan berpikiran buruk.
'Mereka bukan begal kan? Tidak ada masalah kalau gua melewatinya?' pikir Madan sambil menatap salah satu dari orang orang itu.
"Permisi ya bang!" kata Madan mencoba bersikap sopan. Karena, Madan sendiri tidak ingin mendapati masalah dari mereka.
Berurusan dengan orang-orang seperti mereka hanya akan membuang buang waktunya dan membuat urusannya semakin sulit.
Madan sempat berhenti di sebuah sekolah. Sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Acha. Madan tidak tahu dimana letak rumah Acha sebenarnya. Ia berhenti dengan niat untuk menghubungi Acha.
Madan : /Mengirim foto. Keluarlah! Gua sudah sampai di tempat ini! Dimana rumah lo?
Acha : Tunggu disana! Gua akan keluar!
Madan pun mengikuti perintah dari Acha. Meski Madan tidak mengerti dimana sebenarnya lokasi rumah Acha.
'Nanti dia keluar? Tapi, kenapa lama sekali?' Cukup lama Madan menunggu membuat dirinya kebingungan dengan arah datangnya Acha.
'Seharusnya, kalau rumahnya memang berada di dekat sini, dia bisa dengan cepat menghampiri gua kan? Apa dia akan datang dari dalam gang?' tanya Madan sambil menoleh ke berbagai sisi di sekitarnya. Sambil memastikan bahwa tidak ada orang asing yang membawa bahaya untuknya.
Madan menunggu cukup lama. Hingga pada akhirnya, seorang perempuan memanggil namanya dari arah masuk ke dalam sebuah gang.
"Madan!" panggil Acha membuat Madan langsung menoleh ke belakang.
Madan tidak menyangka bahwa ternyata tempat keluar yang Acha maksud adalah gang yang berada tidak jauh di belakangnya.
'Acha? Dia tampak begitu manis dengan pakaiannya di malam hari!' ujar Madan sempat menatap Acha cukup lama.
Madan kembali melihat layar ponselnya. Menunggu Acha sampai di dekatnya. Mengingat Madan yang hanya menunggu Acha dengan terus duduk di atas motornya.
Acha pun sampai di samping Madan.
"Gila! Gua sangat bingung dengan aksi lo yang tiba-tiba saja menghilang! Lo sempat menyasar dulu ya?" tanya Acha dengan ekspresi wajah yang terlihat khawatir.
Acha tidak pernah menyangka bahwa Madan langsung bergerak hanya karena sedikit kata-kata ungkapan darinya.
Madan sendiri seakan baru pertama kali bertemu dengan Acha. Bertingkah cukup gugup dan kebingungan sendiri dengan apa yang harus dilakukannya.
"Begitulah! Jalanan disana sepi sekali!" kata Madan lupa bahwa dirinya harus memberikan kantong plastik yang berisikan makanan yang telah dibelinya.
"Tentu saja! LIhat saja angka di ponsel lu itu sudah jam berapa sekarang!" ujar Acha berusaha menyadarkan Madan.
"Oh iya. Ini dia! Cepat masuk kembali ke rumah lu!" kata Madan sambil memberikan kantong plastiknya.
"Iya. Terima kasih ya!" Acha mengulurkan kepalan tangannya.
Puk!
Dua kepalan tangan saling beradu.