Madan memiliki pertanyaan yang sama dengan kawan-kawannya. Ia kebingungan dengan alasan Atala harus marah ketika hubungannya yang diakhirinya sendiri. Baginya, perdebatan tidak selalu diselesaikan dengan mengakhiri hubungan. Mereka bisa mencari solusi lain yang membuat hubungan mereka jadi membaik.
Madan juga tahu tingkah para kakak kelasnya. Madan tahu seperti apa Zidan. Zidan sendiri berada di genk yang sama dengan Kiel.
Tidak hanya Zidan, orang yang dipercaya Madan sebagai jagoan kelas sepuluh di sekolahnya membuat Madan semakin yakin bahwa orang seperti Zidan itu nyata. Madan tidak bisa sepenuhnya mengatakan kepada Atala bahwa ini adalah kesalahannya. Tetapi, Madan yakin bahwa keduanya bisa memiliki penyelesaian yang lebih baik dalam permasalahan saat ini.
'Gua tidak ingin pusing memikirkan isi kepala Atala. Mungkin, ada hal lain yang tidak bisa gua pahami yang ada di kepalanya! Siapa tahu?' pikir Madan.
Pada akhirnya, tidak lama setelah perdebatan itu mereka pun sampai di warung kopi nasdar. Teriknya matahari membuat mereka merasa cukup lelah.
Kawan-kawan Madan berjalan melewati sekumpulan kakak kelas yang duduk di bagian luar warkop tersebut. Biasanya Kiel bersama dengan mereka.
Suasana hening ketika Madan dan kawan-kawannya sampai.
Atala sendiri sering bermain dengan orang-orang yang ada disini. Ia akan merasa tidak nyaman jika dirinya melewati mereka begitu saja.
"Oi!" sapa Atala.
Satu persatu disapanya. Sontak, Madan dan kawan-kawannya mengikuti Atala, menyapa kakak kelasnya.
Sementara Martinus, ia langsung masuk begitu saja ke dalam dan memesan minumannya. Martinus sendiri adalah orang yang cukup cuek dan tidak bisa bersikap seperti kawan-kawannya yang lain. Meskipun Martinus dikenal dengan sosok teman yang banyak bicara, namun Martinus juga masih memiliki kewibawaannya tersendiri.
"Bu. Pesen es mangganya satu!" ujar Martinus, mengabaikan yang lain.
Sebelumnya, Atala selalu berkata seakan dirinya ingin segera menghabisi Zidan. Namun ketika berada di dekatnya, Atala tak bertingkah setinggi sebelumnya.
'Dia kan satu circle dengan Zidan juga. Tapi, serius dia akan terus saling cuek?' tanya Madan dalam hati, memperhatikan Atala dan Zidan.
Zidan sendiri terlihat cuek dan bersikap biasa saja. Seakan dirinya tidak peduli dengan Atala atau masalah apapun yang ada di antara mereka.
Cukup lama ada di warkop tersebut, akhirnya para kakak kelas mereka meninggalkan tempat. Madan dan kawan-kawannya langsung berpindah ke bagian depan.
Seperti biasanya, Madan selalu merasa bahwa berkumpulnya mereka di satu tempat bukanlah hal yang seru.
"Tuh kan. Pasti semuanya hanya akan sibuk main ponsel! Yasudah lah kalau begitu. Gua balik duluan ya!" gerutu Madan.
Madan bisa saja ikut bermain bersama dengan mereka. Namun baginya tidak ada gunanya. Madan lebih baik memainkan ponselnya di rumahnya.
"Parah sekali! Kenapa harus pulang?" tanya Kevin, menahan Madan.
"Dicari orang tua lo?" ledek Bima.
"Iya, sepertinya dia dicari oleh orang tuanya!" sambung Atala.
"Terserah kalian!" balas Madan.
Kawan-kawannya masih menahan Madan. Beberapa olokan terdengar di telinga Madan. Namun mereka tak ingin melepas ponselnya. Maka Madan juga tak ingin merubah keputusannya. Madan pun pergi meninggalkan kawan-kawannya di warkop.
Madan merasa cukup penasaran dengan kabar yang baru saja di dengarnya ketika Atala tengah mengungkapkan isi hatinya. Madan takut untuk ikut campur. Namun hubungan mereka telah berakhir. Maka, rasa takut Madan tidak lagi berguna.
Ketika Madan sampai di rumahnya dan merapihkan semua barang-barangnya, meletakkannya pada tempatnya semula. Madan pun mulai membuka ponselnya untuk memberikan pesan kepada Acha.
Madan sendiri tidak paham dengan perasaannya yang begitu penasaran dengan hubungan antara Acha dan Atala. Sebelumnya, ia sempat menegaskan bahwa keberadaan Atala saat ini seakan tak lagi ada kaitannya dengan dirinya. Karena perasaan yang telah berubah tidak seperti dulu.
'Gua merasa penasaran, tapi gua juga masih ingat bahwa gua tidak ingin terlalu ikut campur dalam urusan mereka. Lalu, kenapa gua merasa begitu semangat saat ini?' tanya Madan pada dirinya sendiri.
Madan telah mengetik pesannya. Hanya saja, dirinya masih merasa ragu untuk mempertanyakan hal tersebut kepada Acha.
"Dia baru saja putus hubungan. Kalau gua tanya ini, harusnya dia marah!" gumam Madan.
Cukup lama Madan merasakan keraguannya, pada akhirnya Madan pun mampu membuat dirinya bertindak sesuai dengan niatnya.
Madan : Cha?
Acha : Iya, kenapa Dan?
Madan : Gua baru saja dengar dari Atala. Katanya, kalian sudah tidak lagi berpacaran?
Acha : Iya dia benar Dan!
Ketika mendengar jawaban dari Acha, Madan merasa sangat beruntung karena keputusan yang telah diambilnya.
"Benar saja ternyata. Huh!" Madan mengehela nafas leganya.
Madan terdiam cukup lama setelah Acha menjawab pertanyaannya.
Acha : Ada apa Dan? Apa ada yang ingin lo bicarakan?
Madan : Memangnya, mengapa bisa sampai seperti ini?
'Aduh bodohnya! Kenapa gua harus bertanya seperti itu. Pasti dia akan memarahi gua dan tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Dasar Madan bodoh!' teriak Madan dalam hatinya. Menyesal karena telah memberi pertanyaan yang disadarinya tidak pantas.
Acha : Yah, gua juga sudah melarang dia untuk tidak berbuat kenakalan seperti itu! Tapi, dia tidak mau mendengarnya.
Madan : Lalu, lo yang memutuskan hubungan itu?
Acha : Iya!
Begitu terkejutnya Madan ketika mengetahui fakta yang berbeda dari kedua orang yang telah berputus hubungan.
'Loh? Atala bilang kalau dia lah yang memutuskan hubungannya dengan Acha. Tapi, kenapa Acha juga mengatakan hal yang sama?' pikir Madan.
Namun ia merasa enggan untuk mempermasalahkan hal tersebut. Madan tidak tahu apa hal rinci yang terjadi diantara mereka. Madan sendiri juga menghargai privasi mereka masing-masing.
Madan : Oh gitu ya? Yasudah hanya itu yang ingin gua tanyakan.
Acha : Apa Atala mengatakan sesuatu kepada lo?
Madan : Tidak! Kita pun jarang berkomunikasi lagi.
Setelah Madan mendapatkan jawaban dari pertanyaan dikepalanya, perbincangan mereka tidak selesai begitu saja. Acha memperpanjang topik pembicaraan diluar masalah.
Madan tidak merasa keberatan. Cerita Acha cukup menarik.
'Wah. Dia justru bercerita banyak sekali tanpa harus menunggu pertanyaan gua?' tanya Madan dalam hatinya, merasa cukup kagum.
Mereka saling bertukar pikiran dalam waktu yang lama. Madan tidak bosan untuk mendengarkan cerita Acha. Begitu juga sebaliknya.
Hingga sampai di tengah malam, obrolan mereka masih terus berlanjut. Madan sadar bahwa mereka mulai berbicara banyak hal.
Madan : Oh iya, tidak terasa sudah malam. Sudah dulu ya!
Acha : Iya. Masih banyak yang ingin gua ceritakan kepada lo! Tapi yasudahlah!
Madan : Okee. Byee!
Acha : Byee.
Madan pun berhasil menyudahi obrolan panjang mereka.
Ketika Madan mulai memejamkan matanya, Madan memikirkan kembali apa yang baru saja dilakukannya dengan Acha.
'Apa apaan yang tadi itu? Kenapa gua jadi seperti itu? Lagipula, bukannya Acha itu baru saja putus hubungan dengan Atala?' tanya Madan dalam hati. Merasa dirinya seolah berusaha menggantikan posisi Atala. Menyesal karena telah melakukan hal menurutnya tidak pantas.