Chereads / I Give You My Attention / Chapter 24 - Dia Kenapa Sih?

Chapter 24 - Dia Kenapa Sih?

Hubungan asmara mereka masih bisa dinikmati Madan. Meski dirinya takut untuk bertemu, namun Madan merasa bahwa itu bukanlah hal buruk.

Sementara Atika, ia merasa bahwa hubungannya dengan Madan hanya sebagai status belaka. Mereka tidak benar-benar berpacaran seperti remaja pada umumnya. Hingga Atika mulai menyangka bahwa Madan mulai hilang rasa.

Malam terasa sejuk. Madan selalu tak sabar melihat isi ponselnya. Berbaring di atas kasurnya dengan mata yang sibuk menatap layar ponselnya demi merespon Atika. Memang notifikasi pesan dari Atika adalah hal yang paling di tunggu Madan.

Atika : Madan. Apa kamu kenal dengan orang ini?

Atika mengirim foto obrolannya dengan pria lain yang mencoba menggodanya.

Madan : Gibran? Aku tidak tahu siapa orang itu. Ada apa?

Atika : Lihat saja! Orang itu seperti sedang mencoba merayu aku.

'Ada yang menggodanya? Kenapa setiap gua berpacaran dengan seseorang, pasti ada saja yang mengganggu hubungan ini!' tanya Madan dalam hatinya.

Pengalamannya masih sedikit. Sehingga, Madan tidak bisa menanggapi semuanya dengan baik. Kadang, dirinya melenceng hingga menciptakan masalah yang lebih besar.

Madan berusaha mencari ide agar dirinya bisa menunjukkan kegunaannya sebagai pacar Atika. Tapi, ia bingung, "Lalu, gua harus apa?"

Madan : Jawab saja secukupnya. Dia tidak akan mengganggumu jika kamu tidak meresponnya.

Tak mendapatkan respon yang spesial, tentunya sebagai seorang perempuan Atika merasa kurang mendapat perhatian dari pacarnya sendiri.

Ting!

Pesan dari Bima masuk.

Madan heran dengan Bima yang tiba-tiba saja menghubunginya lebih dulu, "Bima? Tumben sekali dia menghubungi gua?"

Ketika Madan merespon Bima, Bima pun mulai menceritakan apa yang sempat Atika tanyakan kepadanya.

Bima : Madan.

Madan : Ada apa?

Bima : Tidak ada. Hanya saja, gua ingin beritahu bahwa beberapa hari yang lalu Atika sempat bertanya tentang lo.

Madan : Apa yang ditanyakannya?

Bima : Apa lo sedang dekat dengan perempuan lain? Jangan bodoh, Dan!

Madan : Apa maksudnya? Tentu saja itu tidak mungkin!

Bima : Gua percaya sama lo. Tapi, Atika belum tentu! Maka, buatlah dia yakin!

Ternyata, Atika merasa tidak nyaman dengan sikap Madan yang terkesan seperti menghindar. Sehingga itu mendorongnya untuk bertanya kepada teman dekat Madan langsung.

Jelas Madan tidak dekat dengan perempuan siapapun. Madan tak jarang berbicara dengan teman perempuan yang ada di kelasnya. Apakah itu tindakan yang salah?

'Kenapa dia menanyakan hal itu? Memangnya, gua terlihat seperti orang yang sedang selingkuh?' pikir Madan. Mulai heran dengan Atika.

Madan tidak langsung menghubungi Atika. Ia membiarkan semuanya terjadi. Berpura-pura tidak tahu dan memilih untuk tidak memperbesar masalah.

Atika sendiri juga sekelas dengan Acha. Atika cukup sering menceritakan tentang Acha. Melalui cerita yang sering didengar Madan, ia bisa menangkap kesimpulan bahwa hubungan antara Atika dan Acha juga tidak beigtu baik.

Atika : Bagaimana hubungan kamu dengan Acha? Apa kalian masih berteman?

'Duh. Jika gua menjawabnya dengan jujur mungkin Atika akan berpikiran aneh!' pikir Madan.

Madan tidak habis pikir dengan dirinya yang selalu bingung. Rasa takut terus menguasainya hingga Madan merasa lemah. Hingga akhirnya, Madan sadar bahwa ia harus berani dan tenang.

Emosi yang tiba-tiba berubah membuat Madan berteriak di dalam batinnya, 'Apa apaan? Berlebihan sekali pemikiran ini! Katakan saja! Toh tidak ada yang salah! Kenapa harus takut?'

"Ayo bersikap berani!" gumam Madan.

Madan mengatakan semuanya kepada Atika. Ia menerima risiko yang akan didapatinya nanti. Menjelaskan cukup panjang bahwa hubungannya dengan Acha hanya sebatas teman cerita. Seperti yang mereka tahu, Acha adalah pacar Atala. Seorang lelaki yang juga teman Madan. Tapi tetap saja, tidak semua orang bisa menangkap kesimpulan yang.

Anehnya, setelah menjelaskan semuanya Atika mulai merespon Madan lebih cuek daripada sebelumnya. Membuat Madan sadar bahwa kesalahpahaman mulai terjadi, 'Apa gua bilang? Perempuan memang rumit!' gerutu Madan dalam hatinya.

Madan tidak paham dengan apa yang harus dilakukannya sekarang. Mengingat, Atika sudah tidak lagi meresponnya dengan baik. Sehingga, Madan juga kehilangan rasa tertarik untuk membuka ponselnya.

"Yasudahlah kalau begitu. Lebih baik gua tidur!" kata Madan sambil menarik guling.

Meski rasa tidak tenangnya sangat mengganggu, namun Madan memaksakan dirinya untuk tidur. Memberi perintah kepada otaknya untuk cepat tidur dan berhenti memikirkan Atika, 'Besok sekolah! Ayo tidur!'

Madan pun mulai tertidur lelap setelah cukup lama memejamkan matanya sambil mengeksekusi banyak skenario di kepalanya.

Pada hari Rabu, di jam istirahat ke dua. Madan berusaha mengajak kawan-kawannya untuk pergi ke masjid.

Namun situasi di dalam kelas tampak begitu seru. Permainan yang semakin kompleks membuat mereka bisa saling terhubung satu sama lain.

Sehingga, adanya interaksi dan sosialisasi satu sama lain jadi berkurang. Madan mulai merasa bahwa ini berlebihan. Mereka tak melepas ponsel dimanapun mereka berada, 'Bukannya mereka berlebihan? Gua juga main game itu! Hahaha. Bahkan, akun gua diatas mereka. Usaha mereka keras sekali hingga tak ingat waktu dan tempat untuk bermain.' pikir Madan.

"Oi! Ke masjid yuk?" ajak Madan.

"Nanti! Gua lagi main!" jawab Bima.

Madan tidak putus asa untuk mengajak salah satu temannya ke bawah.

"Jon? Nus? Kepin? Ayok kita ke bawah!" Madan mengajak temannya yang lain. Jonathan dan Martinus berbeda agama. Tapi Madan tetap mengajak mereka dengan alasan ke kantin.

"Ke kantin? Ayok!" balas Jonathan.

"Oh iya. Gua lupa kalian kristen!" ujar Madan baru menyadarinya.

Bima yang tengah sibuk menatap layar ponselnya tertawa mendengar kalimat Madan, "Ahahaha. Parah!" ucap Bima dengan mata yang tak kunjung lepas dari ponselnya.

"Yaudah kalau begitu. Gua duluan!" kata Madan tak masalah pergi ke bawah sendirian.

"Dan. Ke kantin aja yuk?" Ajakan Kevin sedikit menggoyahkan iman Madan.

Sering kali banyak godaan yang datang kepadanya. Membuat Madan kadang meninggalkan solatnya hanya karena ajakan temannya. Madan sempat menerima ajakan dari Kevin. Namun, Madan memikirkannya kembali.

'Jangan Madan! Jangan! Memangnya, apa yang bisa lu lakukan di kantin? Uang saja sudah habis. Mau beli permen?' bisik Madan berusaha mempertahankan keyakinannya Kevin.

"Enggak ah! Ke masjid aja yuk?" Madan mengajak balik Kevin. Tapi Kevin tak tertarik sedikitpun, "Ah. Enggak deh!"

Madan mulai berjalan ke meja Wahyu. Ia terlihat seperti orang yang sangat sibuk. Sendirian tak menjadi masalah. Fokusnya tetap tertuju pada buku yang dikerjakannya.

Di bagian paling belakang kelas, Kiel masih tertidur nyenyak bersama dengan Rafi di samping bangku Wahyu.

"Wah gila! Mereka masih tidur sejak pelajaran tadi?" tanya Madan kepada Wahyu.

"Iyaa!" jawab Wahyu terlihat tak ingin di ganggu.

"Mau ikut ke masjid?" ajak Madan.

"Gua harus menyelesaikan tugas ini dulu. Setelah itu gua akan ke masjid! Kalau lo mau duluan, silahkan!" jawab Wahyu.

Madan merasa iri dengan sifat Wahyu yang mampu tak mempedulikan lingkungan sekitarnya, 'Heran. Dia punya banyak teman. Tapi, tak pernah masalah jika harus pergi sendirian? Keren!' bisik Madan dalam kepalanya. Memuji Wahyu yang membuatnya iri.

"Yasudah. Gua duluan!" kata Madan sambil berjalan keluar kelasnya.

'Harusnya gua bareng dengan Musa!' kata Madan dalam hatinya.

Tak lama, Madan sampai di lantai dasar. Musa berjalan tak lama sebelum dirinya beranjak dari kelasnya. Harusnya, ia bisa melihat Musa. Tapi ternyata Musa berjalan lebih cepat.

Madan tidak ingat, bahwa dirinya bisa kapanpun bertemu dengan Atika. Maka, ekspresi panik masih belum terlihat diwajah Madan.

Ketika berjalan ke masjid, melewati jalan dengan saung dipinggirnya, Madan memperhatikan saung itu cukup fokus. Tertarik untuk mengajak teman-temannya makan dengan bekal yang dibawa di saung itu, 'Wah. Tempat itu semakin bagus! Tapi, itu menghilangkan ciri khasnya! Ini justru terlihat seperti kantor pos yang terbuka!' ujar Madan dalam hatinya.

Ketika dirinya tengah fokus dengan suatu hal yang diperhatikannya, tiba-tiba saja namanya disebut oleh seorang perempuan yang terdengar berada jauh darinya.

"Cinaaa!" panggil Acha dengan senyumnya menyapa Madan dari kejauhan.

Madan terkejut dengan orang yang baru saja memanggilnya dengan sebutan yang cukup akrab, "Hah?" Madan langsung menoleh ke sumber suara yang di dengarnya.

'Acha? Tumben sekali dia menyapa?' pikir Madan tak menyangka Acha lah yang menyapanya.

Selama ini, Madan selalu berkomunikasi dengan Acha hanya melalui ponsel. Madan jarang berkomunikasi dengan Acha secara langsung. Mendengarnya yang tiba-tiba menyapanya, membuat Madan cukup terkejut.

"Woi! Mau kemana lo?" tanya Madan basa-basi.

"Mau tau ya? Ahahaha." Acha meledek.

"Solat lo!" ajak Madan.

"Ah, sudah pernah!" balas Acha sambil terus melangkah ke gedung baru.